Follow Us

Nggak Cuma Bikin Otak Panas, NASA Catat 2020 Jadi Tahun dengan Suhu Terpanas

None - Jumat, 15 Januari 2021 | 16:30
Ilustrasi rata-rata  kenaikan suhu tahun 2020.
YouTube NASA

Ilustrasi rata-rata kenaikan suhu tahun 2020.

HAI-ONLINE.COM - Tahun 2020 menjadi tahun dengan suhu rata-rata terpanas, mengulang hal serupa yang terjadi pada 2016 silam, seperti dilaporkan berdasarkan analisis NASA.

Ilmuwan pada Goddard Institute for Space Studies (GISS) NASA menyebut, pada tahun 2020, suhu di bumi secara global meningkat 1,02 derajat Celsius dibanding rata-rata pada rentang 1951-1980. Catatan tersebut hanya berselisih sedikit dengan tahun 2016.

Baca Juga: CNSA Konfirmasi Benda Jatuh di Perairan Kalimantan Merupakan Bagian Roket Milik Mereka

“Tujuh tahun terakhir merupakan tujuh tahun terpanas dalam catatan, menggambarkan tren pemanasan yang tengah berlangsung dan dramatis,” ujar Direktur GISS Gavin Schmidt, dilansir dari laman resmi NASA, Jumat (15/1/2021).

“Apakah rekor satu tahun atau tidak, itu tidak terlalu penting—yang terpenting adalah tren jangka panjangnya. Dengan tren ini, dan seiring dengan meningkatnya dampak manusia terhadap iklim, mau tak mau kita memprediksi rekor tersebut akan terus dipecahkan,” imbuhnya.

Sementara tren pemanasan jangka panjang berlanjut, berbagai peristiwa dan faktor berkontribusi pada suhu rata-rata tahun tertentu. Dua peristiwa terpisah mengubah jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan bumi.

Yang pertama, kebakaran hutan di Australia selama paruh pertama tahun ini membakar 46 juta hektar tanah, melepaskan asap dan partikel lainnya setinggi lebih dari 18 mil di atmosfer, menghalangi sinar matahari dan kemungkinan sedikit mendinginkan atmosfer.

Baca Juga: Hiii! Jamur Ini Bisa Ubah Lalat Jadi Zombie dan Punya Perut yang Lubang

Di sisi lain, lockdown global terkait pandemi virus corona yang sedang berlangsung (COVID-19) mampu mengurangi polusi udara partikulat di banyak area, memungkinkan lebih banyak sinar matahari mencapai permukaan dan menghasilkan efek pemanasan yang kecil tetapi berpotensi signifikan.

Penghentian ini juga tampaknya telah mengurangi jumlah emisi karbon dioksida (CO2) tahun lalu, tetapi konsentrasi CO2 secara keseluruhan terus meningkat, dan karena pemanasan berkaitan dengan emisi kumulatif, jumlah keseluruhan dari pemanasan yang dapat dihindari akan terminimalisir.

Kenaikan suhu diketahui dapat menyebabkan fenomena seperti hilangnya massa lapisan es dan es laut, kenaikan permukaan laut, gelombang panas yang lebih lama dan lebih intens, serta pergeseran habitat tumbuhan dan hewan.

Karenanya, memahami tren iklim jangka panjang seperti itu, menurut GISS sangat penting untuk keselamatan dan kualitas hidup manusia, memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dengan cara seperti menanam tanaman yang berbeda, mengelola sumber daya air kita dan mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrim.

Baca Juga: Ngeri! Nggak Tersentuh Sebelumnya, Kasus Covid-19 Muncul di Benua Antartika

(*)

Penulis: Hanif Pandu

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest