Saturnus, Aligator Peliharaan Adolf Hitler, Mati Di Usia 84 Tahun

Jumat, 29 Mei 2020 | 13:44
Mikhail Bibichkov

Aligator Saturnus

HAI-Online.com - Aligator legendaris bernama Saturnus dikabarkan meninggal di Kebun Binatang Moskow pada 22 Mei 2020 lalu di usianya yang ke-84 tahun.

Sebelum meninggal, spesies alligator Missisipi ini telah dikenal publik dunia dengan sejarah dan reputasi yang mentereng, lantaran berhasil bertahan hidup dari serangan bom di perang dunia 2 hingga rumor pernah menjadi hewan peliharaan Adolf Hitler.

Melansir dari National Geographic Indonesia, Saturnus kabarnya lolos dari kebun binatang Berlin yang dibom pada tahun 1943. Tentara Inggris menemukannya tiga tahun kemudian dan memberikannya ke Uni Soviet.

Namun, bagaimana ia bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun masih menjadi misteri hingga kini.

Sementara, usai beredar rumor yang menyebutkan bahwa ia adalah hewan peliharaan diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler, Saturnus menarik minat banyak pengunjung kebun binatang Moskow sejak Juli 1946.

"Kebun Binatang Moskow telah mendapat kehormatan menjaga Saturnus selama 74 tahun," kata pihak kebun binatang, mengutip National Geographic Indonesia.

"Bagi kami, Saturnus mewakili sebuah era, dan itu tidak berlebihan. Dia bertemu dengan kami sejak kami masih anak-anak. Kami berharap tidak mengecewakannya."

Baca Juga: Mobil Milik Adolf Hitler Ini Dilelang, Ada yang Mau Beli?

Pelarian Saturnus yang menantang maut pada tahun 1943 memang terbilang sulit untuk dijelaskan.

Pasalnya, pertempuran Berlin yang dimulai pada November 1943 dan malam 22-23 November mengakibatkan kerusakan luas di wilayah barat pusat ibukota Nazi Jerman, termasuk distrik Tiergarten tempat kebun binatang kota itu berada.

Ribuan orang terbunuh atau terluka dan banyak binatang di kebun binatang itu juga mati.

Bangunan akuarium kebun binatang terkena dampak langsung. Satu laporan mengatakan orang yang lalu lalang melihat mayat empat aligator yang terlempar ke jalan akibat dahsyatnya ledakan.

Namun, Saturnus entah bagaimana dapat bertahan dan kemudian hidup selama tiga tahun di sebuah kota yang dilanda perang, dan di tengah iklim yang tidak cocok untuknya.

Tag

Editor : Alvin Bahar