Naik turunnya musik metal di Indonesia juga sukses membentuk Burgerkill untuk pelan-pelan menemukan jati diri mereka. Diakui Eben, Burgerkill yang kini telah berusia 25 tahun pun, pernah mencicipi rasa pahit menjadi band metal.
"Gue tetap merasa band gue hardcore. musik itu kan kayak bayi, ketika berumur 2-3 bulan, lo cuma dapet asi. Ketika kian besar, lo makan bubur. Banyak ilmu baru dan menimba pengalaman," paparnya.
Dan perubahan Burgerkill dari hardcore menjadi lebih metal itulah yang dinikmati Eben. Apa yang diterapkan adalah berusaha untuk selalu menghasilkan sesuatu yang beda di setiap karyanya.
“Band ini beradaptasi di mana dia berada, sesuai kondisinya, ketika di Venomous, orang bisa lihat dari musik dan liriknya. Kita mau bicara tentang sesuatu yang lebih wise,” katanya.
“Gue juga menerapkan ke anak-anak, jangan pernah menulis sesuatu apa yang nggak kita rasa, nggak kita dengar, dan apa yang kita nggak lihat. Kita nulis apa yang kita tahu dan kita paham,” repet Eben.
Segala hal yang dipaparkan almarhum, nggak ada salahnya buat kita terapkan dalam bermusik. Bahkan bisa juga digunakan ke kehidupan kita lainnya: Bahwa konsistensi, perencanaan, dan cara bersikap adalah hal penting untuk meraih kesuksesan.