Atasi Insomnia dengan Meniru Ritual Tidur dari Berbagai Negara Ini!

Rabu, 10 April 2019 | 16:30
iStockphoto

Insomnia and sleepless concept. Man unable to sleep. Exhausted and tired. Covering face with hand. Alarm clock on nightstand and bed in bedroom.

HAI-Online.com - Sering nggak sih lo mengalami yang namanya susah tidur alias insomnia? Kadang susah banget untuk bisa mendapatkan tidur dengan kualitas yang baik gara-gara lo terpaksa melek sampe hampir subuh.

Urusan insomnia emang kadang ngeselin banget, sih. Pas udah bisa tidur, waktunya cuman sedikit dan pas bangun kita masih terlalu capek dan malah nggak fokus menjalani hari.

Nah, gangguan tidur kayak gini emang udah jadi masalah yang pelik. Untungnya, dilansir dari Vice, lo bisa banget nih meniru kebiasaan tidur beberapa suku di dunia. Karena katanya sih, orang jaman dulu nggak punya tuh gangguan insomnia kayak yang kita alami.

Menurut Dr. Jessamy Hibberd, seorang ahli yang juga menulis This Book Can Make You Sleep, ada banyak banget kebiasaan tidur dari berbagai negara. Dari yang paling aneh sampe yang cukup logis, dan kalau dicoba, bukan nggak mungkin kita bisa mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik dari sekarang.

Cina dan Jepang

iStockphoto
Maria Casinos

A young employee sleeps in the office hiding with posits in the eyes

Seperti yang lo tahu, masyarakat di Cina dan Jepang terkenal dengan mobilitas tinggi dan jam kerja yang panjang. Makanya, para pekerja di sana bisa aja tidur di saat jam kerja.

Dan pemandangan itu udah nggak aneh lagi, sob. Bahkan udah dianggap sesuatu yang keren karena menunjukan dedikasi dan kegigihan saat melakukan pekerjaan.

Menurut Dr. Hibberd, kebiasaan kayak gini agak riskan, sob. Lebih baik kalau lo bisa menyisihkan waktu tidur yang cukup di malah hari. Tapi kalau kepaksa sih nggak apa-apa kok, untuk istirahat barang sejam dua jam untuk tidur di sela-sela jam kerja ataujadwal ngampus lo.

Guatemala

Penduduk Guatemala emang cukup dikenal masih percaya sama hal-hal yang berbau mistis nih. Termasuk ritual tidur mereka. Para penduduk kebiasa untuk tidur sambil membawa boneka yang konon akan menyerap keresahan mereka supaya mereka bisa nyenyak tidur di malam hari.

Tradisi ini udah ada sejak era Suku Maya. Boneka-boneka yang berukuran kecil ini disimpen di balik bantal. Dan menurut Dr. Hibberd, kebiasaan ini boleh juga nih dicoba.

Pasalnya, waktu malam hari emang waktunya otak kita overthinking, dan memunculkan berbagai keresahan soal hidup yang gini-gini aja. Dengan percaya bahwa boneka atau benda apapun yang lo pilih bisa menyerap pikiran negatif itu, keresahan yang lo rasakan bisa berkurang dan alhasil tidur lo lebih nyenyak.

Norwegia

Di negara nordic ini, para penduduknya punya kebiasaan unik nidurin bayi, sob. Mereka sering banget membiarkan bayi tidur di luar ruangan, dengan suhu yang beku, dan nggak dijaga orang dewasa!

Eits, jangan panik dulu. Itu emang kebiasaan mereka aja. Dengan suhu Norwegia yang seringnya dingin itu, nggak perlu kuatir sama sekali. Menurut Dr. Hibberd, kondisi yang paling ideal dan enak buat tidur nyenyak tuh ya emang dengan temperatur rendah.

Kalau lo kepanasan, pasti lo lebih gampang kebangun. Pantesan ya sob, kalau lo lagi di kelas yang ber-AC atau dikipasin pake angin sepoy-sepoy tuh bawaannya ngantuk melulu.

Suku Inuit

iStockphoto
belovodchenko

Winter dwelling of Eskimos. Igloo. Eskimos village.

Suku Inuit yang ada di Alaska, Kanada, Siberia, dan Greenland punya kebiasaan asik nih untuk bisa tidur nyaman di rumah igloo mereka yang terbuat dari balok es itu. Caranya simpel, tidur banyakan sambil dempet-dempetan.

Prinsip yang dianut, makin banyak tubuh, makin hangat badan lo, makin baik tidurnya. Dan prinsip ini emang normal banget kok. Kata Dr. Hibberd, tidur ramean bakal meningkatkan rasa aman, memperkokoh hubungan, dan bisa menurunkan kadar cortisol.

Inggris

Kecintaan orang Inggris sama ritual minum teh kayaknya bukan rahasia lagi deh, ya. Ritual ini juga jadi kebiasaan mereka sebelum tidur nih. Biasanya, mereka bakalan minum teh terus tidurnya dalam keadaan telanjang,

Katanya, dengan melakukan ritual minum teh, bisa memberi sinyal pada tubuh bahwa udah waktunya istirahat. Dan menurut Dr. Hibberd pun, ritual ini bisa juga dicoba.

Dan soal kebiasaan tidur telanjang, itu juga dianjurkan karena katanya, pakaian menghalangi proses termoregulasi atau kemampuan tubuh kita untuk bisa mengatur suhu jadi seimbang, sehingga pembentukan dan penghilangan panas tubuh lo jadi terjaga. Kalau lo tidur tanpa pakaian, proses yang berlangsung alami ini bisa berjalan dengan lebih baik.

Botswana

Kebiasaan tidur pas udah malem nggak dikenal tuh sama masyarakat Botswana. Salah satu suku di sana, Suku Kung, bakalan tidur kalau udah waktunya. Dan waktu tidur mereka tuh relatif, alias suka-suka aja.

Nggak ada tuh aturan di sana harus tidur tiap jam 9 malem. Kalau mereka capek di jam 7 pagi dan mau tidur, ya tinggal tidur aja. Enak kan???

Untuk metode ini, Dr. Hibberd bilang sih masih riskan untuk dicoba. Doi bilang, yang paling penting untuk menentukan kapan kita harus tidur tuh adalah mendengarkan isyarat tubuh kita.

Idealnya, kita harus ngikutin jam biologis tubuh. Dan suasana yang gelap bisa memicu pelepasan hormon melatonin yang ngirim sinyal ke otak bahwa jam tidur lo udah tiba, sob. Lagian, kalau ngikutin metode ini kayaknya susah ya, ketika lo ngantuk di jam 7 pagi, jadi bingung karena harusnya lo udah di kelas, hehehe.

Afghanistan

Di negara ini, nggak ada tuh konsep kamar tidur. Di sana, tiap anggota keluarga bisa tidur di mana aja, selama masih di dalam rumah. Bahkan seringkali mereka tidur barengan di ruangan yang sama. Mereka tinggal menggelar alas tidur mereka aja untuk tidur.

Soal metode ini, Dr. Hibberd menganggapnya nggak apa-apa. Yang penting lo nyaman dan punya kualitas tidur yang baik.

Hibberd bilang, enaknya sih bisa aja lo mencatat berapa jam kita biasanya bisa tidur pulas, dan apa sih yang bisa membantu lo tidur dengan pulas. Terus lakukan itu sebagai kebiasaan, mudah-mudahan deh gangguan tidur lo bisa ilang. Dengan ritual-ritual di atas, HAI harap masalah tidur lo bisa beres ya, sob!

Editor : Alvin Bahar

Sumber : vice.com

Baca Lainnya