Inovasi Mahasiswa UNY: Olah Biji Karet Menjadi Makanan Tempe

Minggu, 20 Maret 2022 | 19:00
wikimedia.org

Illustrasi tempe.

HAI-ONLINE.com - Tempe umumnya terbuat dari olahan biji kedelai, itu sudah pasti ya. Tetapi di Sumatera, ada nih tempe yang terbuat dari biji karet lho.

Nggak percaya? Melansir dari Kompas.com, Sabtu (19/03/2022) kemarin, ada mahasiswa yang berinovasi membuat tempe dari bahan lain.

Nah, seperti yang diketahui, Sumatera telah menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil karet terbesar di dunia dengan kontribusi mencapai 26 persen total produksi karet alam dunia.

Hal ini karena terdapat banyak pohon karet dan menjadi salah satu tanaman penting di Indonesia.

Selain menghasilkan lateks sebagai bahan utama pembuatan ban, pohon karet juga menyerap gas buangan dan menghasilkan oksigen yang jauh lebih maksimal.

Baca Juga: Reza Arap Kembalikan Uang Haram Doni Salmanan Rp 1 M, Renovasi Rumahnya Fix Batal

Manfaat lainnya, tanaman atau pohon ini juga menyerap gas karbondioksida yang diolah menjadi sumber karbon untuk fotosintesis. Hal ini sangat membantu dalam mengurangi efek rumah kaca seperti pemanasaan global dan kerusakan lingkungan.

Namun di sisi lain pohon ini juga mempunyai biji karet yang masih jarang diolah. Hal inilah yang mendorong para mahasiswa atau pejuang muda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Sumatera Selatan untuk mengedukasi warga setempat tentang pembuatan tempe dari biji karet.

Pejuang Muda merupakan program sinergi antara Kementerian Sosial RI, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama yang diperuntukkan bagi mahasiswa agar berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.

Baca Juga: Mahasiswa Unair Buat Inovasi, Sulap Vespa Klasik Jadi Motor Listrik!

Para mahasiswa itu adalah Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wijaksono prodi Pendidikan Fisika. Mereka juga dibantu oleh Mangara Klose Siahaan dari Prodi Teknik Sipil Intitut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani serta Nadya Lucyana Prodi Sistem Komputer Unsri.

Mereka ditempatkan di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan.

Tegar Ristianto menjelaskan, kegiatan ini diadakan karena prihatin pada kondisi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sampingan setelah menyadap karet dan banyaknya biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan.

"Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani," ujar Tegar dikutip dari laman UNY, Jumat (18/3/2022).

Di samping itu, sosialisasi dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pandangan baru bagi masyarakat bahwa biji karet yang menjadi potensi besar di Desa Babat akan memiliki nilai jual lebih jika masyarakat mau tergerak untuk memanfaatkannya, seperti mengolah menjadi tempe.

Sementara Alifah Nur Aqrimah mengatakan, tempe adalah makanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Biji karet mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak dan sisanya adalah minerak dan asam sianida. Oleh karena itu asam sianida ini harus dihilangkan dengan cara perendaman selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit.

Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi.

"Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es," terang Alifah.

Selain itu, tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe. Selanjutnya, tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang.

Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 8-10 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup.

Untuk menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan di tempat yang terjadi sirkulasi udara. Tempe didiamkan kurang lebih selama 2×24 jam. Setelah itu tempe siap diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.

Kepala Desa Babat Arie Meidiansyah, M.Pd., berharap kepada masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk mengambil ilmu dan bisa menyampaikan kepada sanak saudara atau tetangga. Sehingga dapat bersama-sama memanfaatkan potensi biji karet di Desa Babat menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual serta dapat menambah penghasilan keluarga.

Asal jangan dicampur sama bubur kertas aja ya, itu namanya pengolah curang. Semoga yang ini rasanya enak. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahasiswa UNY Inovasi Biji Karet Jadi Tempe".

(Tanya Audriatika)

Tag

Editor : Al Sobry