Follow Us

Profesi Director of Photography: Mata Hatinya Sebuah Film

Rizki Ramadan - Jumat, 04 November 2016 | 11:30
Profesi Director of Photography: Mata Hatinya Sebuah Film
Rizki Ramadan

Profesi Director of Photography: Mata Hatinya Sebuah Film

Kalau diterjemahin, profesi ini adalah pengarah fotografi. Kok ada, yah, profesi yang bertitel fotografi di industri film? Kerjanya memotret kegiatan syuting?

Jangan salah. Walau berembel-embel fotografi, profesi yang kerap diistilahkan sebagai sinematografer ini nggak ada kaitannya sama potret-memotret. Cuma aja, DOP tuh emang mengurusi hal-hal yang emang deket sama urusan foto: pengambilan gambar (framing) dan pencahayaan (lighting). Dalam film, DOP bukan cuma mandor yang nyuruh-nyuruh, DOP juga lah yang mengoperasikan kamera.

Lho, jadi, DOP itu merangkap kameraman?

“DOP itu pemimpin kameraman. Bertanggung jawab urusan visual dari film. Mengubah naskah menjadi visual, itulah tugasnya. Di urusan visual ini, DOP dibantu oleh asisten DOP, camera reporter (yang mencatat data teknis kamera, RED), operator kamera, dan lighting man. Tentu DOP ikut mengoperasikan kamera,” jelas Amalia TS. DOP perempuan yang turut bikin sukses film Tabula Rasa dan beberapa film alternatif kayak Rocket Rain, dan Belkibolang.

Asik Dengan Dunia Di Balik View Finder

Bagi cewek yang akrab disapa Lia ini, profesi DOP bikin dia jadi punya dunianya sendiri, yaitu saat viewfinder kamera mulai nempel ke matanya. Ya, saat itu seorang DOP bisa asik mengatur pencahayaan, mengikuti gerak para aktor, membingkai cerita.

Nggak cuma harus gape menentukan framing, seorang DOP juga dituntut untuk paham luar dalam soal teknis kamera.

“DOP yang nentuin kamera apa yang cocok untuk dipakai di sebuah film. Dan untuk ngerti sebuah kamera itu nggak cukup googling, harus praktek langsung. Aku pun, kalau dua bulan nggak syuting, bisa gagap lagi pas megang kamera,” cerita cewek lulusan jurusan Film Institut Kesenian Jakarta angkatan 2001 ini.

Dalam sebuah produksi film, DOP itu peranannya penting. Setelah produser, sutradara dan penulis, posisi DOP-lah yang ada di jabatan tinggi sebuah film. Memang sih, dibanding sutradara, waktu kerja DoP nggak lama. Kalau sutradara bisa sampai satu tahun, waktu kerja DOP cukup enam bulan. Namun, menurut Lia, sejak masa pre produksi, DOP sudah ikut kerja.

“Dari mulai persiapan, pengembangan skenario, hunting lokasi, blocking shot, DOP udah terlibat. Bahkan, di proses editing pun aku suka nengok-nengok,” ceritanya.

Ngomong-ngomong soal prospek karier, profesi DOP itu nggak boleh diremehin. Lia, yang sudah meniti karier sejak 12 tahun lalu bahkan mengaku kalau hidupnya berubah banget dengan menjadi DOP ini. “Walau gue jadi DOP awalnya karena kecelakaan, tapi profesi ini udah merubah gue banget. Soal uang, nggak pernah nggak lancar deh,” ucap Lia. Dan kabar baiknya, sekarang ini sudah ada asosiasi DOP Indonesia, lho. Lembaga ini lah yang bakal ngejagain para DOP.

Untuk kamu yang cewek, ada kabar baik tambahan, di Indonesia DOP cewek itu masih sedikit jumlahnya. Hanya empat sampai lima orang. Padahal, menurut Lia, beberapa film, tuh butuh taste cewek di filmnya.

Asiknya, nggak cuma mentok di ranah film, kalau udah nyemplung ke dunia kamera dan pengarahan gambar, kita juga bisa ‘main’ ke kolam lain, yaitu ke dunia periklanan televisi dan produksi video klip. Nah, untuk bisa main ke berbagai kolam itu, Lia mengusulkan untuk kita jadi DOP freelance saja. Nggak terikat ke satu Production House tertentu. “Lagipula jarang juga yang jadi DOP tetap di satu PH,” kata Lia.

Editor : Hai Online

Latest