Mengenang Lord Didi Kempot, Penyanyi Indonesia Terpopuler di Suriname

Selasa, 05 Mei 2020 | 10:32
YouTube

Didi Kempot Live In Suriname 2018

HAI-ONLINE.COM - Penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot diketahui meninggal dunia pada usia 53 tahun pukul 07.30 WIB. Hal ini disampaikan Lilik, kakak kandung Didi Kempot, dalam wawancara di KompasTV.Sosoknya adalah seniman hebat. Nggak cuma terkenal di negeri sendiri, tapi juga di negara lain. Yang terbesar kedua setelah Indonesia adalah Suriname.

Seperti apa sih sejarahnya?Mungkin kalian udah pada tau kalo suku Jawa sudah berada di Suriname sejak akhir abad ke-19, di mana angkatan pertamanya dibawa oleh kolonis Belanda dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) sehingga dinamakan etnis Jawa-Suriname.

Sebagian keturunan mereka ada yang tinggal di Belanda. Sampai sekarang, mereka tetap menuturkan bahasa Jawa. Jauh dari rumah bukan halangan bagi mereka untuk mencintai tanah leluhur. Memori terakhir yang dibawa ke Benua Biru terus diwariskan ke anak cucu, salah satunya bahasa.

Jadi nggak heran kalo sejak awal berkarier, Lord Didi sudah tenar di Suriname. Ketika lagu Cidro direkam pada 1989, lagu tersebut nggak populer di Indonesia tapi justru terkenal di Belanda dan Suriname."Betul. Rekaman pertama tetap di Indonesia, di Musica Studio. Tapi lagu itu di Indonesia kurang populer," ujar Didi Kempot dalam video #NGOBAM Gofar Hilman.

Banyaknya keturunan Jawa yang tersebar ke seluruh dunia, membuat bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak, sekitar 20 persen, menurut Erlina Hidayati Sumardi, Kepala Bidang Sejarah, Bahasa, dan Sastra Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta dalam seminar Diaspora Jawa di Yogyakarta, tahun 2018 silam.

Baca Juga: Menengok Kembali Fenomena Sobat Ambyar, Fans Muda Didi Kempot yang Bukan Karbitan

Selain bahasa, ada beberapa hal yang terus dilestarikan diaspora Jawa di Suriname. Suriname, yang seperti Indonesia, pernah dijajah Belanda, menyerap banyak kultur Negeri Tulip dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah budaya joget sikep. Sekilas dari bahasanya, budaya ini terkesan seperti sebuah tarian khas Jawa. Ternyata, joget sikep adalah budaya dansa asal Belanda yang dalam bahasa aslinya disebut tegeldans.

Nah, masyarakat Suriname keturunan Jawa juga kerap menggelar tegeldans dalam acara-acara tertentu. Menariknya, saat berdansa, masyarakat Jawa Suriname tak menggunakan lagu-lagu Barat, tetapi lebih suka menggunakan lagu-lagu pop berbahasa Jawa dan Indonesia.Nggak heran jadinya kalo lagu-lagu pop bahasa Jawa karya Didi Kempot serta lagu keroncong Mus Mulyadi dan Waljinah juga dengan mudah ditemukan di Suriname. Bahkan, para musisi Indonesia itu sudah berulang kali manggung di Suriname. Warisan budaya Jawa ini juga berpengaruh pada perkembangan musik berbahasa Jawa di Suriname. Di negeri ini, bahasa Jawa tak melulu digunakan untuk musik-musik tradisional semacam campur sari atau gamelan tradisional. Nggak jarang ditemukan, grup band rock di Suriname membawakan lagu-lagu karya mereka dalam bahasa Jawa, hal yang justru jarang atau tak pernah terjadi di Indonesia saat ini.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya