Burgerkill, adalah antitesis dari kondisi tersebut. Mereka band berisik, yang sepertinya nggak punya “peluang” untuk jualan di pasar industri musik mainstrem, tapi kenyataannya mereka menjadi salah satu band cadas Indonesia yang diajak bergabung dengan salah satu label raksasa di Indonesia, Sony Music Entertainment.
Baca Juga: Hari Ini, Almarhum Ivan Scumbag, Ex Burgerkill, Berulang Tahun yang ke-39. RIP!
Awal 2004 adalah momen yang benar-benar berbeda dalam perjalanan karier mereka. Saat itu, mereka telah menjadi artis dari sebuah label besar, jadwal promo ke berbagai dalam skala nasional mereka lakukan. Tentunya, termasuk ke HAI. Saat itu, Tiga Titik Hitam dan Terlilit Asa jadi gacoan sampai digarap video klipnya.
Masih di tahun yang sama, Burgerkill benar-benar mencuri perhatian setelah mampu menjadi pemenang dalam ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) di tahun 2004, dalam kategori Best Metal Production. Oh , iya, sejak penggarapan album kedua ini, Ugum telah emngudnurkan diri sebagi gitaris, dan posisinya digantikan oleh Agung, yang sebelumnya tercatat sebagai gitaris Jeruji.
Album Legendaris dan Aksi Abah
Nah, untuk kedua kalinya, posisi drum kembali berubah dalam perjalanan karier Burgerkill. Kali ini, Toto memilih untuk cabut dari band karena akan fokus dengan pekerjaannya di luar musik. Padahal, saat itu, Burgerkill tengah dikejar target deadline dari label untuk segera merampungkan album terbaru.
Baca Juga: 4 Fakta Tentang Kolaborasi Mocca dan Viki Burgerkill
“Pada saat itu intinya saya sudah nggak enjoy, lagi, mungkin pikiran saya udah ditempat lain, dari pada hal itu menimbulkan banyak konflik di kepala saya, ya sudah, saya keluar,” ujar Toto.
Dalam kondisi mendesak itulah, akhirnya Abah Andris kembali ke habitat lamanya di belakang set drum. Ajaibnya, Abah juga “menghajar” semua take bass untuk album Beyond Coma and Despair.
“Harus edanlah album ini,” celoteh abah dalam dokumenter We Will Bleed.