HAI-Online.com - Sebuah perusahaan teknologi di China mendapat kecaman publik lantaran memasang timer di tiap bilik toilet kantornya.
Sejumlah warganet pun berspekulasi dan menuding kalo hal tersebut merupakan bentuk pengekangan jam kerja dari perusahaan terhadap karyawannya.
Awalnya, foto timer di atas bilik toilet itu disebar di internet oleh sebuah akun.
Baca Juga: Wow Toilet Umum di Jepang Ini Berkonsep Tembus Pandang, Ternyata Ada Tujuannya!
Akun itu pun mengklaim kalo hal tersebut dilakukan si perusahaan dengan tujuan untuk membatasi jeda ke kamar kecil dan meningkatkan produktifitas kerja para karyawan.
Dengan cepat, foto tersebut menjadi trending topik di Weibo (platform serupa Twitter di China) dan menarik ribuan komentar negatif netizen yang mengecam tindakan perusahaan tersebut.
Seorang warganet, sebagaimana digutip dari Daily Mail, menulis: "Sekarang orang bahkan tidak memiliki kebebasan untuk buang air?"
Sementara, yang lain berpendapat: 'Ini keterlaluan. Mereka ingin kamu melakukan pekerjaanmu dengan cepat dan buang air juga dengan cepat!"
Baca Juga: Waduh! Warganet Pada Janji Posting Foto Telanjang Jika Joe Biden Menang di Pemilu AS 2020
Menyusul ramainya kecaman, perusahaan bernama Kuaishou tersebut akhirnya menjelaskan bahwa pengatur waktu dipasang untuk mengatasi masalah 'kekurangan toilet' di kantornya.
"Faktanya jumlah toilet saat ini terbatas di lokasi, dan ada masalah serius karyawan yang mengantri untuk pergi ke toilet," tulis Kuaishou dalam posting Weibo.
'Tetapi karena tata letak konstruksi gedung, sangat sulit untuk membangun bilik toilet baru di dalam gedung,' lanjut pernyataan tersebut.
Dengan memasang perangkat pemantauan, perusahaan tersebut mengklaim pihaknya dapat menentukan berapa banyak toilet portabel yang dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan stafnya.
Sementara, masih belum jelas apakah timer di atas bilik toilet telah dihilangna setelah munculnya kontroversi tersebut.
Adapun China selama ini memang dikenal sebagai negara yang disiplin soal kerjaan, jadi nggak heran bila muncul isu adanya pengekangan terhadap kebebasan karyawan. (*)