Kromosomnya Hancur, Hisashi Ouchi Menjadi Manusia dengan Paparan Radiasi Nuklir Terbesar dalam Sejarah

Kamis, 11 Maret 2021 | 14:38
Wikimedia

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir

HAI-Online.com – Apa yang kalian bayangkan jika tubuh kalian terpapar radiasi nuklir dalam skala yang besar?

Nah, Hisashi Ouchi, seorang teknisi yang bekerja untuk JCO (dulunya Konvensi Bahan Bakar Nuklir Jepang) di Tokai, Prefektur Ibaraki menceritakan pengalamannya terpapar radiasi nuklir terbesar dalam sejarah, sob.

Dan dia adalah satu dari tiga orang yang menjadi korban jiwa dari kecelakaan nuklir Tokaimura.

FYI, kecelakaan nuklir Tokaimura disebut-sebut sebagai kecelakaan nuklir terburuk di Jepang sepanjang sejarah.

Namun apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu?

Baca Juga: Cerita Ninja Terakhir Jepang Soal Cara Berlatih, Mulai dari Menatap Lilin sampai Memanjat Dinding

Dilansir Tribun Travel dari laman Unbelieveable Fact pada Kamis (18/2/2021), kecelakaan itu terjadi pada 30 September 1999.

Saat itu, Hisashi Ouchi (35) dan dua rekannya sedang memindahkan tujuh ember uranil nitrat ke tangki pengendapan.

Setelah ia hampir mencapai tangki, tiba-tiba terjadi reaksi berantai yang tidak terkontrol dan memuntahkan partikel radiasi.

Jumlah energi yang mengenai Ouchi setara dengan hiposenter bom atom Hiroshima.

Ouchi adalah orang terdekat dengan tangki, sedangkan dua rekannya berjarak sekitar empat meter.

Kecelakaan nuklir ini menjadi bencana nuklir terburuk setelah yang terjadi di Fukushima dan Daiichi.

Hal ini mengangkat rasa keprihatinan atas kurangnya pelatihan yang tepat dan langkah-langkah keamanan di pembangkit nuklir pada waktu itu.

Baca Juga: Rahasia Berperang Samurai Jepang Terungkap di Sebuah Teks Kuno Berusia 500 Tahun. Seperti Apa?

Dalam tragedi tersebut, Ouchi terkena radiasi sebesar 17 Sievert (satuan efek biologis akibat radiasi), padahal 8 Sievert saja sudah sangat fatal.

Masing-masing dua rekan yang saat itu bersamanya, Shinohara terkena 10 Sv dan Yokokawa 3 Sv.

Ouchi mengalami nyeri di sekujur tubuh serta mual dan kesulitan bernapas. Ia juga kehilangan kesadaran di ruang dekontaminasi setelah muntah.

Paparan radiasi yang terjadi pada Ouchi sangat parah sehingga kromosomnya hancur dan jumlah sel darah putihnya anjlok mendekati nol.

Sebagian besar tubuhnya mengalami luka bakar parah, hingga organ bagian dalamnya pun rusak.

Karena kondisinya semakin memburuk, ia dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo dan kabarnya menjalani transfusi sel induk perifer pertama di dunia.

Ia diberi banyak darah, cairan, dan obat-obatan yang bahkan saat itu belum tersedia di Jepang.

Dia juga harus menjalani transplantasi kulit karena semua jaringan kulit dan pori-porinya rusak.

Baca Juga: Hari Ini 40 Tahun Lalu, John Lennon Tewas di Tangan Penggemarnya

Setelah dirawat selama seminggu, Ouchi berhasil mengatakan, "Aku tidak tahan lagi, aku bukan kelinci percobaan."

Namun, dokter tetap merawatnya dan mengambil langkah-langkah tepat agar ia bisa bertahan hidup.

Setelah sempat berjuang selama 83 hari, Ouchi meninggal karena gangguan akut pada sistem organnya.

Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menyatakan dia meninggal pada 21 Desember 1999, pukul 11.21 waktu setempat.

Pada tanggal 27 November, jantung Ouchi berhenti berdenyut selama 70 menit.

Namun dokter berhasil menjaganya tetap hidup dengan transfusi darah dan cairan berbagai obat-obatan agar denyut nadinya kembali stabil.

Akhirnya, pada 21 Desember, terjadi kerusakan pada bagian hati yang tidak disadari para dokter.

Keluarga yang sudah mengikhlaskan, meminta agar ia memiliki kematian yang damai.

Baca Juga: Cahaya Terang dan Dentuman di Langit Bali Hebohkan Warga, Ini Penjelasan dari LAPAN

Dari catatan sejarah, Ouchi menjadi sebagai warga Jepang kedua yang meninggal setelah cedera akibat radiasi nuklir sejak tahun 1954. (*)

Artikel initayang di Instisari.grid.id dengan judul "Kromosomnya Hancur dan Sel Darah Putih Nyaris Nol, Inilah Hisashi Ouchi, Manusia dengan Paparan Radiasi Nuklir Terbesar dalam Sejarah"

Tag

Editor : Al Sobry

Sumber Tribun Travel, intisari