HAI-Online.com - Dalam wawancara bersama Insider, Irwin Fisch, seorang pakar musik dan penggubah lagu yang diakui kompetensinya dalam penghargaan Emmy, memberikan kajian mendalam soal mengapa lagu 'Bohemian Rhapsody' hinggakini dianggap sebagai lagu terbaik yang pernah diciptakan.
"Jika orang menyebut "Bohemian Rhapsody" sebagai sebuah lagu, itu sedikit keliru. Ini sebenarnya tiga atau empat lagu," imbuh Fisch di YouTube Insider (01/11/2018).
Kajian Insidertersebut juga menganalisis karakteristik lagu Bohemian Rhapsody yang memang punya struktur yang nggak umum ditemui dalam lagu-lagu modern lain. Misalnya, fakta bahwa Bohemian Rhapsody terdiri dari lima bagian berbeda dalam satu lagu, yakni capella di bagian intro; ballad di bagian verse; opera pada chorus; alunan hard rock di tengah lagu, dan coda yang reflektif di bagian outro.
Soal inovasi ini, Fisch mengatakan bahwa formula tersebut telah dilakukan oleh band-band sebelum Queen di pertengahan tahun 1960-an. "Itu bermula dari Beach Boys dengan (lagu) "Good Vibration", dan The Beatles dengan (lagu) "A Day In The Life". Queen, melalui Bohemian Rhapsody, mengembangkan ide tersebut lebih jauh," ucap Fisch.
Sementara, aspek lain yang membuktikan bahwa Queen telah melampaui para pendahulunya melalui Bohemian Rhapsody terletak bagian opera lagu ini.
Lirik dan nama karakter klasik Italia, ucapan bismillah yang didapat dari Al-Qur'an, Iblis Beelzebub, semuanya dinyanyikan pada paduan suara yang diwujudkan hanya oleh tiga orang, yakni Freddie Mercury (vokal), Roger Taylor (drum), dan Brian May (gitar).
Selain itu, nggak hanya soal vokal yang terdengar bersaut-saut saja, sesi opera ini juga membuat lagu ini bertabur harmoni.
Baca Juga: Menurut Ahmad Dhani, Nggak Ada Lagu yang Lebih Hebat dari Bohemian Rhapsody
Teknik ini sangat terinspirasi oleh metode produksi bernama "Wall of Sound", yang dikembangkan pada tahun 1960 oleh Produser Phil Spector.
Spector menempatkan banyak musisi di satu ruangan, tiga pemain keyboard yang memainkan berbagai instrumen seperti harpsichord atau piano elektrik dan merekamnya untuk menciptakan suara yang belum pernah terdengar sebelumnya. Hal seperti itulah yang ingin dicapai oleh Queen saat membuat sesi opera pada Bohemian Rhapsody.
Untuk mencapai suara yang mereka inginkan, Queen menggunakan teknik yang dikenal sebagai reduksi pencampuran atau biasa disebut sebagai rekaman ping pong.
Sebagian besar lagu pop yang kita dengarkan hari ini menggunakan banyak trek audio, masing-masing lagu disediakan untuk instrumen dan vokal yang berbeda, digabungkan untuk membuat satu lagu. Namun teknologi saat itu membatasi jumlah trek audio yang dapat digunakan.
"Pada saat Queen membuat Bohemian Rhapsody, mereka memiliki begitu banyak vokal dan memiliki begitu banyak lapisan gitar. Saya pernah mendengar bahwa mereka memiliki sekitar 180 trek individu yang dimasukkan ke dalam pita 24-track, dua inci," ujar Fisch.
"Untuk memotong trek di jaman sekarang sangat mudah secara digital. Anda tinggal memotong layar dan langsung bisa memperbaikinya. Sementara saat itu butuh banyak komitmen, pengetahuan, dan keterampilan untuk menyatukan trek itu sehingga membuatnya terdengar halus."
Berbicara mengenai Bohemian Rhapsody sulit jika tidak berbicara siapa orang di belakang lagu tersebut. Tidak seperti kebanyakan lagu-lagu Queen yang ditulis secara kolaboratif, Bohemian Rhapsody adalah gagasan Freddie Mercury. Mengutip Brian May, Bohemian Rhapsody sebagai lagu "semua berada di kepala Freddie" bahkan sebelum rekaman dimulai.
Fisch mengutip Freddie pada sebuah wawancara bahwa Bohemian Rhapsody merupakan "eksperimen dalam suara". Fisch berkata bahwa alasan lagu itu tetap beresonansi hingga lebih dari 40 tahun karena itu adalah perwujudan daru sesuatu yang sangat intens. Yakni kehidupan pribadi Freddie Mercury.(*)