Penulis: Halim - SMA Al Hasra Depok
HAI-online.com - Jangan singkirkan remaja SMA dipembahasan soal Pemilu. Faktanya, nggak kurang dari 5 juta pemilih di Pemilu 2019 besok adalah pemilih pemula, sob. Yap, anak SMA yang udah 17 tahun--kebanyakan adalah anak kelas XII--punya suara yang berpengaruh banget, nih.
Untuk para tim sukses pasangan calon mana pun yang ngaku pengenjadi capres yang ngerti anak muda banget, coba deh baca opini para remaja SMA ini dulu, deh, sebelum merebut hati kami. hehe.
Sekar Nasution – SMA Al Hasra Depok
“Pesan gue untuk tim kampanye, berhenti meyebarkan hoaks, sara, atau apapun yang bisa memecah belah bangsa, berkampanye lah secara sehat, menggunakan visi dan misi Paslon yang terbaik untuk Indonesia, untuk kesejahteraan rakyat, dan keadilan bagi seluruh rakyat.
Sebagai warga yang baik, alangkah bijaknya kalau ada informasi di check and recheck dulu kebenarannya, sebelum meneruskan ke pihak lain, biar gak jadi mata rantai atau perpanjangan tangan. Hoaks tersebut yang membuat suasana politik menjelang pemilu yang akan datang, bukannya semakin kondusif, tapi malah semakin panas dan merugikan negeri sendiri.
Harapan gue, agar kampanye ini berjalan dengan lancar, aman, nggak ada kerusuhan, dan yang pasti harus demokrasi untuk siapapun nantinya yang terpilih agar bisa membawa Indonesia lebih baik lagi secara ekonomi dan Indonesia bisa dikenal hebat dimata Dunia”
Baca Juga : Debat Pilpres 2019 Kata Pelajar SMA, Mana yang Support Pendidikan?
Adelia Maliki –SMAN 2 CIBINONG
Menurut gue politik sekarang itu seru tapi banyak yang perlu dibenahi juga. Sekarang ini ada sejumlah kalangan yang agak radikal dan jadinya rusuh sendiri. Dan yang paling gue kurang suka itu kalau isu agama dibawa-bawa. Seakan Tuhan diajak kampanye.
Positifnya, sekarang gue lebih bisa liat seperti apa dunia politik seakrang. Terus jadi lbeih kritis sama hal-hal yang terjadi di Indonesia, masyarakat juga jadi lebih suka menggali informasi soal ini-itu.
Silakan lo dukung siapapun, pilih siapapun, ngidolain siapapin, tapi tetap ingat kalo pada akhirnya kita tetap satu Indonesia. Tetap damai dan saling menghargai jangan anggap diri yang paling benar. Sewajarnya aja lah, dan buat yang udah punya hak pilih, jangan Golput. Lima menit memilih, bisa menentukan nasib bangsa 5 tahun ke depan.
Dan satu lagi, jangan bawa-bawa agama dalam kampanye.
Adi harianto – SMA LAZUARDI
Ini kali pertama gue bisa milih. Menurut gue. Karena bakal ada pesta demokrasi nih ya, hendaknya anak muda yang terpelajar seharusnya menjadikan tahun ini sebagai ajang untuk menyebarkan cinta damai, dan bijak dalam menentukan pilihan.
Kalo pemilu menurut gue ya menentukan. Indonesia kan pake sistem demokrasi, demokrasi artinya rakyat. Jadi, gue sebagai masyarakat Indonesia, ya menentukan masa depan bangsa. Perumpamaannya seperti gue jadi pelatih sepak bola, pemain-pemain yang gue jadiin starting line up tuh bakal ngaruh banget buat 90 menit pertandingan, bahkan gue juga harus cermat dalam melakukan pergantian pemain.
Nah, sama halnya kayak pemilu, orang-orang yang bakal kita pilih untuk berada pada kekuasaan tertinggi tuh harus tepat, minimal cinta tanah air lah. Pemilu buat gue ya kayak pasang strategi aja, kita milih, kita yang menentukan. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.
Pesan gue, junjung tinggi makna demokrasi lah, politik tuh bukan tentang uang tapi tentang kesejahteraan. Boleh mendukung sesuatu asal jangan fanatic. Hargai pendapat orang lain dan gak perlu lah nyebarin hoaks segala, karena orang cerdas juga gak akan percaya. Harapan gue ya semoga yang terpilih nanti adalah yang terbaik siapapun orangnya, terus kita sebagai anak muda, harus tetap cerdas dan jaga persatuan.”
Jashon Aldriyan – SMAN 80 JAKARTA
“Kalau gue sih netral ya, semua orang bebas menentukan pilihannya. Tapi harus tetap ingat, kita ini negara demokrasi, jadi semua orang berhak menentukan pilihannya, dan juga jangan sampai karena berbeda pilihan, negara kita balik lagi kayak tahun 98, demo sampe hancur-hancuran, bahkan sampe pembunuhan.
Pemilu menuut gue sendiri, itu adalah penentu masa depan, bukan cuma 5 tahun kedepan, tapi pada masa anak cucu kita nanti dari dampak yang udah kita pilih dan kita tentukan sekarang ini.
Pesan gue buat para bapak-bapak atau ibu-ibu yang ada di BPN/TKN, tolong gunakan politik atau tempat anda dengan cara yang bersih, jangan kotori pesta demokrasi kita dengan berita hoaks, kericuhan, bahkan fitnah. Dan jangan lah suka goreng-goreng isu yang sebenarnya nggak penting.
Harapan gue sih, semoga pesta demokrasi ini dapat dilaksanakan dengan aman dan tenang, jadi semua pendukung gak kisruh dan tetap bersatu dalam perbedaan yang ada.”
Dendri Ramadhan –SMA MUHAMMADIYAH 25
“kita negara demokrasi, masyarakat bebas menyampaikan dan mengeluarkan aspirasinya, namun di samping itu juga masyarakat juga dituntut untuk lebih pintar memilih dan memilah berita juga, istilahnya pesta demokrasi.
Pesan gue untuk tim kampanye, sih, bertanding secara sehat. Kita kan di sini dibebaskan untuk memilih ya, dan tim kampanye setiap paslon ini memiliki tujuan untuk meyakinkan masyarakat atas paslon yang dipilih. Nah, saya berpesan untuk tetap saling menghormati dan nggak perlu bikin-bikin cerita deh, jangan sampe bikin hoaks hanya untuk saling menjatuhkan.
Di masa ini kita dituntut untuk saling diadu namun dengan cara yang adil dan sehat, penyebaran hoaks itu dapat dituntut dengan pasal-pasal yang berlaku di Indonesia, jadi kalau bisa, penyebaran hoaks gitu jangan sampe menjadi budaya di Indonesia, hanya memulai perpecahan doang.
Bagi gue, pemilu itu adalah pesta demokrasi rakyat, kebebasan rakyat, dengan tetap menjujung keadilan demi kesejahteraan rakyat juga, dari rakyat untuk rakyat. Harapan gue sih semoga seluruh paslon, mau siapapun yang akan kepilih, dapat menepati dan komitmen kepada jani-janji nya ketika terpilih menjadi presiden.