HAI-Online.com - Pada hari ini, Kamis (18/6), Twitter kedapatan meluncurkan fitur baru yang terbilang cukup unik, yakni tweet berformat audio atau suara.
Yap, para pengguna Twitter, yang selama ini hanya dapat mengutarakan pernyataan berbasis teks, kini dapat menyajikan kicauan-nya dalam bentuk suara.
Dalam informasi pada blog-nya, Twitter mengungkapkan alasan mendasar dari dihadirkannya fitur ini.
Baca Juga: Banyak Ponsel BM Masih Dapat Sinyal setelah 18 April, Begini Kata Pengamat
"Terkadang 280 karakter nggak cukup dan beberapa nuansa percakapan hilang dalam terjemahan. Jadi mulai hari ini, kami menguji fitur baru yang akan menambahkan sentuhan manusiawi pada cara kami menggunakan Twitter - dengan suara Anda sendiri," tulis perwakilan Twitter, Maya Patterson dan Rémy Bourgoin, mengutip dari The Verge.
"Setiap tweet suara menangkap audio hingga 140 detik. Ada lagi yang ingin dikatakan? Terus berbicara. Setelah Anda mencapai batas waktu untuk tweet, tweet suara baru mulai secara otomatis untuk membuat utas," lanjut informasi tersebut.
Meksi fitur ini kini masih terbatas hanya pada para pengguna iOS (itu pun juga terbatas), namun tetap terdapat aspek baik-buruk yang perlu pengguna Twitter sadari dari kehadiran fitur ini manakala kelak berfungsi secara menyeluruh.
Baca Juga: Banyak Ponsel BM Masih Dapat Sinyal setelah 18 April, Begini Kata Pengamat
Berdasarkan pengamatan dari VICE US, fitur tweet audio ini di satu sisi menawarkan sejumlah manfaat. Salah satunya adalah kepada para musisi mempromosikan karya terbarunya, atau membagikan konten berformat audio lain via Twitter seperti halnya podcast.
Selain itu, fitur ini dinilai dapat mempermudah para pengguna untuk mengirim voicenote atau catatan suara, yang kelak dapat dilakukan para influencer kepada follower-nya.
Berpotensi Menyuburkan Cyberbullying via Rekaman Suara
Namun, terlepas dari sisi positif tersebut, keberadaan fitur ini juga dikuatrikan dapat menciptakan iklim perundungan siber jenis baru yang berbasis rekaman suara.
Seperti diketahui, Twitter menjadi salah satu platform media sosial di mana praktik cyberbullying tumbuh subur.
Dan berdasarkan pengamatan VICE US, masalah lain yang membuat risiko perundungan siber tinggi untuk fitur rekaman suara terletak pada minimnya jumlah moderator manusia yang dipekerjakan Twitter.
Baca Juga: We The Fest 2020 Resmi Dibatalkan, Konser Virtual Nggak Diagendakan Ismaya Live
Jumlah moderator konten Twitter diketahui cenderung lebih sedikit dibanding media sosial besar lain. Sehingga, aktivitas memantau konten audio yang melanggar aturan platform terbilang lebih sulit.
Namun, untungnya, fitur ini hanya berlaku ketika pengguna mengunggah tweet asli.
Dengan demikian, fitur ini nggak bisa digunakan untuk mengirim komentar ataupun melakukan retweet.