Follow Us

Cuma di Indonesia: 5 Razia Aneh yang Pernah Ada di Negeri +62

Alvin Bahar - Rabu, 15 Januari 2020 | 14:00
Buntut kasus pengendara Captiva, Polisi Militer razia dan pencopotan penyalahgunaan stiker TNI
Twitter @tmcpoldametro

Buntut kasus pengendara Captiva, Polisi Militer razia dan pencopotan penyalahgunaan stiker TNI

HAI-ONLINE.COM - Razia tempat hiburan, karaoke, narkoba, sex bebas, dan balap liar mungkin sudah terlalu biasa dilakukan sejumlah aparat atau warga berwenang di Indonesia.

Namun, ada beberapa razia yang nggak biasa alias jenis razia ini tergolong unik atau aneh.

Sebut saja razia rambut gondrong, orang gendut, bahkan razia keperawanan para pelajar.

Ya, meski berkesan main-main, ternyata sejarah Indonesia pernah mengungkap kisah bagaimana aparat atau warga yang berwenang pernah mendisiplinkan warganya dengan cara merazia hal-hal tersebut.

Kejadiannya sudah sejak lama, hampir 5 dekade yang lampau, pemerintahan orde baru pernah menyelenggarakan operasi tertib warga.

Karena itu, ada banyak razia yang dilakukan.

Alih-alih menertibkan warga, razia jenis ini memicu kontroversi sejumlah kalangan sehingga bukannya tertib justru malah terjadi kericuhan.

Lantas, apa saja dan bagaimana razia unik dilakukan. Simak penuturannya dalam sejarah razia Indonesia berikut!

Baca Juga: Viral Undangan Pernikahan Berbentuk Artikel Ilmiah, Begini Penjelasan Si Calon Pengantin

1. Razia Rambut Gondrong

Bisa kena razia semua nih
Fashionbeans

Bisa kena razia semua nih

Suatu arsip menyebutkan Indonesia pernah semarak dengan razia rambut gondrong.

Catatan Kompas, pada 3 Desember 1966, menyebut Operasi Tertib diselenggarakan oleh Garnisun Jakarta Raya dengan merazia kendaraan dan warga yang berambut gondrong pada awal Desember 1966.

Pelaksanaan razia ini berlangsung di sejumlah jalan yang ramai di Ibu Kota, diikuti dengan pengguntingan rambut gondrong yang dewasa ini (pada 49 tahun silam) digemari anak muda.

Rambut gondrong dianggap ”tidak mengenal keindahan dan keberesan”.

Pengguntingan rambut gondrong itu dilakukan di tengah jalan oleh petugas Garnisun.

Garnisun adalah organisasi militer yang bertugas pokok menegakkan hukum, disiplin dan tata tertib di wilayah TNI, terutama prajurit TNI dan PNS TNI, tetapi pada zaman orde baru (orba), Garnisun turun juga untuk merazia warga sipil atas pemerintahan Soeharto.

Nah, larangan rambut gondrong pun kian menjadi, aplagi sejak Presiden Soeharto mengirimkan radiogram agar anggota ABRI serta karyawan sipil yang bekerja di lingkungan militer dan keluarganya juga dilarang berambut gondrong.

“Gaya ini dikritik pemerintah sebagai kebarat-baratan,” ujar Remy Silado, salah satus eniman Indonesia mengenang peristiwa tersebut.

Remy yang ngefans sama The Beatles juga sempat ketar ketir karena punya rambut yang panjangnya sampai ke bokong.

Nggak cuma Remy, seperti dikutip harian Tempo, pada 1971, TVRI mencekal para seniman lain yang berambut gondrong. Mereka dilarang tampil di stasiun televisi milik pemerintah itu.

Selanjutnya, teman-teman di Yogyakarta mengalami hal yang sama. Mayoritas sekolah tidak mengizinkan siswa yang berambut gondrong untuk ikut ujian.

Di Wonosobo, penonton berambut gondrong juga nggak boleh menonton film di bioskop meski telah membeli karcis.

Di Medan, Gubernur Sumatera Utara Marah Halim bahkan membentuk Badan Pemberantasan Rambut Gondrong.

Waduh, jadi kemana-mana nih!

2. Razia Orang Gendut

Bukan bermaksud menyinggung teman-teman yang berukuran tambun, kita lagi ngomongin sejarah razia, oke?

Jadi, kejadian razia orang gendut ini merupakan balasan atas razia rambut gondrong yang dilakukan pemerintahan Soeharto sampai pada akhir 1973 itu.

Nah, memprotes kejadian itu, mahasiswa menggelar razia orang berperut gendut. Razia itu dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa dan aktivis di Bandung.

Menurut aktivis Malari, Hariman Siregar, razia perut gendut digelar sebagai langkah ejekan kepada Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Jenderal Soemitro, yang berbadan tambun.

“Reaksi mahasiswa Bandung paling keras,” ujar Malari.

3. Razia Celana Jins Ketat

Jeans

Jeans

Masih lanjutan razia rambut gondrong ke razia orang gendut. Ada informasi bahwa pada Oktober 1973, dalam sebuah acara di TVRI, Jenderal Soemitro, TNI yang menggelar operasi rambut gondrong itu mengungkapkan alasannya merazia pemuda berambut gondrong.

“Anak muda gondrong cenderung bersikap onverschillig atau acuh tak acuh,” kata Soemitro yang nggak mau anak Indonesia kebarat-baratan pada zaman itu.

Kebijakan razia rambut gondrong yang diterapkan Orba pun melebar kemana-mana.

Razia nggak cuma soal panjang-pendek rambut anak muda, tapi juga merambah soal ketat-tidaknya celana jin yang dipakai.

Jadi, saat itu, dengan penuh repot, aparat keamanan dari polisi hingga serdadu ikut memperhatikan dandanan anak muda. kalo ditemukan ada yang nggak sesuai dengan aturan, anak muda bakalan ditegur bahkan diperlakukan kasar.

Uniknya, untuk memeriksa keketatan celana anak muda, aparat polisi maupun ABRI akan meminta para anak gaul zaman itu untuk melepas celananya.

Kemudian, memasukkan botol untuk mengukur keketatan celana jin mereka. Kalau celah celana itu nggak muat, tentara atau polisi yang merazia akan memotong celana tersebut hingga selutut.

Sebagian ada juga parat yang tanpa segan bakal merusak dengan merobek bagian bawah celana.

Ah, ribet amat ya pemerintah ngurusin anak muda waktu itu!

4. Razia Jomblo

Lain orde baru lain pula orde millennia baru, alias orde kekinian, bro!

Di saat 1970an yang lain galau soal Indonesia belum juga maju dari keterpukuran paska kemerdekaan, anak-anak kekinian justru lebih galau pada status.

Alhasil, banyak anak muda yang meratapi kisahnya sendiri. Mulai dari kelamaan menjomblo, susah move on karena baru putus cinta, dan sulit sekali melupakan mantan. Aduh!

Anak muda pun jadi gampang sedihan, baper (bawa perasaan) dan lain sebagainya. Sempat ada kejadian dimana para jomblo ogah menampakan dirintya, sebab dunia maya, media sosial secara beramai-ramai siap membully seorang jomblo.

Meski nggak kasat mata ada razia jomblo, medsos, terutama di sabtu malam, bagi para jomblo adalah saatnya menjauh karena khawatir ada yang mencari-cari sosok jomblo dan siap mengejek-ejek atau bahkan melecehkan di dunia maya (cyber bullying).

5. Razia keperawanan

Last but not least, ada razia keperawanan!

Buat yang pernah melihat sinema elektronik (sinetron) pada tahun 90-an, ada sinetron berjudul “Pernikahan Dini” yang sangat populer saat itu.

Diperankan Agnes Monica dan Sahrul Gunawan, Pernikahan Dini menggambarkan maraknya seks bebas di kalangan pelajar yang juga mengarah ke pernikahan akibat “kecelakaan” alias Married by Accident.

Nah, peristiwa ini memicu jumlah pernikahan dini di kalangan anak muda meningkat pula. Padahal pada zaman itu, keluarga berencana sedang gencar-gencarnya dikampanyekan!

Menyikapi hal ini, beberapa sekolah mulai menerapkan tes keperawanan, yakni bagi para siswi yang mau masuk ke SMA.

Tentu, hal ini menimbulkan kontroversi sehingga banyak pihak tak menyetujuinya.

Perlu diketahui bagi kita, bahwa selain diri kita, yang berhak menyaksikan kelamin adalah ibu kandung kita.

Sekali pun dokter, maka seorang ibu wajib mendampinginya. Jadi jangan tunjukan pada siapa pun selain dua orang itu, kamu dan ibumu.

Menanggapi adanya tes keperawanan bagi siswa SMA yang kabarnya kontoversial itu, guru Pendidikan Kewarganegaraan dan sekaligus Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan kalau ia menolak keras pemberlakuan itu.

Ia mengatakan, setiap manusia memiliki hak atas tubuhnya, nggak terkecuali juga perempuan.

"Seorang perempuan itu berhak menolak untuk menunjukkan vaginanya kepada orang lain, tak terkecuali seorang dokter," katanya kepada wartawan.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest