Wawancara Eksklusif Coki 'Kelompok Penerbang Roket': Dari Asal Usul Nama Hingga Pengalaman Manggung di Lapas

Jumat, 22 Januari 2021 | 18:26
KPR

Trio rock asal Jakarta, Kelompok Penerbang Roket, luncurkan kembali roketnya melalui single terbaru mereka, “Roda Gila”.

HAI - ONLINE.COM- Kelompok Penerbang Roket (KPR) adalah salah satu band rock ikonik yang turut meramaikan jajaran band rock berkualitas di Indonesia dalam setengah dekade ini.

Konsisten menggunakan lagu berbahasa Indonesia yang mudah dicerna adalah salah satu andalan utama bagi band yang diperkuat oleh John Paul Patton (Bass & Vokal), Rey Marshall (Gitar dan Vokal Latar), serta Igusti Vikantra (Drum & Vokal Latar) ini.

Baca Juga: Mastering Single 'Roda Gila', Kelompok Penerbang Roket Lakukan di Abbey Road Studio

Kali ini HAI memiliki kesempatan berharga untuk berbicara langsung secara singkat dan padat dengan pentolan dan spokeperson dari KPR, John Paul Patton atau yang lebih diakrab dengan nama panggilan Coki. Simak percakapannya berikut.

Selain KPR, apa nih kesibukan lo di tengah pandemi, Cok?

Coki: Lo tau sendiri lah 2020 kemarin kan rame banget tuh pada main sepeda, nah gue juga salah satu di antaranya (tertawa bersama).

Gue emang rutin banget jogging,dan sepeda juga jadi salah satu alternatif gue juga untuk olahraga. Karena momennya lagi pas di saat banyak orang juga lagi ngulik sepeda, makin addict deh tuh.

Kalo gue boleh ngulik lebih dalem nih, mumpung nggak ada anak-anak yang lain; kenapa nama lo bisa dipanggil Coki? Mungkin ini pertanyaan umum tapi sekadar info tidak ada salahnya untuk dibagikan ke yang belum tahu.

Panggilan Coki gue dapatkan ketika masa SMP. Saat itu anak-anak tongkrongan di sekolah selalu memiliki nama panggilan yang mudah untuk diingat, terlebih dengan nama asli gue yang mungkin agak ribet buat dipanggil sehari-hari.

Karena kebetulan gue saat itu juga suka banget sama Netral yang baru diperkuat oleh Coki Bollemeyer, maka julukan Coki mulai melekat ke gue.

Gimana sejarah seorang Coki bisa berkenalan dengan musik? Era dan musik apa yang membesarkan lo?

Coki: Semenjak kecil gue juga selalu hidup bersama musik, setiap hari di rumah Bokap gue muterin band-band Inggris yang sedang naik daunnya di kala itu (musik 60-an dan 70-an) mulai dari Deep Purple, Led Zeppelin, sampe era Buzzcoks dan The Clash.

Selain itu, masa remaja gue ada di era 2000-an awal, zaman di mana skena musik di Jakarta juga sedang memasuki kondisi yang sangat sehat.

Era pop-punk awal masa Blink 182 adalah yang ngebentuk gue banget sampai memunculkan semangat untuk bermusik. Sebagai drummer, anak muda mana yang nggak ngeliat Travis Barker sebagai sosok yang keren di kala itu.

Dari situlah kemudian gue mulai mengenal dan sangat tertarik untuk bermain dan menciptakan musik buat orang banyak. Sedari di sekolah menengah gue udah coba-coba bikin band, yang mana awalnya gue dulu main drum. Baru setelah kelar sekolah gue coba-coba untuk ngulik instrumen lain.

Kapan lo mulai dipertemukan dengan anak-anak KPR dan mulai ngebentuk band dengan mengusung musik seperti KPR sekarang?

Coki: Ada satu sosok sentral bernama Risma - manajer Kelompok Penerbang Roket) – yang mempertemukan gue dengan personel KPR yang lain.

Gue sendiri sudah kenal Risma dalam waktu yang lumayan lama. Jadi Risma melihat gue memiliki kecenderungan yang sama dengan music yang diusung oleh KPR.

Awalnya dulu di tahun 2011/2012, KPR juga menjadi band pengring dari seorang solois, bernama Savira Singgih; sehingga nama panggungnya waktu itu adalah Savira Singgih & Kelompok Penerbang Roket.

Kami dulu banyak bawain lagu-lagu era 70-an yang berisikan elemen rock, blues, dan jazz sehingga irisannya tetap sejalan dengan KPR. Tapi sambil mengiringi Savira, KPR juga tetap nabung buat materi-materi yang akhirnya jadi deh beberapa tahun setelahnya.

Nggak lama setelah kalian menggebrak skena musik Indonesia melalui ‘Teriakan Bocah‘ pada tahun 2015 yang menjadi titik balik bagi KPR, kalian langsung tancap gas untuk ngerilis cover album ‘HAAI’ milik Panbers, itu sampai dibuatkan album secara khusus?

Coki: Awalnya sih kami emang pengen bikin album yang full bawain lagu-lagu rock Indonesia era 70-an. Panbers tentu masuk ke dalamnya dengan 2 atau 3 lagu yang kita pilih, namun beberapa artis lain seperti Duo Kribo dan AKA juga masuk dalam daftar.

Setelah berdiskusi dengan seluruh elemen produksi album ini, salah satunya adalah David Tarigan – pencetus label Aksara Records – Panbers akhirnya dipilih untuk dibawakan albumnya secara penuh karena alasan keterjangkauan komunikasi dan administrasi yang berkaitan dengan royalti dan sebagainya.

Kalo boleh menyimpang dikit nih, sebelumnya lo juga pernah gabung bareng Elephant Kind juga ya? Boleh dijelaskan?

Coki: Betul. Saat ini ada salah satu temen gue, Ratih (Neomemora) yang sedang ngerjain album. Gue kebetulan karena satu tongkrongan juga sering bantu-bantuin proses rekaman dan live-nya Neonomora, dan yang saat bersamaan di situlah gue mulai kenal sama Ibam (Bam Mastro) yang merupakan adik dari Ratih.

Karena sama-sama sering bantuin Neonomora, kami juga punya selera music yang kebetulan juga beririsan. Jadi gue yang saat itu juga seneng banget untuk ngulik sound-sound baru langsung ngeklik aja bareng Bam Mastro dan para “pembantu panggung“ Neomomora yang lain. Secara organik kemudian terbentuklah Elephant Kind melalui proses tersebut dan semuanya berjalan begitu cepat.

Balik lagi ke KPR, kalian dulu pernah secara menarik menggelar showcase di Lapas. Apa cerita di balik itu?

Coki: Selain karena kami bertiga emang menyampaikan musik kita kepada para tahanan di penjara; saat itu kebetulan Lapas Cipinang – tempat konser tersebut dihelat – sedang dalam membangun pusat kegiatan bagi para tahanan.

Bak gayung bersambut, saat itu kami sedang gencar-gencarnya untuk mempromosikan ‘Mati Muda‘; sehingga sangat senang bagi kami untuk dapat menghibur para penghuni Lapas dengan musik yang kami punya.

Kalo Berita Angkasa sendiri tuh mulai kebentuk kapan?

Coki: Risma lagi-lagi adalah inisiator untuk pembentukan label ini yang memang sudah direncanakannya sejak 2009/2010, sebelum KPR terbentuk.

Berita Angkasa yang juga merupakan salah satu judul lagu kami kemudian memiliki peran penting dalam beberapa rangkaian tur dan promosi untuk KPR. Selain itu Berita Angkasa juga menaungi musisi-musisi dan band potensial lain seperti Jangar

Dibuka dengan ‘Dikejar Setan‘; 2020 juga kalian lalui dengan sangat produktif dengan menyusulnya single ‘Roda Gila‘ serta cover lagu milik The Brandals ‘100 % Kontrol‘ di akhir tahun. Apakah ketiga track ini memang disiapkan untuk masuk dalam rangkaian album KPR dalam waktu dekat?

Coki: Sepertinya ‘Roda Gila‘ yang akan masuk dalam mini album ke depan yang Insya Allah rilis di tahun ini. Sementara dua lagu lain hanya dirilis sebagai single.

Selain itu di tahun 2021 ini kami juga pengen bikin rilisan lain karena masih banyak juga materi-materi KPR yang menunggu untuk difinalisasi. Kami berharap juga bisa banyakin show virtual tahun ini kalo pandemi emang belum akan selesai.

Terakhir, kali ini pertanyaan dari warganet; Siapa musisi Indonesia favorit lo yang paling menginspirasi dan lo ajak untuk kolaborasi bareng KPR?

Coki: Duo Kribo. Memiliki sebuah karya yang fenomenal dengan Achmad Albar adalah salah satu impian dalam hidup gue, semoga bisa segera terjadi.

Simak video musik 'Roda Gila':

Penulis: Mohammad Farras Fauzi

Tag

Editor : Alvin Bahar