Kisah Pelajar Rela Ngemper Pinggir Jalan Demi Sinyal Internet untuk Tugas Kampusnya

Minggu, 02 Agustus 2020 | 11:50
(ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)

Seorang mahasiswa jurusan manajemen Universitas Muhammadiyah Magelang Teara Noviani (kiri) mengerjakan Ujian Tengah Semester secara daring di pinggir jalan kawasan pegunungan Menoreh di Desa Kenalan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (20/7/2020). Teara mengaku kesulitan mendapatkan sinyal internet di wilayahnya, sehingga setiap hari terpaksa mengerjakan tugas kuliah dan ujian di pinggir jalan yang sinyal internetnya kuat.

HAI-online.com -Ini cerita Teara Novianti. Cerita perjuangan seorang mahasiswi berburu sinyal internet selama proses pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi virus corona ini.

Nggak semua siswa atau mahasiswa dapet kemudahan mengakses internet. Teara salah satunya.

Mahasiswi semester dua di Universitas Muhammadiyah Magelang, Jawa Tengah, ini harus berjuang mengikuti pembelajaran daring di pinggir jalan nggak jauh dari rumahnya kawasan Perbukitan Menoreh, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Edo Putra, Pelaku Prank Daging Kurban Isi Sampah: Setidaknya Habis Dikerjain Ibu-Ibu Dikasih Duit

Selama empat bulan sejak kebijakan belajar di rumah diterapkan, ia harus menuju tepi jalan untuk mendapatkan sinyal supaya bisa mengikuti perkuliahan.

Teara menceritakan, sudah dua kali mengikuti ujian yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester di tepi jalan.

“Awalnya bingung, gimana saya bisa belajar daring kalau di rumah saja sinyal enggak bisa,” cerita Teara saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/7/2020).

Ia mengatakan, lokasi tepi jalan yang jadi lokasinya “nongkrong” untuk belajar adalah titik yang memang digunakan warga setempat sebagai tempat mencari sinyal provider.

“Jadi saya memutuskan untuk di situ saja,” ujar dia. Sebenarnya, beberapa teman mengajaknya belajar di rumah mereka yang lebih mudah akses sinyal internetnya. Namun, jarak dari rumah Teara ke rumah temannya, yang terdekatbisa ditempuh sekitar 20 menit.

Baca Juga: Gilang Bungkus Viral, Kampus Unair : Sedang Kami Lacak, Tapi...Oleh karena itu, ia lebih memilih ke tepi jalan yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya saat ada perkuliahan. Cara ini dianggapnya lebih efektif.

“Lagipula kalau setiap hari bertamu ke rumah teman, kan pakewuh juga,” kata Tiara.Jalan desa Menurut Teara, lokasi tempat untuk nyari sinyal itu adalah jalan desa yang hanya dilewati warga sekitar sehingga pertimbangannya lebih aman serta lebih banyak orang yang ia kenal yang melintasi daerah itu.

Di dekat rumah Teara, tepatnya sekitar 100 meter dari rumah, sebetulnya terdapat Balkondes (Balai Ekonomi Desa Borobudur) yang menyediakan fasilitas free wifi.

Sayangnya, pada awal-awal pandemi, tempat tersebut tutup. Saat masa adaptasi kebiasaan baru, lokasi tersebut udah dibuka lagi.Balkondes itu baru buka sekitar pukul 09.00-10.00 WIB.

“Jadi mau enggak mau selama Balkondes belum dihidupin saya tetap di jalan itu,” kata dia.

Bareng adik dan sepupu Teara menceritakan kalo dia nggak sendiri belajar di tepi jalan desa. Biasanya, Teara bareng adik dan sepupunya belajar di sana. Tapi, saat ujian kenaikan kelas berlangsung, ada lebih dari 10 siswa yang datang ke tempat itu.Saat ini, para siswa SMP menjalani aktivitas belajar dalam waktu yang dibagi secarashift. Sementara, para siswa SD nggak lagi nyari sinyal di tepi jalan karena para guru mendatangi rumah siswa.

Teara selama ini udah mencoba berbagai operator, akan tetapi sejauh ini hanya ada satu operator yang sinyal internetnya bisa menjangkau wilayah tempat tinggalnya.

Itu pun hanya bisa digunakan untuk mengirim pesan Whatsapp, dan hanya bisa dilakukan di satu titik di rumahnya yaitu kamar mandi.Sinyal juga nggak kuat kalo dipake untuk kirim pesan dalam bentuk lampiran file.

Baca Juga: Mahasiswa Ini Rela Sewa Perahu dan Sebrangi Pulau Demi Dapetin Sinyal Untuk Kuliah Online

Kalo malem harinya, dan masih harus mengirimkan tugas, maka Teara tetap turun ke tepi jalan. “Kalau malam gelap, makanya sering ditemani Mbah Kakung, atau adik saya,” kata dia.

Selain itu, kendala yang dia hadapi adalah saat hujan turun. Beberapa kali, ia nggak bisa mengikuti kuliah karena hujan. Pernah juga dia nyoba berteduh di bawah payung sambil mengikuti perkuliahan dari tepi jalan.

“Jadi gimana caranya, bisa ikut kuliah,” kata dia.

Saat ini, Teara menyebutkan, pihak kampus yang mengetahui kendalanya selama belajar dari rumah akhirnya menemui Teara.

“Mereka sangat mengapresiasi sekali. Terus katanya mau diprioritaskan untuk dapat beasiswa prestasi. Jadi memang pihak kampus responnya cepat dan bagus,” ujar dia. (*)

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Cerita Teara, Berburu Sinyal Internet di Perbukitan Menoreh untuk Kuliah Online...",

Tag

Editor : Al Sobry