Follow Us

Jangan Keliru, Ini 10 Mitos dan Fakta Soal Pake Masker di Masa New Normal

Alvin Bahar - Senin, 29 Juni 2020 | 19:00
Pake masker kelamaan, kadang bikin kita ngerasa bau mulut jadi nggak enak, ada beberapa tips simpel untuk mengatasinya
freepik.com

Pake masker kelamaan, kadang bikin kita ngerasa bau mulut jadi nggak enak, ada beberapa tips simpel untuk mengatasinya

HAI-ONLINE.COM - Sampai saat ini, Covid-19 masih jadi permasalahan yang pelik di berbagai negara belahan dunia karena belum ditemukannya vaksin maupun obatnya.Di Indonesia sendiri, kita tengah memasuki new normal atau kenormalan baru dengan membiasakan disiplin diri untuk mencegah penyebaran virus corona.Disiplin diri yang dimaksud adalah dengan physical distancing, cuci tangan teratur, hingga memakai masker.Banyak mitos fakta masker yang beredar di masyarakat. Agar nggak keliru, berikut informasi seputar penggunaan masker yang penting untuk kita perhatikan.

Baca Juga: Rumah Hantu Drive-in di Jepang Tawarkan Wisata Horor Sambil Tetap Social DistancingMitos dan fakta memakai maskerAda berbagai mitos mengenai penggunaan masker yang berkembang di masyarakat. Guna meluruskan hal tersebut, inilah fakta-faktanya:1. Mitos: Nggak perlu pakai masker kalo nggak sedang sakitFaktanya, meski saran tersebut berlaku di awal masa pandemi, namun hal ini tak lagi valid.Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengimbau agar setiap orang, termasuk orang-orang yang merasa sangat sehat, tetap harus menggunakan masker kalo berada dalam area publik, seperti kantor, swalayan, restoran, dan lainnya.Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penularan virus corona yang dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan pernapasan (droplet) ketika orang yang terinfeksi berbicara, batuk, atau bersin.Masker pun jadi lapisan perlindungan tambahan yang wajib dikenakan. Masker kain memiliki efektivitas menangkal virus corona sebesar 70% namun tetap harus memenuhi protokol kesehatan lainnya, seperti jaga jarak dan menjaga kebersihan diri.2. Mitos: Harus menggunakan masker bedah atau masker N95Faktanya, tak perlu menggunakan masker bedah atau masker N95 karena jenis masker tersebut sebaiknya diperuntukkan bagi para tenaga medis.Sementara masyarakat umum bisa mengenakan masker kain. Masker kain juga dapat membantu mengurangi penyebaran Covid-19.Bukan hanya itu, masker ini pun mudah ditemukan, bahkan dapat dicuci dan digunakan kembali. Selain itu, kita juga bisa membuatnya sendiri.Akan tetapi, pastikan masker kain terdiri dari tiga lapis sesuai rekomendasi dari Gugus Tugas Covid-19.

3. Mitos: Masker yang longgar juga dapat berfungsi dengan baikFaktanya, hal tersebut keliru, sebab masker yang longgar memungkinkan tetesan pernapasan keluar dan menyebar. Oleh sebab itu, masker pun harus pas dan nyaman dikenakan.Pastikan masker sepenuhnya menutupi mulut dan hidung untuk membantu mencegah keluarnya tetesan pernapasan.Akan tetapi, masker tersebut juga harus membuat kita tetap bisa bernapas. Suatu penelitian menyatakan bahwa penggunaan masker haruslah pas dengan kontur wajah agar dapat melindungi dengan maksimal.4. Mitos: Tak ada aturan khusus mengenai cara pakai maskerFaktanya, terdapat aturan khusus mengenai cara pakai masker yang nggak boleh dilakukan sembarangan.Berdasarkan saran WHO, sebelum menggunakan masker, cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air bersih. Kemudian, periksa masker dan lihat apakah ada kerusakan atau kotor.Jika nggak ada, kenakanlah masker dan sesuaikan pada wajah tanpa adanya celah di samping. Jangan pula menggunakan masker di bawah hidung.Pastikan masker menutupi mulut, hidung, dan dagu. Hindari menyentuh masker karena bisa saja terjadi transfer virus.Sementara, apabila telah selesai mengenakan masker, cuci tangan terlebih dahulu sebelum melepasnya. Lalu, lepaskan masker pada bagian karet di belakang telinga atau tali di belakang kepala dan jauhkan dari wajah.Jangan melepasnya dengan menyentuh bagian depan masker. Selanjutnya, lo bisa mencuci masker untuk digunakan kembali nanti. Jangan lupa untuk mencuci tangan setelah melepas masker.

5. Mitos: Masker kain bisa digunakan seharianFaktanya, masker kain nggak disarankan untuk dipakai lebih dari 4 jam karena dikhawatirkan virus dan kotoran telah banyak menempel.Selain itu, lembapnya masker karena pernapasan juga bisa mengurangi keefektifannya. Oleh sebab itu, kita perlu membawa masker cadangan agar dapat dengan mudah menggantinya.Ketika mengganti masker, pastikan masker kain yang digunakan sebelumnya disimpan di kantong khusus dengan benar.

6. Mitos: Cuci masker kain cukup dengan air sajaFaktanya, masker harus dicuci dengan sabun atau detergen dan lebih baik menggunakan air panas bukan air dingin senggaknya sekali sehari. Hal ini dilakukan untuk membuat virus dan kotoran keluar dari kain.CDC menyatakan bahwa berbagai jenis virus bisa mati pada suhu air di atas 75 derajat Celcius yang dicampur dengan produk pembersih rumah tangga.Selanjutnya setelah mencuci, keringkanlah masker di bawah sinar matahari. Tak hanya masker, pakaian yang dikenakan untuk keluar rumah juga sebaiknya segera kita cuci.

7. Mitos: Pakai masker membuat CO2 terhirup kembaliFaktanya, sejauh mana masker memengaruhi tingkat CO2 bergantung pada bahan masker tersebut dibuat dan seberapa ketat masker dikenakan.Bill Carroll, PhD seorang profesor kimia di Indiana University menyatakan bahwa sangat nggak mungkin seseorang kekurangan oksigen akibat masker kain karena umumnya masih menyisakan ruang atau celah.Ketika kita menghembuskan atau menghirup napas, udara dapat mengitari masker melalui pori-pori material kain sehingga memungkinkan keluarnya CO2 dan terhirupnya oksigen.Penggunaan masker wajah pun belum terbukti menyebabkan keracunan karbon dioksida pada orang yang sehat.

8. Mitos: Bayi baru lahir juga wajib memakai maskerFaktanya, anak berusia di bawah dua tahun nggak dianjurkan untuk menggunakan masker. Sebab saluran pernapasan bayi masih kecil sehingga memakaikannya masker akan membuat si Kecil kesulitan bernapas.Selain itu, penggunaan masker pada bayi juga menyebabkan ia sulit bernapas dan meningkatkan risiko mati lemas.

9. Mitos: nggak boleh memakai masker saat olahragaBelum lama ini muncul kasus dua orang remaja Tiongkok yang meninggal saat sedang berolahraga memakai masker.Hal ini tentu saja membuat banyak orang khawatir bahwa maskerlah yang jadi penyebab kedua orang tersebut nggak mendapat oksigen.Faktanya, di masa pandemi, memakai masker jadi suatu kewajiban, terutama ketika kita akan beraktivitas di luar rumah.Justru yang perlu dilakukan adalah mengurangi intensitas olahraga, bukan melepas maskernya. Bila ingin berolahraga di luar rumah, lo bisa memilih jalan santai tetapi tetap menggunakan masker.Bila ingin berolahraga berat seperti berlari, lakukan saja di dalam rumah menggunakan treadmill sehingga tak perlu memakai masker.Apabila saat berolahraga menggunakan masker muncul gejala, seperti pusing, napas pendek, atau sesak, sebaiknya segera hentikan kegiatan.Baca juga: Olahraga Pakai Masker Kurangi Asupan Oksigen, Apa Risikonya?10. Mitos: Sudah memakai face shield, maka nggak perlu memakai maskerFaktanya, face shield nggak berperan sebagai pengganti masker, melainkan sebagai pelindung tambahan. Face shield dapat dikenakan bersamaan dengan masker agar kita lebih terlindungi dari penularan Covid-19.Selain itu, face shield juga dapat melindungi masker dari potensi kontaminasi. Meski begitu, alat ini sangat diperlukan oleh para tenaga medis, sementara masyarakat umum tak begitu memerlukannya karena biasanya tak terpapar dengan jenis kontak yang berisiko tinggi.Menggunakan face shield saja dapat meningkatkan resiko terhirupnya droplet melalui bagian bawah yang terbuka. Jadi, akan lebih baik kalo tetap memakai masker kain.Selalu patuhi berbagai aturan yang disarankan untuk mencegah penularan Covid-19, terutama memasuki kenormalan baru.Seluruh masyarakat harus bersama-sama berusaha memutus rantai penyebaran penyakit ini. Di tengah masa new normal ini, selalu lindungi diri dengan memakai masker, cuci tangan secara rutin, dan patuhi physical distancing.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos Fakta Memakai Masker untuk Beraktivitas di Era New Normal".

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest