Blending Learning untuk Pelajar 2021, Sekolah Harus Menyenangkan Seperti Ini

Sabtu, 02 Januari 2021 | 15:00

Blending Learning untuk Pelajar 2021, Sekolah Harus Menyenangkan Seperti Ini

HAI-Online.com- Seperti yang sudah diumumkan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta,Nahdiana bahwa hingga saat ini pemerintah prioritas kesehatan peserta didik, guru dan para tenaga kependidikan.
Karenanya, pembelajaran tatap muka belum dapat dilaksanakan, sehingga seluruh sekolah di DKI Jakarta tetap melanjutkan pembelajaran dari rumah.

Meski demikian, Nahdiana menjelaskan keterangannya, Sabtu (2/1/2021), sekolah-sekolah yang memenuhi kriteria dalam asesmen akan menjadi sekolah model dalam pelaksanaan blended learning.

Baca Juga: Semester Genap Tahun 2021, Semua Sekolah di DKI Jakarta Belajar dari Rumah

Untuk itu, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta tengah mempersiapkan pembelajaran campuran atau blended learning ini untuk diterapkandi masa pandemi covid-19.

Sejumlah sekolah bakal dijadikan model untuk solusi tersebut.

Blended learning adalah pembelajaran dengan mengombinasikan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran dari rumah.

Nahdiana menjelaskan pihaknya tengah mempersiapkan situs khusus bernama Siap Belajar untuk asesmen sekolah-sekolah di DKI Jakarta.

Berbagai pihak pun telah dilibatkan, termasuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dinas Kesehatan DKI Jakarta, hingga orang tua murid agarblendedlearningtetap aman dijalankan dan hasilnye menyenangkan bagi siswa.

Laman Siap Belajar itu akan memverifikasi kondisi sekolah secara langsung.

Nantinya, sekolah model akan diawasi dan dievaluasi selama pelaksanaan blended learning.

Dalam paparan yang berbeda di pertemuan online beberapa waktu lalu, Muhammad Nur Rizal penggagas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), mengingatkan orientasi pendidikan di masa darurat wabah global ini tidak boleh sama seperti di masa normal.

Baca Juga: Cowok Ini Menikah dengan Bawa Mahar Sandal Jepit, Ijab Qabul 3 Kali Diulang, Lupa Nyebut Seperangkat Alat Ibadah

"Di era gawat darurat ini orientasi pendidikan tidak boleh berdasar pada buku saja namun harus berdasarkan kondisi nyata di lapangan sehingga terjadi kolaborasi antara orangtua dan siswa dan guru. Bukan karena terpaksa belajar dari rumah," ujarnya.

Karenanya Rizal menyampaikan, "guru tidak hanya menyiapkan pedagogi, tapi juga perlu menyiapkan skenario pembelajaran."

Menurutnya pembelajaran berbasis skenario ini akan membuat siswa lebih kontekstual dengan realitas yang terjadi dengan sekitarnya.

"Hybrid learning mengombonasikan antara online dan offline orientasinya adalah problem solving, memecahkan masalah. Maka revolusi pendidikannya adalah anak diajarkan abstract thinking sehingga bisa menganalisa permasalahan dengan baik," jelas Rizal.

Untuk itu ia juga menjelaskan tugas guru kini bukan saja mentrasfer pengetahuan, melainkan memberikan pembelajaran yang harus berdasarkanpersonalized learning.

"Mengacu ke kodrat anak didik kita yakni keingintahuan, berimajinasi, berkolaborasi dan kemerdekaan," jelas Rizal lagi.

Ia menjelaskan, "jadi kalau karena blended learning, orientasi kurikulum, pendidikan, dan guru tidak hanya mencekokkan pengetahuan kepada anak, namun anak didorong bisa menemukan sendiri pengetahuan, menganalisa dan mengolah menjadi value untuk dirinya," bebernya lagi.

Tak hanya itu, Rizal juga menyampaikan pembelajaran campuran ini harus mengubah cara-cara lama menjadi cara baru.

Hybrid learningharus membongkar paradigma di mana siswaberkompetisi.

Baca Juga: Jangan Khawatir! Kemendikbud Buka Wacana Teruskan Program Kuota Gratis Pada 2021

"Kalau orientasi pendidikan hanya mentrasfer pengetahuan atau buku cetak,onlinehanya memintadahkan tatap muka maka dipastikan kualitas pendidikan tidak akan pernah naik," tegas Rizal.

Rizal menambahkan yang harus dilakukan adalah membangun ekosistem inovasi dan fleksibilitas.

"Beri ruang pada anak untuk tidak takut salah dalam belajar. Sistem nilai kadang memfix-kan anak kita ketika nilai tidak baik," paparnya,

Lebih lanjut, pendidikan campuran ini harus membangun pikiran tapi menyenangkan. "Dengan belajar menyenangkan anak akan ketagihan belajar, mereka akan belajar sendiri tanpa disuruh. Untuk itu pelajaran harus penuhtantangan dan sesuai dengan kenyataan," jelasnya.

"Biasakan anak bekerja sama, hybrid learning memiliki potensi untuk mendorong anak bekerja sama satu dengan lain," ujarnya.

"Fungsi teknologi bukan menjauhkan anak tapi justru harus medekatkan," kata Rizal lagi. (*)

Tag

Editor : Al Sobry