Kisah Tragis, Remaja Cowok di Jepang Rela Kerja Prostistusi Demi Kebutuhan Ekonomi

Kamis, 25 Juni 2020 | 11:15
intisari.grid.id

Bisnis prostitusi di Jepang

HAI-Online.com -Hampir di seluruh dunia, punya bisnis prostitusi, ada yang ilegal ada juga yang dilegalkan.

Namun, tahu nggak sih kalo di dunia ini ada bisnis semacam itu yang sangat ngeri di Jepang?

Melansir dari Eva.vn, kisah mengenai kehidupan prostitusiterselubung di Jepang ini berhasil diungkap dengan sangat rahasia pada tahun 2017 silam.

Baca Juga: Kota Ini Terkenal Karena Sex Bebas dan Kafe Ganja, dan Bakal 'Tobat' Karena Pandemi Covid-19

Sebuah film dokumenter berjudul Boys For Sale, mengungkap sisi kelam kehidupan pekerja seks di Jepang, khususnya di prefektur ibu kota Tokyo.

Film ini bahkan memenangkan empat penghargaan film di Los Angeles, Afrika Selatan, Meksiko dan Ekuador di tayangkan perdana di Jepang 26 November 2017 sebagai bagian Tokyo Aids Week.

Produsernya adalah Thomas Ash yang tinggal selama 15 tahun di Jepang, hanya untuk membuat film ini.

Dia sangat terkejut mengetahui kebenaran, kalo di dunia prostitusi Jepang ada seks gay di mana pelakunya adalah anak-anak pria di bawah umur.

Baca Juga: Sekolah Diliburkan Karena Pandemi, Tingkat Kehamilan Siswi SMP dan SMA Meningkat di Negara Ini

"Kami memulainya 10 tahun lalu dan butuh 4 tahun untuk memproduksi film ini, bercerita tentang pekerja seks, yang kebanyakan adalah perempuan, tapi di Jepang banyak anak laki-laki yang diperjualbelikan," jelas Thomas.

Lingkungan gayini tumbuh di Shinjuku Ni-Chome, di Distrik Shinjuku, Tokyo, sekitar 800 bisnis beroperasi di bawah tanah dengan sangat rahasia.

Pelanggan mereka adalah pria biseksual, atau pria yang berbubungan badan dengan pria. Selain itu di tempat tersebut menyediakan klub pramugari pria, jumlahnya sekitar 1.000 orang meski Thomas sendiri nggak bisa mastiin.

Menurut Thomas, rata-rata pekerja di sana adalah laki-laki berusia 18-24 tahun, sebagian besar adalag gay, tapi ada juga yang normal dan terjerumus ke dalamnya.

"Bagi mereka ini semua pekerjaan, mereka menceritakan secara terbuka dengan pacar tentang pekerjaan mereka," katanya.

Pekerja seks pria di tempat ini disebut dengan urisen, saat salah satunya diwawancarai oleh Thomas, sebagian mengatakan terjun ke dalam bisnis ini karena kesulitan biaya hidup.

Baca Juga: Kondisi Remaja Penjual Ginjal Rp 245 Juta Demi Beli iPhone Memprihatinkan

Shingo (28) manajer bar Das mengatakan dia punya 42 urisen, sebagian besar adalah anak cowok normal, tapi ada yang pura-pura heteroseksual demi memenuhi pekerjaannya.

Pada awalnya mereka nggak tahu soal pekerjaan spesifiknya, mereka cuman mengira bekerja sebagai pelayan bar. Tapi lama kelamaan mereka terjun ke industri bawah tanah ini karena tergiur uang yang lebih besar.

Baca Juga: Menu Baru McDonalds Indonesia Hadirkan 'Taste of Japan', Terinspirasi Negeri Sakura

Hirosi, seorang urisen mengatakan penghasilan mereka per hari rata-rata sekitar 10.000 Yen. Sementara urisen lain bernama Shota mengaku perbulan dia bisa mendapatkan penghasilan 150.00 Yen.

Sudut mengerikan dari pekerjaan ini adalah, mereka sedikit mengetahui tentang penyakit menular, terlalu muda, kurangnya pengalaman hidup, dan hanya memikirkan uang.

"Banyak anak muda di Jepangberusia dibawah 25 yang nggak tahu tentang penyakit HIV/AIDS," kata Thomas.

Sementara itu, profesi urisen masih ada sampe hari ini, berdasarkan celah hukum Jepang,karena UU Anti-Prostitusidi Jepang nggak merujuk pada perdagangan seks laki-laki.

Menurut para ahli, pemerintah Jepangjuga nggak punya rencana untuk mengubah undang-undang ini. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya