HAI-Online.com - Tahukah kamu, negara-negara di dunia saat ini rentan terhadap berbagai ancaman bahaya bencana alam seperti banjir, topan, kenaikan muka air laut, dan lain sebagainya.
Sebagai negara dengan tingkat urbanisasi tercepat di Asia (4,1 persen per tahun), Indonesia juga rentan akan ancaman bahaya tersebut.
Hal ini selayaknya menjadi perhatian kita bersama, apalagi menurut lembaga Verisk Maplecroft (2021), setidaknya ada 3 kota dengan kepadatan tertinggi di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) yang masuk dalam daftar 10 besar kota dengan risiko dampak lingkungan (environmental risk) tertinggi di dunia, bahkan Jakarta menempati posisi teratas.
Nah, dengan semangat gotong royong, maka semua aktor dan pemangku kepentingan yang berbeda-beda dapat melakukan co-creation inovasi sosial untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat perkotaan demi masa depan yang berketahanan dan berkelanjutan.
Baca Juga: West Side Story, Film 'Tawuran' Geng Remaja di NY Tayang Hari Ini
Lewat rangkaian kegiatan Urban Innovation Challenge, program pengembangan kapasitas untuk mengatasi masalah pembangunan yang dihadapi oleh komunitas akar rumput (grassroot) dan menjalin langkah kolektif dalam menciptakan kota berketahanan, anak muda diajak ikut menemukan sokusi dan inovasi sosial pada acara penutupan di Demo Day hari Kamis (16/12) lalu.
Menurut Sophie Kemkhadze selaku Deputy Resident Representative, UNDP Indonesia, acara tersebut dapat meningkatkan kohesi dan kesetaraan sosial.
"UIC adalah upaya kami untuk mendorong inovasi akar rumput dan memfasilitasi kolaborasi antara masyarakat dan inovator untuk lebih memajukan pembangunan perkotaan menuju pencapaian SDGs”, ujarnya dalam sambutan di rangkaian acara UIC beberapa waktu lalu.
Program ini tentunya juga hasil kolaborasi antara Ecoxyztem dengan UNDP Accelerator Labs yang telah dilaksanakan sejak Oktober lalu dan berhasil menyaring 12 komunitas/organisasi akar rumput dari 127 aplikasi yang masuk dari berbagai kota di Indonesia.
Baca Juga: OPPA Satu Ini Urusi Masalah Sampah Plastik Kita Lho, Kini 12 Inovator Ikut Bantu Juga
Adapun komunitas/organisasi yang terlibat antara lain Urban Lotus, Fokkalis, Millennials Farmer (Milfa), Gotiz, CEGAS Studio, Sayur Sleman, Layar UMKM, Aliansi Kuliner Indonesia (KUL-IND), AIUEO Kreasi Energi, HAKLI, dan Blue Lens Initiative.
Selama kurang lebih 1 bulan, para komunitas/organisasi telah menerima dukungan berupa workshop dan mentorship yang intensif dari para mentor dan narasumber yang memiliki latar belakang keahlian di 3 topik utama Urban Innovation Challenge.
Para mentor itu berasal dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yayasan Kota Kita, Rame Rame Jakarta, Design Ethnography Lab. (DE:Lab), Resilience Development Initiative (RDI), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), Kopernik, dan Jabar Digital Service untuk memperkuat solusi inovatif yang mereka usulkan.
“Inovasi-inovasi sosial yang diciptakan para komunitas di Indonesia masih belum banyak dikenal masyarakat dan seringkali terabaikan. Padahal banyak sekali produk-produk yang bernilai dan mampu bersaing di pasar Indonesia. Diharapkan dengan adanya acara UIC ini, inovasi-inovasi sosial dari masyarakat dapat lebih dikenal dan dapat saling melengkapi dalam kehidupan bermasyarakat”, ujar Prof. Ahmad Najib Burhani - Institute of Social Sciences and Humanities (ISSH), BRIN dalam acara Demo Day.
Nah dari semua konunitas/ organisasi itu adalah yang berfokus pada 3 topik utama Urban Innovation Challenge tahun ini: Kota Pintar atau Smart City, Pengelolaan Sampah, dan UMKM & Digitalisasi.
Baca Juga: Bukannya Dapat Ikan di Laut, Nelayan Ini Malah Temukan Produk Apple, Ada MacBook Sampe iPhone 13!
Pada Demo Day yang dilaksanakan secara hybrid ini, telah terpilih tiga solusi terbaik yang akan mendapatkan kesempatan mengikuti program pengembangan kapasitas dan pendanaan eksperimentasi dari UNDP Accelerator Labs & Partners, yakni Forum Kolaborasi Komunitas Peduli Sampah (FOKKALIS), Center of Geomatics Application for Sustainable Development (CEGAS) Studio, dan Sayur Sleman.
Salah satu dari dari 3 solusi terpilih, “Sayur Sleman”, dianggap layak menerima pengembangan karena mereka memiliki solusi program sayur online dan sedekah sayur untuk memberdayakan para petani, pedagang sayur, dan UMKM, menyatakan antusiasmenya bisa mengikuti rangkaian kegiatan Urban Innovation Challenge.
“Saya bisa lebih banyak belajar tentang proses disini karena kita dibimbing sejak awal dari pengumuman finalis, bootcamp, hingga Demo Day. Saya mencurahkan komitmen 100 persen untuk acara ini sehingga bisa lebih totalitas," ujar Janu Muhammad, Founder Sayur Sleman.
Janu mengaku bangga menjadi salah satu yang terpilih untuk mengikuti program pengembangan kapasitas dan pendanaan implementasi.
Dia juga menyebut mentor-mentor UIC juga sangat berpengalaman dalam memberikan ilmu yang applicable untuk diterapkan di lapangan dan di masyarakat.
"Terimakasih kepada UNDP Accelerator Labs dan Ecoxyztem yang sudah support full kami kesebelas finalis dari awal sampai nanti implementasi program," tambahnya.
Nggak mau berhenti disini, rangkaian kegiatan Urban Innovation Challenge hingga Demo Day menjadi wadah kolaborasi multipihak, khususnya yang bergerak di level akar rumput (grassroot) yang diharapkan akan terus berlanjut dan bertumbuh dalam menciptakan kota berketahanan.
“Kami patut bangga bisa ikut menjadi saksi dari bertumbuhnya inovasi-inovasi grassroot untuk menciptakan kota yang berketahanan. Ecoxyztem akan terus selalu terbuka untuk berkolaborasi sekaligus berkontribusi dengan semua badan baik pemerintah, non-pemerintah, startup, maupun komunitas grassroot, karena itu sudah menjadi DNA Venture Builder kami untuk mendorong pertumbuhan solusi berkelanjutan ditengah masyarakat.” Jonathan Davy, CEO Ecoxyztem di acara yang sama. (*)