Sempat Jadi Buronan Pas Penutupan Gang Dolly, Jarwo Kini Sukses Jadi Pengusaha Tempe

Kamis, 29 Oktober 2020 | 07:10
Sesa-Haionline

Potret Jarwo saat membuat olahan kedelai menjadi tempe

HAI-Online.com -Siapa yang nggak asing dengan nama lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, bahkan lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand atau Geylang di Singapura.

Dulu di kawasan ini terpampang nyata para wanita penghibur yang dijajakandalam dinding kaca mirip etalase.

Sempat menuai kontroversi antara warga dan juga pemerintah Surabaya yang pada saat itu, tahun 2014 adanya penutupan lokalisasi Dolly. Namun, warga setempat yang merasa kontra karena usahanya yang berada di sekitaran Dolly akan ikut terdampak dan nggak punya penghasilan lainnya.

Baca Juga: Libur Panjang Telah Tiba! Kuota Pendakian Gunung Gede Pangrango Diprediksi Aman

Dolly pun resmi ditutup tahun 2014 silam, saat Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengumumkan secara terbuka di Islamic Center Surabaya.

Saat itulah cerita laki-laki berusia 40 tahun dimulai. Nasib nahas yang dideritanya saat ikut menyuarakan penolakan penutupan Dolly, karena merasa sangat dirugikan dan nggak dapet uang kompensasi seperti yang diterima oleh para PSK Dolly.

sesa.Haionline

Bang Jarwo saat melakukan proses pembersihan kedelai yang akan diolah menjadi tempe

Pemilik nama lengkap Jarwo Susanto dulunya adalah pedagang kaki lima yang menjual aneka minuman alias warung kopi disekitaran gang Dolly.

Merasa sangat terdampak akhirnya Jarwo ikutan demo. Nggak diduga ternyata demo yang diikutinya berujung keos antar warga dan juga aparat di Jl. Dukuh Kupang Surabaya.

Sebagian pendemo ditangkap oleh pihak Kepolisian lalu dimintai keterangan, salah satunya adalah kakak Jarwo yang juga ikut diproses.

Pada saat yang sama, nama Jarwo ternyata jadi buronan Polisi yang dianggap terlibat dalam aksi demo tolak tutup Dolly.

Merasa terancam, Jarwo-pun memutuskan untuk kabur dan melarikan diri ke luar kota untuk melindungi dirinya dari penangkapan. Pada akhirnya, Jarwo memutuskan untuk tinggal sementara waktu di rumah kakaknya di Sidoarjo yang saat itu berjualan dan produksi tempe rumahan.

Baca Juga: Menilik Donat Bomboloni dengan Sentuhan Jakarta ala SURI Patisserie

Belajar membuat tempe dari kakaknya, akhirnya Jarwo memberanikan pulang ke Surabaya dalam keadaan sudah aman, Jarwo-pun berbekal 3kg kedelai yang siap diolah jadi tempe.

Setelah membuat tempe di rumahnya, Jarwo mencoba membagikan beberapa tempenya ke tetangga sekitar dan saudaranya. Tanpa disangka, kalo tempe buatannya sangat enak dan pas rasanya.

Baca Juga: Cowok Ini Lebih Pilih Ngasih Daging Sirloin untuk Kucingnya, Mengaku Lebih Sehat Meskipun Habiskan Jutaan Rupiah

Tanpa rasa ragu, dengan bermodal uang 180 Ribu aja, Jarwo mulai mencari bahan baku pembuatan tempe untuk dijual lagi. Waktu-pun berjalan, Jarwo terus berkembang dengan dibantu oleh pemerintah Surabaya yang mengadakan program untuk warga terdampak Dolly, hingga Jarwo-pun meminta alat penggiling pembuatan tempe.

Merasa sangat didukung oleh semua pihak, Jarwo semakin semangat menjual dagangannya keliling pasar tradisional dan sekitaran tempat tinggalnya dengan berkayuh sepeda buntut miliknya.

Kini omset yang diterima Jarwo tiap bulannya mencapai Rp.13.000.000,- per-bulannya. Dalam sebulan, ia berhasil menjual 12.000 ribu bungkus dan produksi sebanyak 25kg.

Tempe Dolly bang Jarwo bervariatif, mulai dari harga Rp. 1.000,- sampai Rp. 2.000,- per-bungkusnya. Memiliki panjang kurang lebih 11-13cm, tempe Jarwo dijamin sangat alami, 100% kedelai dan jauh dari bahan pengawet. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya