Kota Ini Terkenal Karena Sex Bebas dan Kafe Ganja, dan Bakal 'Tobat' Karena Pandemi Covid-19

Kamis, 11 Juni 2020 | 19:00
intisari.grid.id

salah satu kafe di Belanda yang terkenal dengan seks bebas dan ganja

Hai-Online.com-Amsterdam, Belanda terkenal sama Red Light Districtdan kafe ganja. Red Light Districtadalah gang kecil Stoofsteeg penuh dengan kios-kios berjendela. Di balik jendela, ada pekerja seks berpakaian minim, memamerkan dirinya.

Biasanya tempat itu penuh wisatawanyang biasa melototi para pekerja seks. Sementara kafe ganja adalah istilah tempat-tempat di Amsterdam yang tawarkan ganja untuk wisatawan. Biasanya, ganja ditawarkan dihisap bersama minuman keras.

Namun saat pandemi virus Corona, akhirnya nyerang negara itu, semua tempat-tempat itu tutup. Amsterdam sekarang kayak kota hantu, wisatawan yang saban bulannya berjumlah 1 juta wisatawan ini nggak ada lagi yang dateng.

Baca Juga: New Normal Versi Belanda, Partygoers Jogetnya Cuman Boleh di Kursi Doang

Jumlah wisatawan yang dateng itu emang melebihi populasi warga setempat di Amsterdam. Mengutip Bloomberg, Mascha ten Bruggencate, yang mimpin dewan distrik pusat Amsterdam mengatakan kondisi saat ini nunjukin sesungguhnya wajah kota.

"Itu menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar tinggal di pusat itu dan betapa sedikitnya yang ditawarkan penduduk setempat. "Kita perlu mengubah itu," ujar Bruggencate.

Momentum penyebaran covid yang meluluhlantakan kota Amsterdam emang pengen dijadiin waktu yang tepat untuk ngerubah ibukota Belanda ini.

Kota-kota dan negara-negara di seluruh dunia juga lagi pelajari apa yang perlu mereka lakukan secara berbeda di era pasca-Covid19. Untuk Amsterdam, yang 19 juta wisatawan per tahunnya, hasilkan lebih dari 6 miliar euro atau sekitar US$ 6,8 miliar dalam pendapatan.

Walikota Amsterdam Femke Halsema nyusun rencana di akhir Mei untuk ngelakuin perubahan di kota yang dipimpinya itu.

Di antara langkah-langkah yang udah diberitahukan ke dewan setempat termasuk membeli properti dan membatasi izin untuk memastikan kalo kota tua itu nggak cuman dihiasi sama toko-toko yang jual cinderamata, ganja dan wafel yang disabuni Nutella.

Baca Juga: Capek Nagih Utang, Cowok Ini Ngerelain Uang Pinjaman Sohibnya Belasan Juta Rupiah

Namun, Amsterdam harus punya perusahaan tempat penduduk bisa kerja,rumahtempat mereka bisa dibangun toko dan outlet hidup dan grosir yang melayani mereka. Ini adalah pertama kalinya upaya semacam itu dilakukan.

"Urgensi untuk memikirkan pusat kota di masa depan," kata Halsema dalam surat itu yang mencatat kota terlalu bergantung pada wisatawan.

Tanda-tanda perubahan itu pun datang, setelah Adyen NV, salah satu perusahaan fintech paling sukses di Belanda mengatakan bakal nyewa kantor seluas 17.000 kaki persegi di jantung kota.

Pemerintah setempat secara aktif berusaha menarik perusahaan di sana, kata Angelique Schouten, seorang eksekutif di Ohpen, perusahaan fintech lain mengatakan "Sudah ada eksodus perusahaan di sini dalam 15 tahun terakhir," katanya.

Bagian penting dari rencana pemerintah untuk mengkonfigurasi ulang Amsterdam adalah untuk membuatrumahbordil keluar dari kota tua dan mengekang kedai kopi yang melayani wisatawan.

Amsterdam emang jadi kota wisata populer dengan hiburan seks, narkoba dan pesta-pesta yang terkenal di kota. Tapi selama bertahun-tahun, seperti di Venesia dan Barcelona, dibanjiri penduduk lokal dari pemabuk atau pengincar pelacur.

Baca Juga: Hari Ganja Internasional, Apa Arti Sejarah 420 yang Sebenarnya?

Situasi di kota yang penuh wisatawan untuk nikmati kota malah bikin warga lokal kehilangan kenyamanan. Beberapa warga ada yang nempelin foto diri mereka di jendela mereka dengan tanda yang bertuliskan, "Aku Tinggal Di Sini."

"Mobil polisi harus melewati beberapa kali sehari di sini untuk membersihkan kekacauan," kata Paul, 52 tahun yang telah tinggal di salah satu dari banyak gang di Red Light District selama 16 tahun.

Seorang konsultan wiraswasta bernama Paul mengatakan, dia muak karena semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang buang air kecil atau muntah melalui pintunya. Dia ingin pemerintah setempat menutup jendela prostitusi dan kedai kopi, dan bawa kembali pengecer lokal. "Mereka harus memberikan kembali daerah ini kepada warga, " katanya.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya