(BACA:Cerita Masa Remaja Najwa Shihab. Dari Jadi Ketua OSIS Sampai Ikut Pertukaran Pelajar. Keren! )
Bukan Jamannya Lagi Ortu Nggak Dukung
Kalau denger cerita para guru atau kakak-kakak kita, mau masuk jurusan bahasa itu lebih susah daripada mesen Gojek saat sinyal jelek dan batere tinggal 3%. Soalnya, orangtua nggak menganggap jurusan bahasa itu seberprospek jurusan IPA dan IPS. Apalagi seringkali siswa yang masuk jurusan Bahasa itu pengen masuk IPA atau IPS tapi nilainya nggak cukup.
Pak Eko Budi Siswoyo, guru Bahasa Indonesia di SMA Sanur juga mengakui hal ini. Ia cerita, dulu ada siswa yang pintar banget di segala bidang. Cita-citanya pengen kuliah Sastra Perancis, karena itu ia milih jurusan Bahasa. Dia bermasalah deh sama orangtuanya.
“Mereka yang bisa masuk IPA tapi malah milih jurusan Bahasa dipermasalahkan oleh orangtuanya,” kata pak Eko
Tapi itu dulu, sob. Sekarang ini orangtua lebih terbuka pemikirannya. Mereka percaya kalau minat anaknya diasah di wadah yang tepat, bisa bikin sukses!
“Gue nggak dimasalahin sama ortu. Katanya, yang penting diseriusin. Karena bahasa itu meluas pelajarannya, di mana-mana butuh bahasa, kalo nggak ada bahasa mau berkomunikasinya gimana? Intinya bahasa itu penting,” kata Daffa. Dua temen kita lainnya yang diwawancara, Lintang dan Hafshatul, juga masuk ke jurusan Bahasa tanpa mesti cemas saat minta izin ke ortu, kok.
Minat Lebih Terasah Masa depan Lebih Terarah
Lanjutin cerita pak Eko, murid-murid jurusan bahasa terbukti sukses mengasah minat mereka loh di jurusan ini. Selulusnya pun, presentase yang masuk perguruan tinggi negeri jurusan Sastra besar.
“Bahkan pernah ada 24 anak Bahasa, 16 diantaranya diterima di UI,” kata pak Eko.
Para siswa yang awalnya setengah hati masuk jurusan Bahasa pun ngaku lebih enjoy
“Gue akan tetep di jurusan bahasa. Gue juga waktu itu mau IPS cuma karena temen-temen gue di sana semua” ucap Feren yang awalnya ingin jurusan IPS.