Follow Us

Ini 8 Masalah yang Membuat Film Adaptasi Novel Banyak yang Gagal

Agung Mustika - Rabu, 06 Juni 2018 | 18:30
Ini 8 Alasan Kenapa Film yang Diadaptasi dari Novel banyak yang gagal

Ini 8 Alasan Kenapa Film yang Diadaptasi dari Novel banyak yang gagal

HAI-Online.com - Beberapa waktu lalu dunia film Indonesia sempet heboh gara-gara Bumi Manusia bakal dijadiin film. Kabar ini nyebabin banyak pro-kontra di berbagai kalangan, termasuk anak-anak muda penggila sastra.

Bahkan sampai muncul petisi buat menggugat pemilihan Iqbaal Ramadhan sebagai pemeran Minke, tokoh utama dalam cerita yang dibuat sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Kebanyakan pihak menilai, menjadikan Bumi Manusia sebagai film sama aja kayak menjual idealisme Pram.

UDAH TAU BELUM? Waduh! Promo Art Filmnya Bocor, Apa yang Terjadi dalam Avengers 4?

Sebagian orang juga khawatir seandainya novel ini dijadiin film bakalan cupu macem novel-novel lainnya diadaptasi menjadi film.

Hmmmm, pro-kontra macem gini juga udah sering muncul di dunia film. Baik itu di Hollywood atau film nasional. Cuma sedikit film yang dinilai berhasil diadaptasi dari novel.

Dilansir dari Watch Mojo, ini dia 8 masalah yang sering muncul kalo novel pengen dijadiin film.

Buat lo yang bercita-cita sebagai film maker, coba, deh, cari solusi gimana nyelesain masalah-masalah ini.

8. Adegan visual jarang yang bisa muasin imajinasi pembaca

Ini dia kekuatan terbesar yang dimiliki novel atau bacaan. Semua orang yang menikmati cerita yang ditulis entah dari novel, cerpen, puisi (ya intinya tulisanlah!) bakalan bebas berimajinasi macem-macem.

Sense-nya bakalan beda dibanding nonton film. Makanya sering ada orang yang duluan baca novel terus nonton filmnya, kecewa dan bilang 'Kok gitu sih', 'kok jadi alay', 'aneh banget sumpah, di bayangan gue seharus dia si ini, si itu'.

Well, buat yang suka baca pada tahap ini lo mesti bersyukur soalnya membaca bikin imajinasi lo makin liar.

7. Di film, pemeran nggak punya cukup waktu buat ngembangin karakternya

Orang yang berkecimpung di dunia film biasanya dikejar waktu sama target rilis filmnya. Ini yang bikin pengembangan karakter yang diadaptasi dari novel bakalan susah dikembangin sama si aktor.

Bukan berarti nggak mungkin. Tapi pengembangan karakter di film jelas butuh waktu dan riset yang nggak sebentar, sob! Kalo di novel relatif gampang, tuh, dikasih 'Enam bulan kemudian' dan bikin deskripsi yang nantinya orang bisa berimajinasi lewat deskripsinya.

Kalo di film? Mau dikasih keterangan 'Enam bulan kemudian' tetep aja proses ngarahin pengembangan karakter tokoh juga nggak literally 'enam bulan'. Hehehe...

6. Di film, nggak ada budget buat masukin semua kejadian yang ada di novel

Ini hal yang lumayan dibenci buat para pembaca novel yang ceritanya dijadiin film. Dalam novel, penulis bebas bikin adegan atau kejadian-kejadian yang bikin plot cerita jadi kelihatan menarik.

Hal itu nggak mungkin terjadi di film. Yang namanya diadaptasi, pastinya udah ngelewatin tahap interpretasi banyak pihak. Makanya banyak kejadian yang dipotong, bahkan diubah biar nggak kelihatan kaku. Hal itu jug berguna buat menekan ... biaya produksi.

5. Fans nggak selalu suka sama 'interpretasi' sutradara

Film yang diadaptasi yang novel pastinya ngalamin 'tambahan' akibat interpretasi sutradara. Sayangnya, 'penambahan' itu nggak selalu disukai khusus oleh fans fanatik novel tertentu.

Gara-gara hal itu nggak jarang orang yang udah jatuh cinta sama tokoh tertentu dalam cerita novel, bakalan parno kalo tokoh kesayangannya divisualin.

4. Ending yang beda

Masih berkaitan akibat interpretasi sutradara, film yang diadaptasi dari novel sering punya ending beda. Ada banyak alasan kenapa endingnya dibikin beda. Salah satu alasan yang cukup mainstream buat kepentingan film lanjutannya.

3. Nggak mungkin banget nggak spoiler!

Waktu Avengers: Infinity War rilis, semua aktornya bikin 'champaign', "Thanos Demands Your Silence". Intinya mereka (dan kita semua) nggak mau kena spoiler.

Mereka, sih, gampang aja ngomong "Thanos Demands Your Silence". Secara film yang diadaptasi dari komik itu emang sukses gila. De facto, sedikit orang yang baca dan paham komik asli cerita-cerita Marvel.

Dan interpretasi para sutradara yang terpilih menahkodai film-film MCU jauh dari kata mengecewakan. Coba kalo filmnya diadaptasi dari novel yang banyak banget orang baca dan seketika jadi booming.

Nggak mungkin banget nggak spoiler, sob! Karena orang bakal terus bandingin novel dan filmnya.

2. Elemen yang penting malah terlewat

Di novel, penulis bisa dengan bebas ngasih elemen-elemen yang jadi bumbu-bumbu cerita. Sayangnya, elemen-elemen penting dalam novel justru terlewat saat diadaptasi menjadi film.

Apalagi kebanuakan pembaca punya elemen-elemen favorit. Yang mana nggak mungkin semuanya diakomodir sama sutradara.

1. Pada dasarnya novel bakal selalu lebih baik daripada film

Bukan berarti mengesampingkan karya seni berupa film, lho. Pada kenyataanya, film yang diadaptasi dari novel emang nggak bakal muasin ekspektasi pembaca novelnya, sob!

Ini yang bikin novel bakal selalu lebih baik kalo dibandingin filmnya. Dibutuhkan keberanian dan kecerdikan tersendiri buat mengadaptasi novel yang dijadiin film.

Sebagai pembaca yang bijak, kita juga harus ngasih apresiasi buat para sutradara yang berani ngambil resiko ngadaptasi novel menjadi film.

Sepakat, dong, Sob?

Editor : Rian Sidik

Baca Lainnya

Latest