HAI-Online.com – Berita soal penggemar yang kurang suka dengan akhir cerita film Avengers: Endgame meminta Marvel mengubah endingnya dengan membuatsebuah petisi.
Petisi itu diinisiasi olehMéline LOISEAU, isinya meminta agarTony Stark alias Iron Man dihidupkan kembali dan menurutnya karakter yang diperankan oleh Robert Downey Jr. ini tak pantas tewas dalam pertarungan di akhirAvengers: Endgame.
Petisi berjudul "BAWATONY STARKKEMBALI HIDUP #savetonystark #TonyStark" di Change.org itu kini sudah mengumpulkan hampir 60.000 tanda tangan.
Baca Juga: 57.000 Penggemar Tanda Tangani Petisi untuk Hidupkan Kembali Tony Stark
HAI jadi teringat, saat Tony Stark muncul di film sebelum Endgame, ada banyak fans yang mengaku bahwa “Tony Stark Adalah Kita”, salah satu yang menyampaikan gagasan itu adalah Dennis Adhiswara, seorang aktor dan pendiri Layaria TV yang sekaligus juga penggemar Tony Stark sejak menyaksikan film Iron man tahun 2008 silam.
Dalam tulisannya itu, Dennis mengaku dia menggemari Tony Stark namun telat mendalami karakter idolanya.
“Setelah keluar bioskop, otak saya berbinar-binar. Akhirnya ada film superhero yang bertema dewasa, nggak komikal namun tetap mempertahankan faktor fun-nya. Ditambah lagi, setelah menonton seluruh seri film "Iron Man" (dan The Avengers tentunya), sebenarnya Marvel menyuguhkan kita sosok Tony Stark yang penuh kekurangan dan instabilitas,” analisanya waktu itu.
Baca Juga: Di Earth-616, Tony Stark Lahir 29 Mei Hari Ini, Usianya Lebih Muda dari Robert Downey Jr!
“Betul, dia memang jenius, bilyuner, playboy, dan dermawan. Namun, ia pun sebenarnya mengidap beberapa komplikasi gangguan jiwa yang agak lumayan,” paparnya.’
Dennis pun membeberkan bagaimana Tony Stark mengidap narsis akut. Ia senang dipuji dan dihormati atas pencapaiannya. Kalo saja ada yang betul-betuk memerharikan bagaimana dia berpose saat menjadi berbagai cover majalah. Lihat bagaimana ia nyinyir terhadap musuhnya maupun temannya, seperti Captain America sekalipun. Lihat bagaimana ia malah membeberkan identitas siapa Iron Man sebenarnya ke publik dengan entengnya. Dia selalu menganggap dirinya paling pintar,dan makin menjadi saat memang tidak ada siapapun yang sanggup menyamai dirinya.
Tony juga mengidap post traumatic stress disorder (PTSD). Gangguan kejiwaan ini menyebabkan seseorang mengalami panic attack saat ia dihadapi dengan hal-hal yang mengingatkannya pada suatu kejadian traumatis.
Gangguan ini biasa ditemukan pada veteran perang. Perlu diingat bahwa di film pertama, ia adalah korban ledakan dari senjata buatannya sendiri. Dan diperparah saat film ke-3 setelah dia berhasil menggiring misil ke markas Chitauri, musuh Avengers, lewat wormhole. Di sepanjang film, Tony selalu waswas, gelisah, dan panik setiap kali ada yg membahas kejadian tersebut.
“Sekarang, mari berkaca ke dalam diri kita. Seringkah kita posting foto pribadi di sosmed dengan harapan banyak mendapat 'like'? Semakin banyak like berarti membuat kita semakin senang,kan? Bukankah itu salah satu bentuk narsisme dakam dosis sangat kecil?” ajak Dennis kepada pembaca dalam tulisannya yang diterbitkan HAI tahun 2015.
Dia juga mengajak kita mengingat untuk pernahkah kita trauma pada hal tertentu? Takut naik mobil karena pernah kecelakaan berkali-kali? Panik melihat sekelompok anak berseragam karena pernah jadi korban tawuran? Atau gelisah setiap ditinggal pergi pacar karena pernah berkali kali diselingkuhi mantan? Itulah salah satu bentuk PTSD dalam dosis kecil.
Baca Juga: Nyangka Nggak Nyangka, Selfie dan 7 Hal Ini Malah Bikin Muka Lo Cepet Tua!
“Harus saya akui, Marvel cukup berani dengan membuat karakternya memiliki kekurangan yang sebenarnya kompleks. Namun justru itulah yang membuat Tony menjadi semakin terasa nyata bagai manusia biasa. Kekurangan inilah yg membuat penonton merasa: ‘Wah, masalah Tony kayak gua banget,nih’ sehingga semakin larut dalam mengikuti alur cerita,” terangnya lagi.
Dan jangan salah, sebenarnya superhero Marvel lainnya pun memiliki masalah kejiwaannya masing-masing.
“Bagi saya, Avengers tak lebih dari sekumpulan penderita gangguan jiwa yang kebetulan memiliki kekuatan di atas rata-rata. Dan premis konsep ini, juga diulang di film marvel lainnya "Guardians Of The Galax’,” jJelasnya.
Meski kebanyakan plot film Marvel secara tersamar adalah film tentang bagaimana perjalanan karakter tersebut "menyembuhkan" kekurangan pada dirinya dengan berbuat baik bagi sesama.
“Maka dari itu, wajar saja kalau suatu hari nanti sebagian dari kalian menonton Avengers: Age Of Ultron sambil bergumam dalam hati: Gua Tony Stark banget!” pungkasnya. (*)