10 Rekomendasi Film Dokumenter Tentang Band Indie Indonesia, Wajib Tonton!

Minggu, 20 Desember 2020 | 12:00
RENDHA RAIS

Seringai

HAI-ONLINE.COM - Jenis film yang paling kita kenal adalah film fiksi. Sementara film dokumenter, yang isinya adalah rekaman kisah nyata tentang suatu peristiwa atau cerita sosok, memang agak jarang muncul, apalagi di bioskop.

Tapi, film dokumenter itu nggak kalah penting. Apalagi bagi para pelaku di scene musik. Film dokumenter bisa jadi “monumen” riwayat perjalanan hidup band.

Film dokumenter, yang biasanya dibuat atas kemauan sendiri band, menjadi cara band untuk menunjukkan eksistensinya dengan caranya sendiri. Bukan berdasarkan hasil liputan media yang biasanya punya kepentingan tertentu.

Cara dan isi tiap dokumenter ini pun beda-beda, ada yang berisi gigs penting mereka dari awal karier; ada juga yang merekam konser-konser terakhirnya, dan ada juga yang menceritakan suatu konser tertentu atau proses perekaman album tertentu.

Apa pun itu, kesemuanya adalah momen penting nan seru.

Sebagian film ada yang dijual format DVD-nya, sebagian lagi ada yang diputar secara terbatas di acara-acara tertentu. Ini dia 10 di antaranya:

Baca Juga: Erix Soekamti Bareng Al dan Dul Buka Destinasi Wisata Baru di Yogyakarta

Generasi Menolak Tua (2010) - Seringai

Video ini berisi sekumpulan footages konser dari masa ke masa, wawancara personel dan narasumber lain serta video klip. Tentu, di video ini bakal banyak adegan liar yang nggak mungkin bisa masuk ke televisi.

Kalian yang memulai perjalanan sebagai Serigala Militia, ada baiknya menonton film ini dulu.

“Seringai adalah satu-satunya band berdistorsi yang berhasil bergabung dalam scene yang baru berkembang itu,” kata Wendy Putranto, jurnalis musik yang diwawancara di film ini.

Hiphopdiningrat (2010) - Jogja Hip Hop Foundation

Belum banyak musisi rap yang mencuat, apalagi yang liriknya bahasa daerah. Itulah mengapa Jogja Hip Hop Foundation menjadi penting.

Film dokumenter ini bercerita tentang perjalanan karier mereka, footage konser mereka di Jakarta dan Singapura, serta testimoni narasumber yang datang dari berbagai macam kalangan, salah satunya adalah Iwa K.

A Documentary of Mocca: Life Keeps on Turning (2011) - Mocca

Doc. Mocca

Poster film A Documentary of Mocca

2011 adalah tahun penting bagi Mocca. Pasalnya, sang vokalis, Arina, memilih ikut suaminya tinggal di Amerika Serikat.

Di tahun ini pula mereka memutuskan untuk vakum sejenak.

Film dokumenter ini berisi kumpulan rekaman video panggung-panggung terakhir Mocca, termasuk panggung rahasia mereka yang digelar di kampus Itenas, tempat Mocca pertama kali terbentuk.

Berdansa Bersama Shaggy Dog (2012) - Shaggy Dog

Shaggydog sudah terbentuk sejak 1997. Mereka menjadi salah satu ikon musik Yogyakarta.

Perjalanan kariernya pun menarik untuk disimak. Memulainya dengan jalur indie, Shaggydog pernah mencicipi berkarya lewat major label.

Namun akhirnya mereka memilih balik untuk indie lagi, bahkan sampai bikin label rekamannya sendiri. Di tahun ke-15, Shaggydog merilis dokumenter ini berisi kisah perjalanan karier mereka selama itu.

Rock For Kamtis (2013) - Endank Soekamti

Satu hal yang perlu kamu tahu dulu, film ini bisa ditonton secara gratis dan legal di YouTube. Film dokumenter yang digarap pada 2012 ini bercerita tentang proses pembuatan album kelima mereka, Angka 8.

Selama sebulan penuh, mereka dikarantina di Fat Bastard Studio Semarang. Video ini bercerita bercerita tentang keseharian mereka selama di sana.

Marching Menuju Maut (2013) - BRNDLS

Film ini dirilis pada ulang tahun BRNDLS di perayaan ultah mereka ke-12. Isinya adalah cerita perjalanan band mereka dari awal banget. Bahkan, sempat diceritakan ketika mereka masih memakai nama The Motives.

Ada sejumlah wawancara dengan musisi-musisi Indie tentang Brndls. O ya, film ini juga minim sensor, jadi banyak kata-kata “liar” dan aksi-aksi nakal selama di panggung.

Be Seen and Be Scene- Pee Wee Gaskins

Udah pada tahu dong kalau band pop punk Jakarta ini pernah manggung di Jepang pada Agustus 2012? Nah, dokumenter yang judulnya dinukil dari salah satu lagu mereka ini berisi tentang catatan perjalanan mereka selama di Jepang itu.

Siapa juga, sih, yang nggak bangga bisa manggung di konser sekelas Summer Sonic. Film ini digarap oleh Arndriyanto Dewo dan Tika Pramesti. Pada 2013, Pee Wee Gaskin merilisteaserdari film dokumenter ini.

We Will Bleed (2013) - Burgerkill

Nggak hanya berisi catatan sejarah terbentuknya band dan wawancara personel saja, film dokumenter sepanjang 90 menit ini juga menampilkan cerita dan testimoni dari para mantan personel.

Film yang masa pembuatannya sampai 5 tahun ini dirilis ketika usia band sudah 17 tahun. Salah satu misi lain dari film dokumenter ini adalah untuk mengenang almarhum Ivan Scumbag yang pernah menjadi vokalis Burgerkill.

Siar, Daur, Baur (2014) - Pandai Besi

Efek Rumah Kaca adalah band yang nggak cuma produktif, tetapi juga dinamis, terutama di urusan formasi.

Yang paling mengejutkan adalah ketika Efek Rumah Kaca bertranformasi menjadi Pandai Besi dengan anggota Cholil Mahmud (vokal, gitar), Akbar Bagus Sudibyo (drum) Poppie Airil (bass), Andi Sabarudin (gitar), Muhammad Asranur(piano), Agustinus Panji Mahardika (terompet), Irma Hidayana, Nastasha Abigail dan Monica Hapsari (vokal latar) yang membawakan lagu-lagu ERK dengan komposisi baru.

Nah, film ini menggambarkan tranformasi ERK menjadi Pandai Besi itu. Film dengan durasi 80 menit ini juga menampilkan pertunjukan Pandai Besi dengan set studio Lokananta, Solo.

White Shoes & The Couples Company di Cikini (2016) - White Shoes & The Couples Company

Film ini sajian utamanya adalah dokumentasi konser mereka di konser WSATCC Konser di Cikini pada Agustus 2015. Tapi, persiapan mereka di belakang panggung, serta wawancara tiap personel tentang riwayat band juga menjadi sangat penting dan menarik.

Film ini adalah garapanWSATCC dan RURU Corps bekerjasama dengan Digilive. Yang bertugas menjadi sutradara adalah Henry Foundation.

Ada yang sudah kalian tonton? Atau ada yang bisa menambahkan list ini? komen di kolom komenter bisa kali, nih.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya