HAI-Online.com -Ditunjuk Presiden Jokowi untuk menjadi salah satu menteri di Kabinet Kerja Jilid 2, founder sekaligus CEO Go-Jek, Nadiem Makarim resmi meninggalkan perusahaan startup yang didirikan dan dibesarkannya tersebut.
Kabaritu sendiri muncul setelah Nadiem bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka pada Senin (21/10) ini, di mana dia dimintamantan Wali Kota Solo tersebut untuk bergabung bersama Kabinet Kerja Jilid 2.
Meski mengaku sudah diberitahu akan menjadi menteri apa ke depannya, Nadiem sendiri enggan membocorkan kepada wartawan karena merasa hal tersebut bukanlah kewenangannya.
"Saya merasa ini kehormatan saya diminta bergabung ke kabinet dan saya menerima. Itu hak prerogratif presiden untuk umumkan," ujar Nadiem, seperti dikutip HAI dari Kompas.com.
Baca Juga: Dengan Pelukan, Petugas Keamanan Gagalkan Aksi Siswa yang Bunuh Diri Memakai Shotgun
Lebih lanjut, pria berusia 35 tahun itu mengatakan bahwa dia saat ini sudah mengundurkan diri dari Go-Jek, dan nggak memiliki kewenangan apa pun di perusahaan yang didirikannya itu.
"Pasti di Go-jek sudah mundur. Tidak ada posisi dan kewenangan apapun di Gojek," terangnya menambahkan.
Mengomentari tindakan yang diambil Nadiem,Ekonom sekaligus Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai keputusan itu memiliki konsekuensi, salah satunya membahayakan kelangsungan Go-Jek ke depan.
“Kita tahu kan di Go-jek kepemilikan Nadiem sendiri tidak lagi besar. Tetapi oleh para investornya pun tetap dipertahankan karena biasanya kalau menghilangkan pendiri itu sering kali berbahaya bagi kelangsungan usaha itu," jelas Piter.
Meskipun begitu, Piter sendiri meyakini bahwa Nadiem sudah memikirkan keputusan menjadi menteri secara matang, termasuk mempersiapkan supaya Go-Jek nggak goyang setelah dia tinggalkan.
“Kalau seandainya dia akan memasuki dunia baru, (dia pastikan) tentu bayi yang dia lahirkan dan besarkan nantinya tidak akan bermasalah waktu dia tinggalkan," tutup Piter.
Kalau menurut kalian sendiri gimana sob? Apakah keputusan Nadiem untuk menjadi menteri bakal berdampak buruk bagi kelangsungan Go-Jek ke depannya? (*)