HAI-online.com - Warni dan Yayat, dua pekerja pabrik garmen Indonesia, yang membuat pakaian Uniqlo selama bertahun-tahun, berada di Kopenhagen sebagai bagian dari kampanye global PayUp Uniqlo selama tanggal 2 hingga 7 April 2019.
Warni dan Yayat yang telah membuat pakaian Uniqlo selama puluhan tahun menuntut Uniqlo membayarkan gaji setelah pabrik tempat keduanya bekerja, PT Jaba Garmindo ditutup mendadak pada 2015.
Kunjungan Warni dan Yayat bertepatan dengan pembukaan toko Uniqlo pertama di Denmark pada 5 April, di mana CEO Tadashi Yanai diharapkan hadir.
Bukti yang diperoleh dari pabrik menegaskan bahwa Uniqlo adalah pembeli utama pabrik Jaba Garmindo di Indonesia, yang tutup nggak lama setelah Uniqlo mulai menarik pesanan tanpa peringatan atau penjelasan kepada para pekerja.
Baca Juga : Viral Video Pengemis Bermobil di Aceh, Marah Saat Aksinya Terbongkar
Hanya beberapa bulan setelah pesanan Uniqlo berakhir, PT Jaba Garmindo pun bangkrut. Para pekerja di PT Jaba Garmindo, yang 80 persen di antaranya adalah perempuan, kehilangan pekerjaan tetap.
Pendiri dan CEO perusahaan induk Uniqlo, Tadashi Yanai, diperkirakan memiliki kekayaan bersih AS$19,3 miliar, menjadikannya orang terkaya kedua di Jepang.
Uniqlo sekarang menghasilkan miliaran dolar yang menjadi keuntungan bagi para pemegang sahamnya, tetapi masih terus menolak untuk membayar utang mereka kepada mantan pekerja Jaba Garmindo.
Baca Juga : Viral Video Batman yang Ingin Bantu Polisi Tangani Kejahatan, tapi Ditolak
Didukung oleh koalisi global kelompok-kelompok buruh, para mantan pekerja Jaba Garmindo telah berkampanye menentang pencurian upah Uniqlo, sejak penutupan pabrik mereka.