Follow Us

Musik, Umur, dan Mitos di Balik 27 Tahun Superman Is Dead

Tim Redaksi - Selasa, 16 Agustus 2022 | 07:05
Superman is Dead Masih Terus Hidup, 27 tahun setelah ia lahir.
HAI

Superman is Dead Masih Terus Hidup, 27 tahun setelah ia lahir.

Situasi itu menjadi ironi. Saya bertemu bukan di atas panggung dengan gemerlap tata cahaya dan tata suara, tetapi di dalam sebuah ruang sidang di kantor Pengadilan Negeri kota Denpasar, Bali. Apa yang menarik dari peristiwa ini? Mereka bahkan mampu menggerakkan reuni dalam sebuah ruang yang sesuram itu, bahkan untuk seorang yang katakankanlah penggemar gelap seperti saya pada hari itu.

Reuni-reuni yang mereka gerakkan ini mengingatkan saya pula setiap kali ruas jalan di Bantul, Jogja bagian selatan, dipadati barisan anak muda berjalan kaki yang hendak pulang menuju ke rumahnya masing-masing. Saya langsung paham bahwa mereka baru kembali dari menyaksikan konser SID.

Apabila saya bagian dari outSIDers dan Lady Rose, saya yakin akan pulang dalam keadaan bersemangat penuh, sebab ketika konser saya punya kesempatan menyimak lirik lagu semacam ini: “Jabat erat tanganku kawan. Kau tak akan pernah sendiri. Hancurkan dendam dengan cinta di dada. Untuk semua manusia.” Atau lirik lagu yang lainnya lagi: “Ayo bangun dunia di dalam perbedaan.” Hamparan kalimat yang singkat, padat, dan bagi saya memberikan energi baik.

Musik, Umur, dan Mitos 27

Suatu hari saya bertanya pada seorang kawan yang juga seorang arkeolog: Apakah musik hadir di realita masa lalu? Dia menjawab, musik hadir dengan jelas. Hal itu muncul dari penyebutan pemusik dan alat-alatnya, meski tidak sampai detail musik apa yang dimainkan. Ditambahkannya, bahwa pertanyaan seputar musik plus perkembangan kajian antropologi dalam menyikapi dunia digital akan selalu ada. Sayangnya, menurut dia, kurikulum dan tetek bengeknya belum terarah ke sana, padahal itu menjadi pertanyaan penting menyangkut budaya dan perkembangannya.

Pertanyaan tadi sebenarnya bukan saya maksudkan untuk menjadi bahan diskusi tentang tinggalan material atau tinggalan digital yang konon harus memutar dua kali untuk menjadi rujukan arkeolog. Saya hanya penasaran terkait dunia di masa depan, ketika mendapati situasi dunia yang saat ini semakin tidak karuan, terjadi pandemi, perang di mana-mana, penderitaan di mana-mana, keserakahan merajalela. Bila semuanya ini sedang berangkat menuju kehancuran, bagaimana musik akan menyelamatkan dirinya nanti?

Apa hubungan gagasan tersebut dengan SID? Di masa revolusi digital seperti sekarang ini, SID masih menunjukkan semangat eksplorasi dan daya tahannya dalam mengisi keragaman musik di Indonesia. SID mampu membuktikan diri seiring dengan bertambahnya usia, dengan ciri khas yang dipunyai. SID hadir baik di masa lalu maupun masa mendatang dan masih terus menjadi kerikil dalam sepatu untuk rezim.

Mengamati usia SID tiga tahun ke belakang, pada ulang tahun perak SID yang ke 25 tahun, SID masih bersuara dengan lantang menyatakan seruannya terkait kebebasan berekspresi. Mereka menggalang solidaritas bagi Mas Jerinx yang ditahan di Polda Bali atas dugaan pasal karet "pencemaran nama baik di dunia digital”. Dukungan digalang baik secara pribadi maupun kolektif dengan menggunakan kertas, flyer, poster, atau banner. Dalam perayaan SID yang ke-25 tahun itu juga, mereka menggelar acara pembagian pangan gratis, serta unjuk panggung di beberapa tempat sejak dari jam 5 sore.

Sementara itu, pada ulang tahunnya yang ke-26 tahun lalu, alih-alih mengunggah foto di atas gemerlap panggung, SID memilih memasang sebuah foto dengan kostum dan gestur yang untuk ukuran seorang Rockstar bisa dibilang biasa saja, di dekat papan petunjuk nama sebuah jalan. Nama jalan tersebut adalah Jalan Munir. Para pendengar SID tentu tahu siapa Munir yang dimaksud. Di situ SID menulis kepsyen singkat sekali: Kami masih hidup.

Dalam sebuah video klip SID yang berjudul “Sunset di Tanah Anarki” jejak Munir dapat kita temukan lagi di menit ke-04.31. Begitu pula jejak Wiji Thukul dalam video yang sama. Tampak sekali SID sedang mewakili suara-suara mereka yang dihilangkan paksa dan berusaha menghidupkan spirit keberanian mereka dengan berbagai cara.

Di sela berbagai pertanyaan tentang dunia dengan segala absurditasnya, tetiba saya mendapat kesempatan untuk menulis tentang SID yang sedang memasuki usia ke-27 tahun ini. Dalam lingkungan selebriti kita mengenal sejumlah orang terkenal yang tutup usia di angka ini atau yang disebut Klub 27. Saya tidak tertarik untuk mengelolanya sebagai pembahasan. Saya lebih tertarik untuk memberi mitos baru bahwa umur 27 adalah usia yang dipenuhi oleh daya hidup dan daya juang, seperti yang terjadi pada SID saat ini.

Selamat ulang tahun SID.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest