Asal-Usul Ketupat Jadi Makanan Khas Idul Fitri di Indonesia

Senin, 01 April 2024 | 09:13
Pixabay

Ketupat saat Idulfitri

HAI-Online.com - Mungkin pertanyaan ini kerap terbersit di benak siapapun: mengapa menu ketupat menjadi salah satu ciri khas Idulfitri atau lebaran di Indonesia?

Yap, Hari Raya Idul Fitri memang lekat dengan banyak hal. Tapi di Indonesia, imej hari raya lebaran punya identitas sendiri dengan menu makanan satu ini. Kok bisa? Gimana sejarahnya, ya?

Asal Usul Ketupat, Salah Satu Makanan Lebaran di Indonesia

Berdasar wawancara Kompas.com pada 2017 dengan sejarawan Fadly Rahman dari Universitas Padjajaran Bandung, menurut cerita rakyat ada ketika masa hidup Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Menurut Pak Fadly, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman.

Sunan Kalijaga membaurkan pengaruh budaya Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya.

Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan memengaruhi.

Pak Fadly juga menjelaskan ada kemungkinan berasal dari zaman Hindu-Buddha di Nusantara.

Ketupat memang tidak tertulis dalam prasasti yang diteliti para ahli, namun, menurut Pak Fadly ada tanda bahwa makanan dari beras yang dibungkus dengan nyiur sudah dilakukan masyarakat di Nusantara sebelum masa pra-Islam.

Pada zaman pra-Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat.

Baca Juga: Inilah Sejarah Mudik, Tradisi Masyarakat Indonesia Saat Lebaran

Menurut Pak Fadly, ketupat disebut “kupat” oleh masyarakat Jawa dan Sunda, teman-teman.

Kata “kupat” memiliki arti “ngaku lepat”, dalam bahasa Indonesia artinya “mengakui kesalahan”.

Selain itu “kupat” juga berarti “laku papat” atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat.

Empat sisi ketupat juga memiliki maknanya masing-masing, teman-teman. Makna empat sisi ketupat yaitu:

1. Lebaran: Satu sisi ketupat ini bermakna lebaran yang berasal dari kata dasar ‘lebar’. Ini artinya pitu ampun dibuka untuk orang lain.

2. Luberan: Sisi kedua ketupat bermakna luberan yang berasal dari kata dasar ‘luber. Artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.

3. Leburan: Sisi ketika ketupat bermakna leburan yang berasal dari kata dasar ‘lebur’. Leburan bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.

4. Laburan: Sisi terakhir ketupat bermakna laburan yang merupakan kata lain ‘kapur’. Nah, kata ini memiliki makna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi.

Digunakan dalam Berbagai Upacara Adat

Selain dekat dengan hari raya umat Islam, ketupat juga banyak digunakan dalam berbagai upacara adat di Nusantara, teman-teman.

Pada zaman kerajaraan Majapahit dan Pajajaran, ada tradisi pemujaan pada Dewi Sri, yang merupakan dewi pertanian dan kesuburan.

Namun, seiring perkembangan zaman, lambang ketupat digunakan sebagai makna ucapan syukur pada Tuhan.

Ucapan syukur menggunakan ketupat sebagai ungkapan syukur ini misalnya digunakan pada acara Sekaten atau Grebeg Maulud di Jawa dan beberapa upacara adat di Bali.

Ketupat juga menjadi bagian dari tradisi 'perang ketupat'. Tradisi ini misalnya dilakukan di Bangka setiap memasuki 1 Muharram dan ada juga perang ketupat di Badung, Bali, untuk mendapatkan berkah dan keselamatan.

Selain di Indonesia, ketupat juga ditemukan di beberapa daerah di Asia Tenggara, terutama yang banyak ditinggali Suku Melayu. (*)

Artikel ini telah tayang di Bobo.id dengan judul 'Mengapa Ketupat Selalu Ada saat Lebaran? Ketahui Asal-Usul Ketupat di Indonesia, yuk!'

Editor : optimization

Baca Lainnya