Follow Us

20 Tahun Album Ningrat - Jamrud: Frustasi Karena Personel Overdosis, Hingga Dapet 5 AMI Awards

Alvin Bahar - Selasa, 30 Juni 2020 | 14:00
Formasi klasik Jamrud pada 1996, sebelum Fitrah dan Sandy tewas pada 1999
HAI

Formasi klasik Jamrud pada 1996, sebelum Fitrah dan Sandy tewas pada 1999

HAI-ONLINE.COM - Kalo nggak kuat-kuat iman, mungkin band ini udah "bubar jalan" beberapa tahun lalu. Tewasnya teman sepergaulan, satu band pula, bukan hal yang gampang untuk dilupain begitu aja. Kematian Fitrah dan Sandy pada 1999, dua personel Jamrud yang tewas akibat over dosis (OD), bikin personel lainnya makan ati. Saat itu protes dari penggemar, apalagi yang bukan fanatik, membuat Krisyanto (vokal), Aziz MS (gitar), Ricky Teddy (bas), dan Herman (drum) rada uring-uringan. Habis, imej yang muncul jelas negatif. Bukan cuma disangka ikut "make", tapi ada juga yang mengira kalo personel Jamrud yang lain nggak memperingatkan dua personel yang OD tadi supaya berhenti "make". Intinya, nggak peduli temen sendiri!

Padahal sebenernya nggak. Mereka tau kalo Fitrah dan Sandy make obat terlarang itu udah lama, malah Aziz CS nggak bosen-bosennya menasehati rekannya itu supaya berhenti.

Baca Juga: Foto-foto dan Liputan Konser Green Day di Jakarta 1996: Kaca JCC Pecah, Banyak Jambret, Tiket Rp60 Ribu"Gua juga sempet ngajak berobat, tapi tetap aja nggak berubah. Jadi emang tergantung orangnya. Biar berobat ke Zimbabwe sekalipun, ya sama aja," kata Aziz, dikutip dari arsip HAI. Makanya, begitu Sandy dan Fitrah tewas, mereka mengaku sangat kehilangan. Apalagi sejak awal, mereka (minus Herman) membangun Jamrud bersama-sama. Mulai dari bikin demo, rekaman, konser, dan lainnya dilakukan bareng. Pokoknya udah ngerasain pahitnya kayak apa. Dan itu merupakan suatu kesan yang mendalam banget buat mereka. "Terus-terang, kita memang kehilangan banget. Kalo liat klip yang dulu-dulu, kayaknya ada yang kosong begitu, Ya, sedih juga. Tragis dan sempet nggak percaya," kenang Aziz. Kalo dipikir, waktunya pas banget. Tewasnya Sandy (drum) berbarengan ama pengerjaan album keempat Jamrud yang dikasi judul Ningrat.

Bahkan, Sandy sempat ikut rekaman di lagu Surti dan Tejo.Di album yang beredar akhir Desember 2000 ada satu lagu yang tadinya dibuat khusus untuk Fitrah. Judulnya F**k Off. Bahkan Aziz udah minta ama Log Zhelebour, executive producer album tersebut supaya lagu itu didedikasikan buat Fitrah. "Sandy juga tau. Eh, belakangan Sandy pun "lewat". Ya, udah akhirnya sekalian aja didedikasikan buat mereka berdua," tukas Aziz.

Gandeng Herman, makin melesatShow must go on. Pengerjaan album keempat Jamrud digas. Mereka gandeng Herman buat jadi drummer baru. Untungnya, Azis, Ricky, dan Krisyanto malah makin melesat setelah menggandeng Herman. Hati boleh pedih, tapi otak nggak boleh mendidih! "Mereka tabah untuk terus bertahan. Bertahun-tahun merintis karir, dihajar masalah, tapi tetap eksis. Gue terharu dan bangga ngeliat prestasi mereka," tandas Budhy Haryono, eks drummer Gigi yang pernah jadi drummer Jamrud formasi awal (waktu itu namanya masih Jam Rock). Beruntung, meski didera persoalan imej, album tersebut bisa dibilang puncak kesuksesan Jamrud.

Cover album Jamrud - Ningrat

Cover album Jamrud - Ningrat

Baru berjalan sekitar sebulan, Ningrat terjual 200 ribu keping. Total mereka mencatat angka penjualan sebanyak dua juta keping di Indonesia dengan populernya single Surti-Tejo dan Pelangi di Matamu. Kalo ngomongin aksi panggung, dulu band yang tahun ini "kenyang" penghargaan ini lebih banyak menginjak panggung-panggung di luar kota Jakarta. Bahkan jarang tampil di teve. Baru pas era Ningrat band "asuhan" Log Zhelebour ini rajin manggung di event-event besar, termasuk jadi bintang tamu penghargaan musik, mengisi acara sebuah teve swasta, bahkan jadi puncak acara anak-anak sekolah besar di Jakarta! Album Ningrat juga mencatat sejarah dengan meraih anugerah 5 penghargaan AMI Award 2000 sungguh luar biasa untuk sebuah grup cadas. Jamrud agak kalem

Sebagai grup rock, Jamrud mengakui kalo di album keempat ini mereka main agak kalem. Misalnya di lagu berjudul Kabari Aku dan Surti dan Tejo. "Sebenernya sih risih juga, tapi tanggapannya ternyata bagus. Banyak yang minta kita main agak slow. Nggak apa-apa. Lagian, kita juga jadi dapet penggemar baru," kata Kris.

Rahasia kesuksesan NingratApa sih yang bikin Ningrat sukses? Ternyata, ada rumusnya. Salah satu unsur yang bikin sebuah lagu di Ningrat jadi begitu enak buat didengar atau bahkan didendangkan, adalah lirik. Nggak perlu bagus berbunga-bunga bak puisi atau buku-buku sastra, yang penting nyantol biar gampang diingat. Nggak percaya? Tanya aja sama Azis cs. Berkat rumus itu, hampir seluruh album yang pernah mereka rilis laris manis di pasaran. Paling nggak, hampir tiap orang - suka maupun nggak - pernah denger dan pasti bisa menirukan teriakan Krisyanto (vokal), "Terimakasihkuuuu !!" atau "Putriiiii....!!!" Lewat Ningrat, yang adalah album ke-4 band, jurus itu kembali dipamerkan. Belon apa-apa, telinga ini udah disodori tarikan suara Kris yang serak tapi nggak basah itu. "Macarin kamu nggak jauh bedadengan main Ludruk/Pakai tanyasilsilah, golongan darah, ningrat atau..." begitu keluhnya di lagu jagoan yang berjudul sama dengan albumnya, tanpa iringan instrumen, kecuali vokal latar. Khas dan (tetap) menggelitik. Senada sama HAI, menurut Budhy kunci sukses Jamrud adalah kemampuan Krisyanto menyampaikan lirik-lirik lagu yang ditulis Azis. Lewat timbre vokal yang nggak ada duanya, lagu Jamrud yang kayak apapun beatnya pasti keren dilantunkannya. Nggak kurang dari musisi sekelas Alm. Harry Roesly terang-terangan memuji hasil kerja band rock tersebut. "Mereka punya lirik-lirik lagu yang sangat manusiawi dan masih menyoroti masalah sosial yang terjadi di tengah masyarakat," cetus musisi bengal yang punya seragam kebangsaan ampir mirip ama anak-anak Jamrud (item-item) ini. Album laris manis, emang bisa banget jadi ukuran sukses. Berani taruhan nggak sedikit musisi yang pingin banget mengecap sukses kayak gitu. Pada akhirnya juga, berpuluh tahun kemudian, teriakan "Terimakasihkuuuu !!" atau "Putriiiii....!!!" (dengan i yang dilafalkan sebagai e) masih terus dikenang. Ya nggak?

Disarikan dari arsip majalah HAI

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest