Begini Kata Fisikawan Soal Perbedaan (Spoiler) di ‘Avengers: Endgame’ dan Dunia Nyata

Senin, 29 April 2019 | 19:30
Marvel Studios

Avengers: Endgame

HAI-Online.com Artikel ini bakalan bahas elemen penting dalam Avengers: Endgame. Buat lo yang belom nonton filmnya, HAI saranin jangan baca artikel ini, sob. Pasalnya, bakalan banyak banget spoiler di sini.

Dalam Endgame, 2 elemen yang punya peran kunci dalam keberhasilan Avengers mengembalikan mereka yang jadi debu adalah Quantum Realm dan Pym Particles.

Yap, teori bahwa akan digunakannya time travel technology dalam Endgame terbukti benar.

Quantum Realm dan Pym Particles sebelumnya udah muncul lebih dulu di Ant-Man and The Wasp. Awalnya memang nggak bisa digunakan untuk time traveling. Tapi, beberapa perkembangan dari kedua teknologi tersebut membuat time travel atau istilahnya Ant-Man time heist, bisa dilakukan.

Baca Juga : Pengumuman, Pengumuman: 'Galaksi Palapa' dari Kelompok Penerbang Roket udah Ada di Layanan Streaming Digital

Hal ini pasti bikin lo garuk-garuk kepala kan, sob? Konsep time heist sendiri sempat bikin mikir beberapa kali, sampai akhirnya kita bisa nerima aja konsep yang dikasih sama Russo Brothers.

Berangkat dari sini, dilansir dari Comic Book, seorang fisikawan Dr. Sumanta Tewari bicara soal konsep quantum realm dalam Endgame dan membandingkannya dengan teori fisika yang ada di dunia nyata.

Tewari yang seroang profesor fisika dan astronomi di Clemson University memiliki penelitian yang berfokus pada perhitungan kuantum dan teori-teori materi terkondensasi. Tewari menjelaskan soal konsep intuisi klasik dan mekanika kuantum.

“Kayak kalau lo duduk di sana, gue duduk di sini. Ini adalah intuisi klasik. Hal itu muncul karena kita adalah sistem besar. Kalau kita mengecil, membawa kita pada kondisi suhu yang sangat rendah, itulah quantum mechanic.”

Quantum mechanic adalah partikel terkecil yang ada di alam semesta, atau biasa disebut partikel subatomik. Konsep ini sejalan dengan konsep yang diakibatkan oleh Pym Particle.

Menurut Tewari, contoh nyata dari konsep ini adalah ketika lo lagi nonton olimpiade lari. Lo perhatikan para pelari selalu memulainya dari titik tertentu.

Dengan menilai lokasi mereka, dan kecepatan saat mereka bepergian, dengan hitungan fisika kita bisa menentukan lokasi yang akan dicapai oleh pelari tersebut. Hal ini menjadi berbeda ketika kita memakai konsep quantum mechanic.

Dalam konsep quantum mechanic, para pelari nggak punya titik yang pasti untuk memulai. Lokasi pelari diberikan dalam bentuk gelombang. Lokasi pelari sepenuhnya bergantung pada gelombang yang mereka lalui. Rumit? Emang rumit banget!

“Ada aturan namanya hukum Born, yang bilang kalau setiap lo melakukan pengukuran terhadap elemen apapun dari satu elektron atau partikel quantum mechanic apapun, maka hasilnya akan memiliki probabilitas tertentu,” jelas Tewari.

“Misalnya elektron yang gue ukur bentuknya gelombang, maka hasilnya nanti akan punya nilai yang lebih besar, dan ada juga yang lebih kecil.”

Konsep di atas adalah konsep dasar mengenai quantum mechanic. Sementara quantum realm versi MCU agak berbeda. Di dunia nyata, emang ada yang namanya quantum realm. Tapi, itu nggak bisa lo pakai untuk melakukan time travel atau time heist.

Pasalnya, quantum realm secara sains adalah tempat di mana hukum mengenai quantum mechanic dianggap nyata dan benar. Yang artinya, kita sekarang berada di quantum realm!

Menurut Tewari, pernyataan di atas jadi salah satu penyebab munculnya berbagai teori soal eksistensi multiverse. Intinya, sebuah partikel di 1 universe, bisa direplikasi menggunakan konsep quantum mechanic.

“Dengan quantum mechanic, idenya adalah semua hal bisa ada di mana-mana. Itu adalah konsep kunci untuk multiverse,” jelas Tewari.

Partikel-partikel yang ada di mana-mana ini terpisah dan tersebardi realitas yang berbeda-beda pula. Dengan adanya konsep multiverse, tidak ada hubungan yang bisa tersambung antara partikel yang sama di universe yang berbeda. Tapi, ada satu pengecualian nih, sob. Ada aturan fisika yang harus dipatahkan untuk bisa berkomunikasi antar universe.

“Ibaratnya kita kayak ada di dalam fishbowl gitu. Untuk bisa berkomunikasi antar universe, kita harus menghancurkan hal yang disebut curved space time. Hal ini mungkin nggak diperbolehkan oleh teori relativitas milik Einstein, dikarenakan bakal menghancurkan beberapa aturan dasar dalam fisika.”

Selain time heist dalam kondisi adanya multiverse, Tewari juga menjelaskan soal kemungkinan time travel dalam konsep general. Intinya sih, konsep time travel bisa aja terjadi, sob. Selama lo bisa bergerak secepat kecepatan cahaya, hehehe.

“Kalau lo bisa bergerak secepat cahaya, lo nggak akan menua. Waktu akan bersifat tetap untuk lo. Karena lo bergerak begitu cepat, waktu akan bergerak lambat. Ini adalah teori yang mungkin terjadi dan bisa aja diuji coba.”

Kalau dilihat-lihat sih, konsep ini mirip sama konsep dasar dalam petualangan yang dilakukan Matthew McConaughey di film Interstellar. Ibaratnya, kalau sepasang saudara kembar jadi objek percobaan, salah satunya stay di bumi dan lainnya pergi mengeksplor ruang angkasa dengan kecepatan cahaya, saat kembali nanti si saudara kembar yang cabut ke ruang angkasa bakalan punya usia yang tetap. Dan saudara kembarnya mungkin udah menuasekitar 20 tahun.

Konsep ini emang bukan skenario klasik time travel yang suka lo temuin di berbagai konten budaya populer. Walaupun time travel ke masa depan bisa aja terjadi, konsep time travel ke masa lalu itu kayaknya nggak mungkin terjadi karena menurut Tewari, itu sangat menentang aturan dasar fisika.

“Untuk bisa time travel ke masa lalu, lo harus bisa bergerak dengan kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya. Dan sejauh ini, kecepatan yang paling tinggi di universe adalah kecepatan cahaya,” jelas Tewari.

Nah gitu sob, jadi jelas lah ya soal quantum realm. Sebesar apa perbedaan antara konsep quantum realm di Avengers: Endgame, dan kemungkinan quantum realm yang ada di dunia nyata.

Editor : Alvin Bahar

Sumber : Comicbook