HAI-ONLINE.COM - Kalo diperhatiin, musik yang disebut gaul atau kekinian malah banyak punya unsur musik jadul. Sebut aja Phum Viphurit. Musiknya kalo diperhatiin punya unsur soul, rnb, hingga funk yang gede pada 70-an silam.
Simple tetapi sangat familiar di telinga kayaknya jadi faktor musik jadul dikagumi lagi.
Nah, ngomong-ngomong soal Phum Viphurit, cowok yang punya nama asli Viphurit Siritip tersebut datang ke Jakarta untuk menyapa dan tampil di hadapan para penggemar.
Digelar di The Pallas, SCBD, Jakarta, Jumat (21/6) penonton mulai menyambangi venue semenjak sore hari padahal open gate dijadwalkan penyelanggara pada pukul 19.30 WIB. Antusiasme penonton terbayar ketika pihak penyelenggara membuka gate jauh sebelum waktu yang dijadwalkan untuk menghindari tumpukkan penonton.
Tepat pada pukul 19.45 WIB, lighting secara tiba-tiba menjadi gelap dan membuat mata penonton langsung tertuju ke area panggung. Kemal Palevi sebagai pembawa acara naik ke atas panggung untuk menyambut para penggemar yang sudah hadir.
Nggak lama kemudian, Reality Club, hadir di hadapan penonton untuk membawakan beberapa lagu sebagai opener dari konser ini. Lagu-lagu seperti Never Get Better dan Elastic Hearts sukses membuat badan para penonton panas. Fathia Izzati dan kawan-kawan berhasil membuat penonton menggoyangkan bahu dan kepala saat lagu Is It The Answer? dibawakan sebagai lagu terakhir.
Nama Phum Viphurit mulai terdengar diteriakkan oleh penonton. Seisi venue menjadi geger ketika ia naik ke panggung dan mulai menyapa penonton dengan salam “Selamat Malam, everybody!”.
Setelah memainkan intro untuk mengiringi masuk, “Paper Throne” dibawakan sebagai lagu pembuka yang cukup membuat penonton untuk pertama kalinya di malam itu berhasil sing along bersama Phum. Usai “Trial & Error” dilagukan, petikan yang khas dari lagu “The Art of Detaching One’s Heart” keluar dari gitar yang ia mainkan. Ditambah lighting siluetterarah dari belakang panggung, membuat suasana di The Pallas semakin hangat.
Persis di tengah penampilan, personel session bassist dari Phum, Tanapon, menyelingi performance dengan beatbox session. Dengan kemampuan membuat musik lewat mulutnya, Tanapon mendapat tepuk tangan atas kelihaiannya.
“Run”, “Adore”, dan “Strangers in a Dream” adalah beberapa lagu yang juga dimainkan oleh Phum yang berasal dari Album Pertamanya yang berjudul “Manchild”.
Di lagu “Sweet Hurricane”, Phum sempat meminta penonton untuk menyalakan flashlight untuk disorot ke arah panggung. Hal ini membuat suasana di venue semakin hangat antara Phum dan penonton.
Phum lalu meminta penonton untuk bertepuk tangan sesuai dengan tempo yang ia berikan. Karakteristik Neo Soul kembali hadir lagi di The Pallas ketika guitar riff dari “Hello, Anxiety” terdengar oleh penonton. Nuansa soul R&B benar mengisi panggung saat lagu yang dirilis pada Maret 2019 ini diiringi tepukkan dan nyanyian penonton yang kompak.
Sebagai lagu penutup, Phum sedikit bercerita bahwa lagu yang akan ia bawakan selanjutnya adalah lagu yang berhasil mengangkat namanya di dunia Internasional, yaitu “Lover Boy”. Suara efek tremolo segera terdengar saat Phum mulai memainkan gitarnya untuk masuk ke bagian pre-intro. Saat nada khas intro dilagukan, riuh gemuruh penonton sangat terasa hingga ke seluruh area venue. Di lagu ini penonton tidak henti untuk bernyanyi bersama pria 23 tahun ini.
Usai lagu yang dirilis pada 2018 dibawakan, Phum bersama para playernya yang lain secara cepat meninggalkan panggung dan seketika para penonton langsung berteriak, “We want more, we want more, we want more!”.
Walaupun sempat mengecoh seisi The Pallas, Phum kembali ke atas panggung seorang diri dan langsung mengambil gitar, ditambah lighting berubah menjadi warna ungu yang menambah suasana kehangatan. Di kesempatan tersebut, Phum membawakan ”A Calling for My Parents” , alhasil emosi penonton dibawa turun.
Untuk memberi kesan terakhir kepada penonton, Phum memanggil kembali player nya untuk membawakan lagu pamungkas, “Long Gone”. Usai intro dibunyikan, ia menanggalkan gitarnya dan menyapa penonton secara lebih dekat dan membuat banyak penonton histeris.
Usai membawakan lagu pamungkas tersebut, Phum Viphurit mengucapkan terima kasih kepada para penggemarnya yang telah datang dan hadir. Sesaat setelah itu, ia meminta untuk foto bersama seluruh penonton. Ia dan playernya lalu menutup dengan memberikan hormat kepada penonton, lalu diiringi gemuruh tepuk tangan tiada henti yang mengapresiasi pria yang lahir di Bangkok tahun 1995 ini.
Phum Viphurit mengadakan Indonesia tour 2019 dengan nama “Manana Live” di Jakarta (21/6) dan Bandung (22/6).
Rafael Yosua – Sma Kolese Kanisius
Hai School Crew 2018