10 Tahun Album Ad Astra Per Aspera - Pee Wee Gaskins: Simak Interview HAI dengan PWG Soal Album Tersebut

Kamis, 23 Juli 2020 | 10:01
Dok. Pee Wee Gaskins

Artwork album Ad Astra Per Aspera Pee Wee Gaskins

HAI-ONLINE.COM - Berada di bawah label Alfarecords, Pee Wee Gaskins yang diawaki Sansan (vokal), Dochi (bass), Eye (gitar), Omo (synth) dan Aldy (drum) ini mengusung satu nama untuk album ketiga: Ad Astra Per Aspera.

Bagi Dochi dkk., frasa Latin yang berarti menuju bintang dengan segala apa yang dimiliki itu, amat sesuai dengan keadaan mereka pada 2010.Terbiasa menghadapi kritik atau sentilan, membuat anak-anak Jakarta Selatan ini lantas pake prinsip "balas lewat karya." Album tersebut yang jadi taruhannya. Saat itu mereka memang sedang berada di masa yang paling menjanjikan: momen penting ketika bintang muda siap untuk bersinar menaungi langit! Yang akhirnya terbukti kok, kritikan dan haters hilang, PWG masih berkilau.Berikut petikan wawancara Hai soal album tersebut, yang dirilis 2010 lalu:

Baca Juga: Album 'Appetite For Destruction' Guns N' Roses Anniversary Ke-33 Punya Deretan Fakta Menarik!

Ada 12 track di album terbaru kalian. Lagu Dari Mata Sang Garuda yang sudah lebih dulu dirilis secara unofficial, bakal jadi jagoan pertama? Dochi: "Sebenarnya kami memiliki 13 track, tetapi satu track kami tahan, karena belum sempurna dari segi lirik. Lagipula track tersebut sebagai cadangan, kalau suatu saat kami diminta membuat soundtrack atau apapunlah. Dari Mata Sang Garuda akan kami buat video klip-nya terlebih dahulu. Meski demikian, lagu Jakarta is A Mistake kami lempar lebih awal lewat purevolume.com."Hampir keseluruhan materi album baru kalian mengarah ke mid-tempo. Mencoba memperluas pasar atau karena faktor usia? Sansan: "Memang benar di album ini tempo permainan kami lebih pelan alias nggak ngebut-ngebut amat. Tetapi justru musik kami jadi semakin garang. Tak ada tujuan khusus, semua lagu tercipta begitu saja sesuai perkembangan bermusik kami." Dochi: "Awalnya semua personel membuat aransemen dengan tempo yang ngebut. Tetapi kami merasa kurang sreg. Begitu tempo diubah menjadi agak pelan, ternyata lebih enak dan dapat soul-nya." Aldy: "Itulah kerennya album ini, lagu-lagunya lebih variatif ketimbang album pertama yang cenderung seragam."Rekamannya berapa shift?

Eye: "Lebih dari 30 shift. Nggak seperti dulu, kali ini tiap orang kebagian shift sebebas-bebasnya untuk menyelesaikan satu lagu terlebih dahulu. Itulah enaknya kalau sudah memiliki label, ada jaminan finansial. Hahaha!"Siapa yang mendominasi pembuatan lirik dan lagu? Sansan: "Kami membuat lagu bersama-sama. Aransemen kami matangkan terlebih dahulu, setelah itu masing-masing orang membuat liriknya.

Saya membuat satu lirik lagu, Dochi juga membuat, begitu pula Eye, Omo dan Aldy. Komposisinya lebih banyak lirik berbahasa Indonesia, 80-20 persen lah." Eye: "Gue membuat lirik untuk lagu Detik Tak Bergerak. Liriknya tentang hubungan antara orangtua dan anak, inspirasinya dari kedua orangtua gue yang sudah berpulang." Dochi: "Kebanyakan lirik yang kami buat mengambil sisi gelap dari suatu hal. Misalnya saja tentang ulang tahun. Kami malah mengangkat kenyataan bahwa ulang tahun artinya semakin mendekati ajal, bukan melulu senang-senang."Sansan membuat sebuah lagu berjudul Jakarta is A Mistake. Apa yang salah dengan Kota Jakarta? Sansan: "Judul itu muncul dari Dochi. Kami mau membawa nuansa hometown aja. Selain itu, lagu ini juga jadi lecutan semangat bagi kami saat menghadapi berbagai rintangan. Sekuat apapun serangan yang menghantam, selama kami berlima kompak pasti semuanya akan baik-baik saja."

Baca Juga: Sempat Demam Lalu Sembuh, Member AKB48 Positif Suspek CoronaKalian sempat reformasi, Dochi ganti bermain bass sedangkan Eye menjadi gitaris. Kenapa bisa begitu? Eye: "Awalnya karena gue sempat telat datang saat latihan. Tiba-tiba aja Dochi udah megang bass. Okelah gue pun main gitar. Ternyata baik gue dan Dochi sama-sama ngerasa nemu soul di instrumen baru masing-masing. Lagian pada dasarnya gue memang gitaris, jadi nggak ada masalah ketika kami bertukar posisi."

Dochi: "Tanda-tanda peralihan isntrumen ini sudah terbaca di album Sophomore. Kala itu saya dan Eye merasa kurang bisa bersatu dengan permainan drum Aldy. Intinya, bukan bass yang saya pilih, tetapi bass yang memilih saya untuk dimainkan."Secara keseluruhan, kalian puas dengan album ini? Sansan: "Amat puas. Nggak kayak dulu, di album yang baru ini gue dipandu oleh seorang vocal director bernama Edmond. Gue jadi lebih pede dan merasa nyaman, karena ada yang ngasih banyak masukan soal karakter suara dan pronoun. Ada beberapa part yang biasanya sering gue lakukan, kali ini dihilangkan. Kekhasan suara gue tetap ada, hanya saja jadi lebih terbentuk. Jadi, kalau nanti ada yang ngeritik suara gue di album ini, salahin vocal director-nya aja ya? Hahaha..." Apa yang membuat kalian optimis dengan album ini? Dochi: "Album yang sekarang adalah kerjasama tim. Tiap personel sudah paham bagiannya masing-masing, termasuk urusan ngatur sound. Lebih matang dari segi penggarapan materi hingga eksekusi." Eye: "Kondisi tempat rekaman di Studio Palu milik Pay juga membuat mood kami bagus banget. Ambience mantap, operatornya asyik, alatnya juga bagus. Sepertinya studio itu memang didesain untuk tongkrongan anak band."

Tag

Editor : Alvin Bahar