Jadi Masalah Serius di Indonesia, Putus Mata Rantai Penularan TBC dengan Cara Ini

Senin, 21 Februari 2022 | 09:53
Dok. Stop TB Partnership Indonesia (STPI)

Ilustrasi gejala TBC

Hai-Online.com – Penyakit kronis jarang dikaitkan dengan individu berusia muda dan produktif. Padahal, penyakit yang termasuk dalam kategori kronis bisa saja menyerang kelompok usia ini. Salah satunya adalah tuberkulosis atau yang sering disebut TBC.

Buat kamu yang belum tahu, TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Saat ini, penyakit tersebut menjadi masalah serius di Indonesia.

Berdasarkan “Global TB Report 2021” yang dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), estimasi kasus baru TBC di Indonesia setiap tahunnya mencapai 824.000 kasus. Bahkan, Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah pasien TBC tertinggi di dunia setelah India dan Tiongkok.

TBC perlu menjadi perhatian khusus karena bakteri penyebabnya dapat dengan mudah menular lewat udara. Selain itu, TBC dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan paru, hingga merenggut nyawa.

Baca Juga: Tunjukkan Rasa Patriotik Kepada Irlandia, Fontaines D.C Luapkan Pesan Politik Tegas di Single Baru 'I Love You'

Penyebab dan gejala TBC

Kekebalan tubuh yang kurang baik dan merokok dapat memperbesar risiko terjangkit TBC. Data Infodatin Kemenkes juga menunjukkan sebanyak 68,5 persen pasien TBC didominasi laki-laki yang merokok dan 3,7 persen pasien TBC perempuan.

Ketika kondisi tubuh sedang tidak fit dan kamu berkontak erat dengan pasien TBC aktif, penularan dapat terjadi. Mycobacterium tuberculosis dapat menyebar lewat percikan air liur (droplet) saat pasien batuk atau bersin.

Pada beberapa kasus, bakteri TBC juga bisa hidup di udara, terutama di tempat yang tidak memiliki aliran udara dari luar.

Adapun kelompok yang rentan saat tertular TBC adalah pasien penyakit penyerta seperti diabetes dan jantung, pasien HIV, dan seseorang yang kurang gizi.

Baca Juga: Pahami Fase Sulitnya Jatuh Cinta di Lagu Terbaru 'A Phase', Weda: Biar Pendengar Interpretasikan Sendiri Maknanya

Apabila terinfeksi, pasien TBC tidak akan langsung merasakan gejala. Bakteri TBC justru akan tinggal di dalam tubuh hingga bertahun-tahun. Ketika imun tubuh pasien drop, barulah pasien TBC memiliki sejumlah keluhan.

Gejala TBC umumnya berupa batuk lebih dari dua minggu, sakit dada, batuk darah atau dahak, dan sesak napas.

Gejala ini juga sering disertai dengan penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, kelelahan, merasa demam atau kedinginan, hingga muncul keringat dingin pada malam hari.

Memutus mata rantai penularan TBC

Sebagai salah satu penyakit menular yang rentan menyerang siapa saja, TBC menjadi salah satu penyakit yang harus segera diputus mata rantai penularannya.

Baca Juga: Paul Dano Ngaku Sulit Tidur saat Peranin Karakter The Riddler di Film Batman

Sayangnya, meski penyakit ini bisa disembuhkan, Kemenkes menyebut, sebanyak 439.975 pasien atau 54 persen pasien TBC di tahun 2021 belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.

Untuk itu, apabila merasa bergejala atau memiliki keluarga dan kerabat yang mungkin terkena TBC, kamu bisa memutus mata rantai dengan mengunjungi laman #141CekTBC di https://141.stoptbindonesia.org

Program tersebut diinisiasi oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI) untuk mendukung Kementerian Kesehatan memutus mata rantai penularan TBC.

Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia dr. Henry Diatmo, MKM berharap, melalui program #141CekTBC, kaum muda bisa lebih peduli dengan isu kesehatan, termasuk TBC.

Baca Juga: 5 Alasan Putus yang Biarpun Benar, Mending Nggak Usah Dipake

“Kami berharap kampanye #141CekTBC dapat mendorong kesadaran baru bahwa jika batuk tak reda dalam 14 hari atau lebih, sudah waktunya untuk melakukan pemeriksaan ke dokter”, ujar dr Henry.

Lewat program ini, kamu bisa mengetahui apa saja gejala awal TBC dan bagaimana cara mengobatinya sampai tuntas.

Enggak cuma itu, kamu juga bisa melihat lokasi fasilitas kesehatan yang bisa menangani kasus TBC di sekitar area tempat tinggal. Apabila mengalami keluhan batuk, kedua platform tersebut juga bisa membuat pengingat apabila batuk telah berlangsung lebih dari 14 hari.

Nantinya, kamu akan diajak untuk berkonsultasi dengan dokter rekanan STPI dan bergabung dengan komunitas peduli TBC terdekat.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai #141CekTBC, silakan kunjungi situs web berikut ini. Bisa juga mengikuti Stop TB Partnership Indonesia melalui akun Instagram, Twitter, dan Facebook.

Editor : Yohanes Enggar