Follow Us

Teror Ambil Ginjal Hantui Pelajar di Tangerang, Polisi Ungkap Fakta Berseberangan

Bayu Galih Permana - Selasa, 12 November 2019 | 16:30
SDN Bambu Apus 02 Pamulang
TRIBUN JAKARTA/JAISY RAHMAN TOHIR

SDN Bambu Apus 02 Pamulang

HAI-Online.com - Baru-baru ini, pelajar di kawasan Tangerang Selatan, khususnya SDN Bambu Apus 02 Pamulang, tengah digemparkan dengan adanya teror ambil ginjal yang dilakukan oleh seorang pria misterius.

Dilansir dari Kompas.com, kejadian tersebut diketahui terjadi ketika para siswa SDN Bambu Apus 02 Pamulang hendak pulang menuju kediaman masing-masing setelah mereka selesai menimba ilmu di sekolah.

Berikut HAI udah merangkum buat kalian sejumlah fakta terkait teror ambil ginjal yang hantui para pelajar di wilayah Tangerang Selatan.

1. Pengakuan Korban

Menurut penjelasan dari salah satu orangtua murid yang menjadi korban, Ita (32), teror tersebut diterima anaknya, DA (9) ketika ia hendak pulang ke rumah yang jaraknya kebetulan nggak jauh dari sekolah.

Baca Juga: Dari Bokong hingga Setan, Ini 10 Sekolah dengan Nama Unik di Indonesia

Ita mengatakan, DA tiba-tiba dihampiri oleh pria misterius dengan motor matic yang tiba-tiba mengancam akan mengambil ginjal, setelah sebelumnya sempat bertanya soal alamat kepada anak tersebut.

"Anak saya cerita, kirain orang itu mau nanyakan alamat tapi ancam mau ngambil ginjal, anak saya lari ketakutan," cerita Ita, yang kemudian memutuskan untuk melaporkan kejadian itu kepada pihak sekolah.

Ngerinya, ternyata bukan cuma DA yang menjadi korban, tetapi temannya juga pernah diancam akan diambil ginjalnya oleh seorang pria misterius dengan atribut ojek online.

"Sebelumnya juga ada teman anak saya, perempuan, yang juga diminta ginjalnya sama orang yang pakai atribut ojek online. Saya sudah minta sekolah memperketat pengawasan. Saya takutnya, dihipnotis terus dibawa," terangnya menambahkan.

2. Tanggapan Sekolah

Menanggapi kabar tersebut, Kepala Sekolah SDN Bambu Apus 02 Ube Zubaedah mengaku telah menerima laporan terkait ancaman ambil ginjal yang dialami siswanya.

Dari laporan itu, pihak sekolah kemudian memperketat keamanan siswa dengan mengawasi para siswa pada jam pulang dan akan memasang spanduk imbauan tertulis.

"Diingatkan lagi agar waktu istirahat siswa dan siswi tidak diperkenankan keluar dari lingkungan sekolah dan kalau pulang jika tidak dijemput jangan pulang sendiri. Mau bikin imbauan tertulis dengan spanduk," jelas Zubaedah.

3. Lembaga Perlindungan Anak Ikut Bergerak

Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pemantauan melalui Satgas Perlindungan Anak.

"Kami dari LPAI akan memantau terus Satgas Perlindungan Anak apa lagi ini kota pertama yang dilengkapi dengan Satgas Perlindungan Anak dan komitmen dari Ibu Wali Kota," terang Seto.

Seto menambahkan, pihak RT dan RW juga harus melakukan pengontrolan kondisi wilayahnya, dan menjaga keamanan anak-anak untuk sampai ke rumah mereka masing-masing.

"Makanya harus ada kontrol juga. Kontrol ini diharapkan langsung oleh Ibu Wali Kota, yang paling semangat waktu itu mendirikan Satgas Perlindungan Anak itu," tambahnya.

Baca Juga: Fotonya Saat Dugem Viral di Media Sosial, Menpora Malaysia Beri Tanggapan Bijak

4. Keterangan Polisi

Telah memerintahkan anggotanya untuk mengecek kasus tersebut, Kapolsek Pamulang Kompol Hadi Supriatna menjelaskan bahwa aksi teror ambil ginjal oleh seorang siswa SDN Bambu Apus 02 Pamulang tidaklah benar.

Menurut dugaannya, kasus tersebut hanyalah kabar burung karena mustahil pelaku kejahatan di tengah jalan dengan mudah meminta korban untuk menyerahkan sebagian organ tubuhnya.

"Jadi tadi anggota sudah ke TKP sudah ke sekolah bahkan orangtua murid dipanggil. Aksi tersebut tidak benar. Orang sambil jalan minta ginjal itu bukan keseriusan. Artinya kan bukan kayak minta karet gelang. Ini harus hati-hati berita seperti ini," jelasnya ketika dimintai konfirmasi.

Lebih lanjut, Hadi telah meminta pihak sekolah untuk memperketat pengawasan terhadap anak didiknya, terutama pada jam pulang sekolah.

"Kami minta datanya (laporan orangtua) saja, kami sampaikan ke kepala sekolah. Kalau misalnya ada lagi atau gimana bisa sampaikan ke kami," tutup Hadi.

Terlepas dari benar atau nggaknya kabar tersebut, semoga kita bisa belajar untuk lebih berhati-hati lagi ke depannya, terutama pada orang asing. (*)

Source : Kompas.com

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest