Follow Us

Banjir Informasi Di Masa Bencana Bisa Bawa Musibah Tersendiri. Perhatikan 6 Tips Ini

Rizki Ramadan - Rabu, 31 Oktober 2018 | 18:21
tips mengonsumsi informasi di masa bencana
Istock

tips mengonsumsi informasi di masa bencana

HAI-online.com - Dalam tiga bulan ini, Indonesia ditimpa sejumlah bencana. Juli lalu, Lombok gempa, September kemarin Palu gempa dan tsunami, di Oktober ini pesawat Lion Air tujuan Cengkareng – Pangkal Pinang yang membawa 189 orang mengalami kecelakaan.

Di antara musibah yang terjadi selalu ada informasi yang membanjir, entah itu dari televisi, Koran, media online atau dari media sosial.

Informasi udah pasti dibutuhin banget. Kita perlu tahu perkembangan langsung dari tempat kejadian. Dari informasi itu, kita jadi bisa menentukan mesti melakukan aksi apa dan jadi tahu kabar masyarakat yang ada di tempat kejadian.

Tapi, informasi yang membanjir itu bisa jadi bencana sendiri, lho. Ada pihak-pihak yang suka usil ngelempar informasi yang nggak bener. Kalau kita nggak pinter-pinter “menyelaminya”. Kita bisa keselek, keracunan, atau malah tenggelam di banjir informasi itu.

  1. Curigai Broadcast Message di Grup
Pasti kamu gabung di banyak group chat kan di LINE Atau di WhatsApp. Informasi yang masuk ke situ, kadang nggak bisa dikontrol. Di grup keluarga besar, misalnya, pasti ada satu Om yang hobi lempar-lempar informasi yang dia terima entah dari mana dengan embel-embel, ‘sekedar share’, atau ‘dapet dari grup sebelah’.

Nah, lemparan-lemparan informasi di group chat itu nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Coba aja lo tanya ke si pengirim broadcast message itu, seringnya sih pengirimnya nggak tau persis detail inforamasinya. Bisa aja tuh dia lempar informasi cuma biar grup rame atau biar dia diperhatiin.

Karena itu, tiap kali baca broadcast message di grup, lo harus bacanya dengan penuh kecurigaan. Bahkan, kalau bisa mending nggak usah baca, deh, seperti yang dianjurkan Justito, dosen jurusan Jurnalistik Ilmu Komunikasi Unpad.

“Abaikan sebaran informasi di berbagai aplikasi percakapan. Kecuali kamu yakin mereka (pengirimnya) adalah tangan pertama dari informasi tersebut,” kata Justito

  1. Cek Profil Akun Penyebar Info di Medsos
Kalau kamu nemu informasi yang mengagetkan atau menyentuh perasaan kamu, jangan langsung di masukin hati dulu, bro. Cek dulu profil si penyebar informasi itu.

Klik akunnya, liat profilnya, terus liat deh riwayat tweet atau postingan-nya. Kalau dia emang orang yang kredibel, menyampaikan informasi yang sesuai profesi atau kapasitasnya, dan emang sering tweet informasi tentang topik yang sama, maka baru deh informasi tadi boleh kamu percaya.

  1. Biasain cari informasi dari sumber pertama atau sumber resmi
Misalnya, nih, kamu pengen tahu informasi tentang proses evakuasi kecelakaan pesawat Lion Air, maka tempat yang paling tepat untuk mencari informasi adalah media sosial Basarnas (@SAR_Nasional), Badan Nasional Penanggulanan Bencana (@BNPB_Indonesia).

Lembaga-lembaga resmi itu pasti punya divisi humas dan media sosial yang bekerja ekstra di saat bencana terjadi. Mereka bakal rutin mengirim kabar resmi yang dikirim oleh tim di lapangan.

“Sebisa mungkin akses dari sumber informasi pertama atau sumber otoritatif seperti BNPB, lembaga resmi pemerintah, NGO Terpercaya, atau individu yang memang kredibel, dll,” lanjut Justito.

  1. Jangan like atau retweet informasi yang ngaco. Langsung report aja!
Ini juga penting nih, kalau kamu nemu informasi yang udah lo yakini itu salah banget. Maka jangan lo tanggepin. Kadang-kadang kita gatel untuk mengolok-olok si pemberi informasi tersebut di hadapan temen-temen followers kita. Tapi coba pikir lagi deh, buat apa sih kita ngasih ‘panggung’ untuk informasi yang ngaco.

Kalau pun mau sebar, kamu mesti kasih tau dengan baik kalau info tersebut salah dan kamu mesti ngasih tahu versi benarnya.

Nah, aksi terbaik yang perlu lo lakukan adalah langsung klik tombol report. Sekarang ini tiap media sosial pasti punya fitur tersebut. Semakin banyak yang report semakin cepat juga informasi salah itu dihapus oleh admin pusat

Kalau lo nemu media nasional yang ngaco pemberitaannya, bisa langsung laporin ke Dewan Pers (@dewanpers). Kami di Hai pun siap ditegur dan dijewer kok kalau ada pemberitaan yang ngelewatin batas~

  1. Pikir Dua Kali Sebelum Share Informasi
Saat baca informasi kita bisa mendadak emosional dan jadi reaktif ingin ikut mengutarakan pendapat dan berbagi informasi juga. Tapi, coba pikir-pikir lagi deh. Kalau pendapat atau informasi itu emang penting, boleh deh disampein. Kalau sekedar uneg-uneg, lo mesti pikir dua kali.

“Nggak perlu terlalu aktif di media sosial berbicara tentang bencana tersebut. Semakin banyak percapakan, semakin besar kemungkinan distraksi atas penyaluran informasi primer tentang bencana itu,” papar Justito

Selain itu, Tito juga ngingetin kita untuk nggak asal analisis kejadian. Kalau lo nggak punya kredibilitas, otoritas serta kecukupan data untuk analisis, lebih baik jangan deh.

“Kalau nggak bisa, serahkan analisis pada mereka yang otoritatif dan kompeten,” lanjut Justito.

  1. Jangan melebih-lebihkan atau dramatisasi informasi
Menyebut bencana sebagai azab atau mengait-kaikannya dengan urusan politik itu nggak bisa membuat keadaan lebih baik, bro. informasi-informasi seperti itu malah bikin ruwet keadaan.

Udah gitu, coba deh lo posisikan diri sebagai kerabat korban. Lo nggak mau kan kecelakaan yang menimpa keluarganya itu disebabkan oleh sesuatu yang lebay yang cuma ada di imajinasi lo aja.

Gitu, bro. Bencana yang terjadi di lokasi kejadian itu udah berat. Pastikan informasi yang ada di tangan kita itu bisa membawa kebaikan bukan malah bikin keadaan makin parah.

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest