HAI-Online.com – Seperti yang kita tahu, manusia yang kita kenal saat ini bukanlah keturunan dari manusia purba Pithecantropus atau Meganthropus.
Jenis manusia purba yang diduga sebagai nenek moyang bangsa Indonesiaadalah Homo sapiens, yangterbagi menjadi tiga ras, yakni:
- Ras Mongoloid: berkulit kuning, tinggi badan sedang, hidung nggak terlalu mancung dan nggak terlalu pesek, banyak menyebar di Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
- Ras Kaukasoid: berkulit putih, badan tinggi, hidung mancung, menyebar di Eropa dan Asia kecil (Timur Tengah).
- Ras Negroid: berkulit hitam, bibir tebal, rambut keriting, banyak ditemukan di Afrika, Australia, dan Iran.
Peneliti bernama Von Hiene Geldern menyimpulkan hal yang sama setelah menyelidiki penyebaran kapak persegi sebagai alat peninggalan Homo sapiens.
Nenek moyang Indonesia berasal darisejumlahwilayah, mulai dari Campa, Cochin China, Kamboja, dan Tiongkok Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia yang terdiri dari ras Mongoloid dan ras Austromelanesoid.
Baca Juga: Sejarah Teh Celup, Ternyata Awalnya Ditemukan Nggak Sengaja
Persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
Sebagaimana lagu 'Nenek Moyangku', para pendahulu bangsa Indonesia adalah pelaut ulung. Sejak tahun 2.000 Sebelum Masehi (SM) sampai 50 SM, terjadi perpindahan penduduk dari bagian Asia (Yunnan) ke wilayah nusantara.
Perpindahan ini terjadi akibat persaingan antar suku yang membuat sebagian orang memilih pergi untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman.
Kedatangan penduduk ini didukung dengan ditemukannya peninggalan berupa kapak persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Peninggalan serupa juga ditemukan di Vietnam dan Kamboja. Kapak persegi adalah senjata khas bangsa Yunnan.
Secara garis besar, mereka datang dalam dua gelombang besar:
1. Gelombang pertama
Gelombang pertama diperkirakan sampai di wilayah nusantara pada 2.000 SM sampai 1.500 SM. Dari Vietnam, kelompok orang Yunnan terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama meneruskan perjalanan ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Kelompok ini adalah orang-orang ras Mongoloid.
Kelompok pertama ini bertumbuh cukup besar dan hidup di gua-gua di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Sebagian kecil ras ini yang tinggal di Nusa Tenggara bertemu dengan ras Austromelanesoid dan menghasilkan keturunan yang sekarang mendiami Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan kelompok kedua melanjutkan ke Laut Cina Selatan, Filipina, Sulawesi, Maluku, dan Irian (Papua). Kelompok kedua adalah orang-orang ras Austromelanesoid.
Baca Juga: Sejarah 1 Oktober Jadi Hari kesaktian Pancasila dan Bendera Setengah Tiang untuk G30S
2. Gelombang kedua
Gelombang kedua nenek moyang Indonesia datang sekitar tahun 500 SM. Kali ini yang datang hanya orang-orang Austronesia atau Mongoloid. Mereka bergerak dari Tonkin dan menyebar di wilayah nusantara mulai dari Indonesia bagian barat.
Gelombang kedua ini banyak menetap di Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya.
Oleh karena itulah, Indonesia bagian barat saat ini paling banyak DNA dari China atau Asia Timur yang merupakan asal dari ras Mongoloid. Sedangkan ras mongoloid di Nusa Tenggara hanya sedikit. Hal serupa juga terjadi di Indonesia bagian Timur.
Berdasarkan pemaparan di atas, kitapun tahu bahwa rumpun orang-orang Austronesia terdiri atas dua subspesies atau ras,yakni ras Mongoloid dan ras Austromelanesoid. Orang-orang ini merupakan orang yang sebelumnya mendiami Yunnan atau Tonkin.
Baik yang datang ke Indonesia pada gelombang pertama, maupun gelombang kedua menetap di Kepulauan Indonesia. Mereka membentuk komunitas dan membangun peradaban di sini. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Jadi, nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia purba Pithecantropus atau Meganthropus, melainkan orang-orang yang datang dari Yunnan ke Indonesia. (*)
Baca Juga: Gimana Wujud Titanoboa yang Pernah Jadi Ular Terbesar di Dunia?Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Manusia Purba yang Diduga sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia"