Follow Us

Bikin Sweater Uniqlo, Dua Pekerja Pabrik Indonesia Ini Belom Digaji dan Gelar Demo Sampai ke Denmark

Ricky Nugraha - Sabtu, 06 April 2019 | 10:36
Warni dan Yayat berdemo di depan pembukaan toko Uniqlo pertama di Denmark
Instagram/cleanclothescampaign

Warni dan Yayat berdemo di depan pembukaan toko Uniqlo pertama di Denmark

2000 pekerja yang menjahit berbagai pakaian Uniqlo termasuk sweater dan rompi masih menuntut 5,5 juta euro (Rp87 miliar) yang merupakan hak pesangon mereka.

Brand-brand tersebut nggak membayar cukup untuk produk-produk mereka untuk memastikan para pekerja menerima upah hidup dan pesangon yang diamanatkan.

Brand-brand tersebut juga seringkali secara tak terduga dan dengan sedikit pemberitahuan menutup pabrik mereka.

Sebuah hal yang mengaburkan penyalahgunaan tenaga kerja yang terjadi dalam rantai pasokan mereka.

Baca Juga : Salut! Cewek Ini Borong Sepatu Satu Toko untuk Disumbangkan ke Korban Banjir

Kampanye PayUp Uniqlo mendesak lembaga dan organisasi untuk menolak segala bentuk kolaborasi atau sponsorship dengan Uniqlo sampai merek tersebut berkomitmen untuk mengakhiri praktik pencurian upahnya, dimulai dengan memenuhi utang kepada mantan pekerja Jaba Garmindo.

Awal bulan ini, sebuah LSM Spanyol menolak sponsor Uniqlo dengan alasan bahwa itu akan melanggar kebijakan etika organisasi karena pencurian upah terhadap mantan pekerja Jaba Garmindo.

Global PayUp Uniqlo Campaign telah menyelenggarakan berbagai aksi di seluruh dunia termasuk fashion mobs, aksi toko, dan demo jalanan di London, Jerman, Amsterdam, Stockholm, Spanyol, Hong Kong, Indonesia, Jepang.

Source : Tribunnews.com, Intisari

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

Latest