Yang Harus Lo Ketahui Soal Transisi Sekolah ke Dunia Kerja, Supaya Masa Depan di Genggaman

Rabu, 04 Maret 2020 | 10:12
HAI

Transisi Sekolah ke Dunia Kerja

HAI-ONLINE.COM - Usia remaja nggak melulu soal pacar, gebetan, mantan atau sahabat, sob.

Sebagai remaja, kita juga harus memiliki pandangan tentang masa depan, termasuk apakah kita udah yakin dan mempersiapkan diri supaya bisa dapetin pekerjaan yang layak di masa depan.

Terkait masalah ini, HAI Online dan CewekBanget.ID telah melakukan survei pada 2.442 anak muda (471 cowok dan 1.971 cewek) di rentang usia 15-24 tahun dari beberapa kota di Indonesia.Dari survei tersebut, ditemukan bahwa 80,4% remaja percaya diri mendapatkan pekerjaan layak di masa depan karena mereka punya kompetensi atau keterampilan khusus.

Sedangkan 19,6% sisanya merasa nggak yakin mendapat pekerjaan yang layak di masa depan karena jumlah pencari kerja terus meningkat dan kompetensi mereka nggak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

“Kalau aku percaya diri karena nilai akademik yang lumayan bagus untuk menjamin masa depanku nanti,” ucap Theresia Ribka, Siswi SMK Waskito Pamulang, Jurusan Multimedia.

“Sempat nggak percaya diri karena enggak ada koneksi dan persaingan kerja semakin ketat,” papar Abiel Kristianto, Junior Arsitek, Alumni Universitas Tarumanegara.

“Kurang percaya diri karena persaingan kerja lebih banyak,” aku Silvia Wardatul, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Jurnalistik.

HAI

Survei remaja

Jumlah Angkatan Kerja

Bicara soal persaingan pencari kerja, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 133,56 juta orang, naik 2,55 juta orang dibanding Agustus 2018.

Sementara itu, angka pengangguran di Indonesia tahun 2018 mencapai 7 juta jiwa dengan 22,48% di antaranya adalah remaja berusia 15-24 tahun yang sedang tidak sekolah, bekerja, atau mengikuti pelatihan.

Menurut Tauvik Muhamad, Manajer Program Pengembangan Keterampilan ILO Jakarta, ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil adalah yang menyebabkan kontribusi terhadap pengangguran.

“Di dunia kerja, terjadi missmatch atau ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil dari industri dengan kualifikasi pekerja yang tersedia. Ini menimbulkan kontribusi terhadap pengangguran, terutama pengangguran muda,” ujar Tauvik Muhamad.

Mengenai fenomena ini, 47,3% responden merasa bahwa lembaga pendidikan tempat mereka belajar nggak memberikan cukup ilmu untuk terjun ke dunia kerja, sehingga ada ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil dari industri dengan kualifikasi pekerja yang ada.

Meski lembaga pendidikan telah berupaya mempersiapkan siswa masuk ke dunia kerja, usaha tersebut seolah belum maksimal. Terlihat dari hasil survei pada 2.442 responden, hanya 1.283 responden yang setuju kalau sekolah dan/atau perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu sudah mempersiapkan mereka masuk ke dunia kerja.

“Ada lah satu dua poin dari sekolah yang gue rasa masuk ke dalam dunia kerja gue saat ini. Tapi terbilang kurang,” sebut Dio Firdaus, Alumni SMA Negeri 100 Jakarta Timur.

Peran lembaga pendidikan

Banyak cara sebenarnya yang bisa dilakuin lembaga pendidikan untuk mempersiapkan siswa sebelum masuk ke dunia kerja, salah satunya melalui berbagai program transisi yang melibatkan industri.

Hal ini terlihat dari remaja yang percaya diri mendapat pekerjaan layak di masa depan berdasarkan survei, 89% di antaranya ternyata pernah melakukan kegiatan transisi seperti magang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2016, pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahilan tertentu.

Manfaat magang untuk mendapat keterampilan dan menunjang karier di masa depan dirasakan betul oleh 92% remaja.

HAI

Survei remaja

“Aku kemarin baru magang di kontraktor. Awalnya memang untuk memenuhi kebutuhan kampus, tetapi saat sudah lulus baru sadar kalau magang ternyata penting untuk pengalaman kerja nanti,” kata Abiel Kristianto.

Besarnya manfaat magang membuat sebanyak 97,9% remaja responden survei ingin melakukan magang jika ada kesempatan. Selain pemagangan, seminar bersama industri dan kunjungan industri dapat membuat siswa lebih mengenal kondisi dunia kerja terkini.

“Lembaga pendidikan harus tahu apa yang dibutuhkan industri. Kalau mencetak sesuatu, harus ada user-nya. Tanya kebutuhan user, kompetensi apa yang mereka butuhkan. Jangan buat siswa belajar kompetensi yang tidak dibutuhkan perusahaan” ucap Lispiyatmini, Kepala Bagian GA & HR PT. Jotun Indonesia dan Kepala Sekolah SMK Mitra Industri 2100, Bekasi.

Supaya makin memuluskan transisi remaja dari sekolah ke dunia kerja, sekolah memang harus menjalin kerja sama dengan industri.

“Kolaborasi antara dunia usaha dengan penyelenggara program pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia bisa dalam bentuk pembuatan skema program keterampilan, kurikulum, termasuk pemagangan,” ucap Tauvik Muhamad.

Bagi industri menjalin kemitraan dengan lembaga pendidikan seperti pemagangan dapat memberikan kemudahan dalam mempersiapkan dan memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosisasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan, “Perusahaan dapat mengelola program ini bersama sekolah dan perusahaan tidak dirugikan oleh program ini karena untuk beberapa jenis pekerjaan bisa terbantu oleh tenaga magang. Kementerian Tenaga Kerja pun harus lebih aktif untuk menyosialisasikan program ini secara lebih luas.”

Magang

Inisiatif pribadi untuk membekali diri masuk ke dunia kerja tetap dibutuhkan. Hal ini juga perlu diterapkan dalam magang. Namun dari data, masih banyak anak muda yang melakukan magang bukan karena inisiatif pribadi.

Dari 2.442 responden, ternyata hanya 35% yang melakukan magang atau praktik kerja atas inisiatif sendiri. Sedangkan 65% lainnya justru melakukan magang karena tugas atau kewajiban dari sekolah dan/atau kampus, bukan inisiatif sendiri.

Di Indonesia sendiri ada dua bentuk magang yang paling umum, yaitu Internship dan Apprenticeship. Internship adalah program magang untuk mendapatkan pengalaman kerja dan membantu jaringan dengan industri tanpa penugasan yang terstruktur.

HAI

Remaja setuju kalo magang adalah kegiatan bermanfaat.

Sedangkan apprenticeship untuk mendapatkan kompetensi tertentu dengan penugasan dan pelatihan yang terstruktur, terdiri dari kelas teori dan praktik kerja. Apprenticeship terbagi dalam dua bentuk yakni yang diprakarsai sekolah dan pemagangan berbasis industri.

Berbeda dengan internship, program magang apprenticeship harus disertai dengan sertifikasi sesuai dengan standar kompetensi yang diakui.

Menurut Tauvik Muhamad, tiga manfaat adanya sertifikat magang, yaitu:

1. Menghindari peserta magang dimanfaatkan menjadi pekerja dengan upah murah oleh perusahaan

2. Memastikan peserta magang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

3. Menjadi referensi saat mencari kerja

Keterampilan

Selain mendapat pengalaman kerja, membuka jaringan dan kompetensi baru, magang juga mengasah hard skill dan soft skill kita, lho!

Hard skill meliputi keahlian utama yang dibutuhkan dunia kerja dan keterampilan khusus yang tidak ada di sekolah. Seperti bisa tahu mesin kendaraan untuk bidang otomotif, housekeeping di perhotelan, instalasi listrik pada manufaktur dan lainnya tergantung profesi.

HAI

Manfaat Magang

Sedangkan soft skill lebih kepada kepribadian yang memengaruhi hubungan interpersonal satu dan lainnya, seperti kemampuan berkomunikasi, team work yang baik, leadership, hingga etika.Soft skill dan hard skill harus dipersiapkan dengan seimbang, sob!

Ketahui juga berbagai jenis program transisi dari sekolah ke dunia kerja!

- Praktik kerja atau magang

- Kunjungan industri

- Seminar bersama industri atau perusahaan

- Pengenalan profesi

- Guru atau dosen ahli dari industriJadi, sudah siap masuk dunia kerja dan dapat pekerjaan layak?

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya