HAI-Online.com – Sadar beberapa kota di negaranya termasuk yang terbising di dunia, Menteri Transportasi India mempertimbangkan undang-undang untuk menggantikan suara klakson kendaraan dengan suara musik!
Menurutnya, Menteri Transportasi India, Nitin Gadkari, suara bising yang berasal dari hiruk-pikuk klakson kendaraan bermotor tersebut dinilai akan teratasi jika diganti dengan suara yang lebih enak didengar.
"Saya sedang mempelajari ini dan segera berencana membuat undang-undang bahwa klakson semua kendaraan harus menggunakan alat musik India agar enak didengar," kata Nitin Gadkari kepada media setempat, Senin (4/10/2021) sebagaimana dilansir AFP.
Baca Juga: Aktor Pemain Squid Game Nomor 199 Ternyata Peraih Beasiswa Kuliah di Universitas Seni Korea
Ia pun memberi beberapa alternatif suara seperti seruling, tabla, biola, organ tiup atau harmonium sebagai pengganti klakson kendaraan yang bisa bikin sakit kuping.
Gadkari juga mengatakan dia ingin mengganti sirine yang ia sebut “menjengkelkan" yang digunakan oleh ambulans dan kendaraan polisi dengan nada yang menenangkan.
Mengutip laman Bruel & Kjaer, selama ini India memang diketahui punya beberapa kota paling bising di dunia mulai dari Mumbai, Kolkata hingga Delhi.
Selain itu, kemacetan jalan juga menjadi permasalahan tersendiri di negara tersebut akibat kendaraan seperti becak, bus, taksi, sepeda motor dan mobil pribadi yang saling berebut ruang.
Baca Juga: Biar Nggak Ketahuan, Sekelompok Guru di India Nyontek Pake Perangkat Bluetooth
Di India sendiri, klakson dianggap hampir sama pentingnya dengan pedal gas, dan lebih dari kaca spion.
Pengemudi sering sekali menggunakannya untuk mengingatkan pengguna jalan lain tentang kehadiran mereka daripada sekedar menegur.
Truk warna-warni India sering memiliki pesan yang dicat kendaraannya yang ditujukan untuk menyalip pengemudi seperti "Tolong Klakson OK" atau "Tiup Klakson".
Dampaknya, polusi udara, termasuk suara bising klakson menurut Organisasi Kesehatan Dunia bisa menyebabkan gangguan pendengaran, masalah kardiovaskular, gangguan kognitif, stres dan depresi. (*)