Follow Us

Eks Tahanan Politik Myanmar Bagikan 3 Tips Tetap Waras Selama Masa Isolasi dari

Bagas Rahadian - Senin, 04 Mei 2020 | 15:30
Ko Bo Kyi
Tom Stoddart/Getty Images

Ko Bo Kyi

HAI-Online.com - Masyarakat seluruh dunia pastinya sepakat kalo sekarang ini merupakan saat-saat terberat dalam hidup dengan adanya pandemi global virus corona.

Dan terhitung udah hampir dua bulan mayoritas masyarakat dunia berada dalam kondisi swakarantina, keadaan yang tentu berpotensi menimbulkan gangguan psikis ke seseorang bila nggak disikapi dengan baik.

Dengan demikian, berbagai pesan motivasi dan kisah inspirastif tentu bakal menjadi asupan sugesti postif yang dibutuhkan pikiran setiap orang di tengah situasi suram karantina mandiri.

Dan kali ini, pesan motivasi itu datang dari seseorang yang pernah secara langsung mengalami kondisi isolasi yang panjang dan ekstrem.

Orang tersebut adalah Ko Bo Kyi, mantan tahanan politik pada era pemerintahan militer di Myanmar yang pernah dikurung di sel kecil selama 8 tahun di tahun 1990-an.

Mengutip National Geographic Indonesia, Ko Bo Kyi diketahui pernah dikurung selama 23 jam 40 menit setiap harinya dalam sel berukuran 8x12 yang hanya terdapat tikar, mangkuk sebagai toilet, dan makanan yang disediakan oleh keluarganya.

Selain itu, hampir setiap hari ia tidak diizinkan menggunakan bantal dan melihat manusia lainya.

"Saya tidak diizinkan menggunakan bantal karena itu dianggap mewah. Saya hanya melihat keluarga saya selama 15 menit setiap dua minggu. Hampir setiap hari berlalu tanpa melihat manusia lain. Saya bosan. Saya kesepian. Tapi saya selamat," tulis Ko Bo Kyi di halaman Time (14/04/2020).

Baca Juga: Denmark Bikin Konser Live Aman Ditonton dari Mobil, Ternyata Gini Caranya Supaya Suara Tetep Kedengeran Jelas

Kini, seperti kebanyakan orang, Ko Bo Kyi menjalani masa isolasi kedua dalam hidupnya akibat wabah virus corona.

Kendati demikian, Ko Bo Kyi nggak memungkiri, sekalipun kondisi karantina ini nggak separah kondisi yang ia alami dulu, namun rasa gelisah tentu juga dialami oleh banyak orang.

Oleh karena itu, Ko Bo Kyi membagikan sejumlah kiat yang didasari pengalaman suramnya dulu untuk orang-orang dapat bertahan di tengah situasi isolasi berkepanjangan seperti sekarang ini.

1. Terima KenyataanKo Bo Kyi menceritakan bahwa selama masa kurungannya dulu, ia jadi memiliki kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru di hidupnya, salah satunya adalah Bahasa Inggris.

Saat itu, tahanan di sebelahnya kebetulan dapat berbicara Bahasa Inggris, sehingga ia kerap meminta tahanan tersebut untuk meneriakkan satu atau dua kalimat Bahasa Inggris kepadanya. Kemudian, Ko Bo Kyi menuliskan kata-kata itu di atas beton dan menghafalnya.

Selain itu, Ko Bo Kyi juga kerap menyempatkan diri berolahraga meski sangat minim ruang seperti berjalan naik turun sel selama berjam-jam dalam sehari.

"Melakukan olahraga akan membantu kesehatan fisik dan mental Anda. Berolahraga! Jika Anda bisa, berjalanlah setidaknya 6.000 langkah sehari. Jika Anda tidak dapat melakukannya, pikirkan cara lain untuk tetap aktif. Berlatih meditasi atau cobalah yoga," ucapnya.

2. Tetap positif Mengarahkan pikiran ke hal positif dinilai sebagai kunci untuk tetap menjaga kesehatan mental saat isoalai.

Meski informasi dari luar itu penting, namun menurut Ko Bo Kyi, akan lebih baik agar kita dapat memilah sesuatu yang positif demi menciptakan lebih banyak keseimbangan pikiran.

Dan alih-alih membaca berita, ia menyarankan untuk menelepon teman, melakukan sesuatu yang produktif, baik kecil maupun besar, seperti bersih-bersih rumah dan masak.

"Sebagian besar orang dapat menggunakan internet untuk menjangkau keluarga dan teman. Tetapi kemudahan akses internet—yang tidak kami miliki di penjara—adalah pedang bermata dua karena Anda dibombardir dengan berita mengerikan," ucap Ko Bo Kyi dengan lugas.

Merawat perspektifKo Bo Kyi menulis bahwa meskipun kita menemukan situasi yang sulit, ada banyak orang di seluruh dunia yang penderitaannya jauh lebih buruk daripada kita.

Seperti korban kekerasan dalam rumah tangga, pengungsi, tahanan politik, dan tahanan nurani.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di National Geographic Indonesia.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest