HAI-Online.com- Hal yang paling mengkhawatirkan dari penyebaran virus corona adalah 85 persen orang yang terjangkit covid-19 tidak menunjukkan gejala.
Terlebih jika menjangkit ke orang muda yang imunnya masih cukup kuat menahan perubahan kondisi tubuhnya.
Sehingga tidak heran, mereka yang mengaku sehat masih tidak mau juga berdiam diri di rumah (lakukan social distancing) karena tidak sadar dirinya bisa jadi sudah terjangkit pandemi yang menyerang hampir seluruh warga negara di dunia.
"Terutama mereka yang berusia 20, 30-an yang imunnnya masih kuat, mereka nggak tahu saja kalo sudah terkena corona karena nggak menunjukan gejala. Mereka bisa lolos thermal scanner," ucap
anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Fariz Nurwidya dikutip HAI dari tayangan Sarinyaberita.
Dr. Fariz menjelaskan kondisi ini menjadikan status penyebaran virus corona tak lagi hanya droplet dan kontak fisik, melainkan juga airborne.
Airborne adalah risiko yang ditanggung oleh orang dalam satu ruangan, misal ada satu pasien terjangkit maka yang lain bisa terkena virusnya karena terhirup lewat udara.
Kondisi ini berdasarkan kejadian nyata, dimana tim medis yang sudah menggunakan pelindung paling aman pun terbukti kini telah terjangkit dan harus dirumahkan.
"Kalo bukan airborne harusnya tidak ada tenaga kesehatan yang terkena,makanya airborne itu dilawannya dengan (masker) N95, atau respirator," jelasnya lagi.
Untuk itu juga, Dr. Fariz menyarankan, solusinya adalah kembali ke akar, yakni memgurangi jumlah transmisi.
Baca Juga: Peringatkan Warga dengan Cara Unik Dilakukan Otoritas Kesehatan Sydney, Ini Pesan Viralnya!
"Virusnya harus dipotong," ungkapnya bahwa seharusnya orang kini menjauh dan mengisolasi diri. Bukannya ketika diliburkan, iniberpergian jauh di tengah wabah.
"Lihat sekarang kan lalu lintas itu sangat luar biasa, dikasih kesempatanlay offmalah jadi mudik," kritiknya. (*)