HAI-Online.com –Hebohnya berita seekor paus sperma yang mati dan ditemukan di pesisir Wakatobi memunculkan isi perut paus yang sebagian besarnya adalah sampah menyedihkan ulah manusia.
Kabar miris itu membuat banyak orang mulai gelisah dengan tumpukan sampah yang terus menerus mengganggu keseimbangan alam. Beberapa selebgram daninfuencerskerap ikut serta dalam menyuarakan kekecewaan sampah yang membanjiri lautan dan tentu saja merusak kehidupan alam kita.
Di tengah ramainya pemberitaan sampah yang membanjiri lautan kita, ternyata beberapa negara ini sudah pandai mengelola sampah sehingga tidak sampai masuk ke lautan.
1. Jaring-jaring Australia
Negara di sekatan Indonesia ini menunjukkan bagaimana mereka bisa menampung sampah dan mencegahnya masuk ke wilayah laut.
Baca Juga :Paus Mati di Wakatobi Bukti Nyata Indonesia Darurat Sampah Plastik #SayaPilihBumi
Dikutip HAI dari situs cewekbanget.id, setidaknya Australia lagi menjaring sampah-sampai di saluran air untuk tidak sampai ke lautannya.
Mereka memasang jaring yang besar dan ditempatkan di banyak pipadrainaseyang bisa membantu menangkap sampah-sampah berukuran besar hingga melindungi lingkungan dari kontaminasi sampah.
Pemerintah kota di Australia mulai memasang 2 jaring dan hasilnya langsung terlihat dalam beberapa minggu. Jadi dalam kurun dua minggu setelah pemasangan, jaring tersebut berhasilmenangkap lebih dari 800 pon sampah!
Hingga akhirnya pemerintah memutuskan untuk memasang lebih banyak lagi jaring-jaring sampah di seluruh kota.
Biaya untuk instalasi jaring ini memang cukup banyak, yaitu sekitar $ 10.000 atau sekitar 145 juta rupiah per unit. Namun secara keseluruhan, biaya ini akan sangat memangkas untuk biaya sampah kedepannya.
Misalnya, mereka jadi nggak perlu biaya untuk tenaga kerja manusia lagi karena kalau dulu ada banyak pekerja yang harus mengangkat sampah secara manual.
Baca Juga :Simpel tapi Berfaedah, Ini Cara Australia Atasi Sampah Plastik di Air
Setelah jaring sudah mulai penuh, sampah yang terperangkap di dalam jaring akan diangkat dan dibawa ke truk pengumpul sampah khusus serta diangkut ke pusat pemilah sampah.
Di pusat pemilah sampah tersebut lah baru bisa dipilih mana sampah yang bisa didaur ulang dan mana sampah yang memang harus dimusnahkan.
Jaringnya akan segera dipasang lagi dan akan kembali menyaring sampah dan ditunggu sampai penuh lagi. Dan prosesnya akan kembali terulang seperti penjelasan awal.
2. Jalan di India Terbuat dari Sampah Plastik
Mengingat lebih dari 75 persen penduduk India menggunakan plastik dan sekitar satu ton sampah dihasilkan dari plastik setiap harinya, Rajagopalan Vasudevan, seorang ilmuwan yang juga dikenal sebagaiplastic mandi India, bersama penemuannya berupaya untuk memecahkan masalah sampah plastik dengan menggunakannya sebagai bahan pembangunan jalan.
"Menggunakan plastik untuk membangun jalan adalah metode dengan biaya yang efektif. Itu membuat jalan tahan lama dan mencegah lubang berulang," kata Vasudevan dikutip HAi dari kompas.com, Rabu (28/11/2018).
Sejak awal tahuh lalu, India sudah menerapkan cara ini untukmembantu pengolahan limbah dengan cara yang ramah lingkungan. Hasilnya, lebih dari 20.000 kilometer jalan terbuat dari limbah plastik telah membentang di Tamil Nadu. Sementara 1,5 kilometer jalan telah dibangun di Prabhadevi, Dadar, India.
"Proyek pembangunan jalan plastik sedang dilakukan di lebih dari 11 negara bagian India. Metode ini akan membantu Brihanmumbai Municipal Corporation (BMC) untuk mencegah kerusakan jalan akibat kendaraan berat yang bergerak," sebut Vasudevan.
Bahkan beberapa bahan plastik tak terpakai dijadikan paving block untuk dijadikan landasan bagi pejalan kaki.
3.Sampah di tangan baik orang Jepang
Pengelolaan sampah di negari matahari terbit ini memang layak menjadi contoh terutama baginegara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di negara ini, masyarakat diajarkan untuk mandiri dalam pengelolaan sampah dan para penduduknya pun sudah memiliki kesadaran tinggi untuk tidak menumpuk sampah.
Negara ini memiliki sistem penyortiran sampah yang cukup rumit namun sangat membantu pengelolaan sampah di pusat.
Jika kamu sedang hidup di Jepang, kamu diharuskan untuk membuka plastik merek botol dan tutup botol sebelum membuang botol kosongan ke dalam tempat sampah. Plastik merek botol dan tutup botol juga dibuang di tempat terpisah.
Tidak hanya itu, saat kamu datang ke restoranfast food,kamu juga diharuskan untuk membersihkan makananmu sendiri dengan membagi-bagi kertas, tempat minum, tutup tempat minum dan sedotan di tempat-tempat terpisah.
Cara sederhana ini mengedukasi warga agar lebih aware terhadap sampah mana yang bisa diolah kembali dan yang harus dibuang sehingga harapannya mereka bisa lebih bijak menggunakan barang yang tidak banyak/sering dibuang ke tempat sampah.
4. Energi dari sampah menggerakkan Estonia
Tahukah kamu, negara Estonia telah berhasil mengubah sampah menjadi energi, bahkan mereka sampai meng-import sampah dari negara sebelah!
Gimana caranya?Waste to energyadalah konsep sederhana dari penggunaan sampah menjadi energy.
Sampah-sampah itu dibakar dengan suhu sangat tinggi dalam tungku yang besar-besar sehingga menghasilkansteam(panas), steam itu bisa digunakan untuk menggerakkan turbin, turbin menggerakkan generator dan energi yang didapat bisa diubah menjadi listrik.
Tentu masih ada perdebatan tentang polusi CO2 yang ditimbukjan dari pembakaran tersebut, namun setidaknya apa yang mungkin tak berguna dan bisa berbahaya untuk kesehatan dan lingkungan setidaknya bisa diminimalisasi.
karena setidaknyanegara ini mampu mengelola 40persen lebih dari limbahnya menjadi energi yang menggerakkan Estonia.
5. Belanda juga bakar Sampahnya jadi Listrik!
Sebelas dua belas sama Estonia, Belanda yang punya kenangan buruk akan sampah sepertinya membuat negara ini bangkit dan memerangi sampah-sampah tersebut.
Pasalnya, di abad 17 hingga 19, Belanda dikenal karena tingginya jumlah sampah yang nggak dikelola, sampai-sampai banyak penduduknya yang terserang penyakit.
Saat ini, Belanda sudah menerapkan sistem pembakaran sampah yang cukup modern sehingga pembakaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangkitkankan listrik sama seperti negara Estonia.
Namun semua itu nggak bikin Belanda jadi tambah rakus menciptakan sampah-sampah baru. Warga di sana kerap membagikan/menjual lagi barang-barang yang masih dipakai agar tidak menambah jumlah sampahnya.
Mereka percaya, jika masyarakat menahan daya beli terhada barang-barang, maka jumlah sampah tidak lebih banyak dari sebelumnya.
Wahh, para influencers di Belanda jarang ngajak kampanye belanja di olshop atau geger sama black Friday. Mereka beli barang sesuai kebutuhan aja!
Wah, kamu setuju untuk nerapin yang mana?(*)