Follow Us

Lagi, Makan Korban Jiwa Saat MOS, Izin SMA Taruna Indonesia Terancam Dicabut

Bayu Galih Permana - Jumat, 19 Juli 2019 | 12:25
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo bersama istri Gubernur Sumsel Feby Deru saat membesuk WJ (14) korban kekerasan orientasi di SMA Taruna Indonesia ketika di rawat di RS RK Charitas Palembang, Rabu (17/7).
KOMPAS.com/AJI YK PUTRA

Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo bersama istri Gubernur Sumsel Feby Deru saat membesuk WJ (14) korban kekerasan orientasi di SMA Taruna Indonesia ketika di rawat di RS RK Charitas Palembang, Rabu (17/7).

HAI-Online.com - Beberapa hari terakhir, SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang tengah menjadi sorotan setelah kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) menyebabkan salah satu murid baru berinisial DBJ meninggal dunia.

Selain menyebabkan korban meninggal dunia, salah satu siswa baru dengan inisial WJ dilaporkan sedang dalam keadaan kritis sejak Sabtu lalu (13/7) karena diduga menjadi korban kekerasan dalam kegiatan MOS.

Menanggapi kasus yang tengah ramai menjadi pembicaraan tersebut, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyatakan bahwa pihaknya akan memberikan sanksi tegas kepada SMA Taruna Indonesia apabila terbukti melakukan pelanggaran prosedur.

Herman mengatakan, pihak kepolisian saat ini masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut, di mana pembina dari sekolah telah ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan.

Baca Juga: Kemdikbud Buka Pendaftaran Beasiswa Unggulan, Catat Nih Tahapannya!

"Kalau memang syaratnya tidak terpenuhi dalam masa orientasi siswa itu, kita akan tegur keras sekolah itu. Kalau tidak bisa ditegur keras, ada tingkatan lagi untuk mereka," ungkap Herman seperti yang dikutip HAI dari Kompas.com.

Tersangka kasus penganiayaan di SMA Taruna Indonesia telah diamankan pihak kepolisian.
KOMPAS.com/AJI YK PUTRA

Tersangka kasus penganiayaan di SMA Taruna Indonesia telah diamankan pihak kepolisian.

Meski begitu, pihaknya nggak mau asal menutup SMA Taruna Indonesia karena merasa kasihan dengan murid-murid yang ada, apalagi proses kegiatan belajar mengajar sudah berjalan dalam waktu lama.

"Kita lihat kurikulumnya, saya tidak sembarang mau ngomong tutup-tutup, kasihan sama siswa yang ada, karena proses kegiatan belajar mengajar sudah lama berjalan," tambahnya.

Supaya kejadian tersebut nggak terulang kembali, Herman meminta wali murid lebih selektif lagi ketika memilih sekolah untuk anak, dan nggak mengedepankan ego masing-masing.

"Sudah enggak zamannya lagi pelonco, nggak zamannya lagi, tapi memang sekolahnya gaya-gaya militer. Saya heran orangtua mau sekolahkan anak-anak di tempat seperti itu. Akan dilihat, ini ulah oknum atau protap, kalau protap, sekolahnya yang kita sanksi," tutup Herman.

Gimana nih teman-teman yang tahun ini jadi siswa baru, kalian juga mendapatkan kekerasan juga nggak dalam kegiatan MOS? Kalau iya, jangan ragu melaporkan tindak kekerasan yang dialami kepada dinas ataupun instansi terkait. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

Latest