HAI-online.com - Hari ini, Sabtu 5 Desember 2020, etnis Tionghoa merayakan Tahun Baru Cina atau yang di negara kita juga dikenal dengan sebutan "Imlek".
Namun, kalian tahu nggak sih kalau ternyata sebutan "imlek" ini cuma ada di Indonesia?
Menurut Kepala Kajian dan Riset Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) Aji Bromokusumo, sebutan “imlek” lahir melalui proses serapan penduduk Nusantara terhadap istilah Hokkian, “yin li”.
Kata "yin li" ini artinya lunar calendar atau kalender bulan. Jadi tahun baru Cina itu sama dengan tahun baru Islam karena dihitung berdasarkan peredaran bulan.
Baca Juga: Berkat Kebakaran Australia, Situs Budaya Kuno Berusia 6.000 Tahun Ini Terungkap
Sedangkan kata "Imlek" juga diambil dari penamaan kalender. "Im" artinya bulan dan "Lek" yaitu penanggalan.
Di Cina sendiri, istilah untuk perayaan ini disebut sebagai “chunjie” yang secara bebas dapat diterjemahkan sebagai festival menyambut musim semi.
Sedangkan apabila istilah tersebut diterapkan di Indonesia akan menjadi aneh, karena di Indonesia nggak mengalami musim semi.
Di samping itu, beberapa kalangan keturunan Tionghoa di Indonesia pun kerap menyebut Tahun Baru Cina sebagai “sincia”.
Baca Juga: Ternyata Ini yang Bikin Menara Pisa Nggak Ambruk Meski Bangunannya Miring
Penyebutan tersebut sama-sama diserap dari dialek Hokkian untuk menyebut “xin zheng” yang dibaca “sin ceng”.
Di tempat terpisah, masih menurut Aji, istilah “xin zheng” merupakan singkatan dari istilah “xin zheng yue” yang berarti “bulan pertama yang baru”.
Istilah “zheng yue” sendiri, yang berarti “bulan pertama”, jika diucapkan dalam dialek Hokkian akan berbunyi “cia gwe”. Maka, penyebutan “sincia” merupakan pelafalan ringkas alias kependekan dari istilah-istilah tadi.