Follow Us

Interview dengan Adam 'Taking Back Sunday': Kami Ingin Disebut Sebagai Band Rock N Roll

Adhie Sathya - Rabu, 23 Januari 2019 | 10:05
Taking Back Sunday manggung di Camp Arifjan, Kuwait, 17 Januari 2013 silam.
Digital

Taking Back Sunday manggung di Camp Arifjan, Kuwait, 17 Januari 2013 silam.

HAI-ONLINE.COM - Taking Back Sunday akhirnya bakal menggelar konser perdananya di Jakarta, Rabu ini (23/1).

Kuartet alternative rock/emo asal New York ini bakal menyapa fans beratnya di sebuah konser bertajuk Rock n Sound, Tennis Indoor Senayan, Jakarta.

Adam Lazzara, John Nolan, Mark O'Connell dan Shaun Cooper mengakhiri penantian para penggemar setelah sempat dijadwalkan manggung pada 2010. Namun batal karena masalah teknis pada saat itu.

Sebagai salah satu pioneer band-band emo 2000-an, Taking Back Sunday punya basis fanbase yang cukup besar di Asia Tenggara.

Terlebih tembang-tembang seperti MakeDamnSure hingga You’re So Last Summer cukup mengakar di hati para penggemar.

HAI sempat ngobrol bareng sang vokalis, Adam Lazzara di sela-sela peluncuran album keenam mereka, Happiness Is pada 2014.

Baca Juga : Sebelum Konser di Jakarta, Taking Back Sunday Rilis Album Baru

Melalui sambungan telepon, Adam bercerita banyak hal, mulai dari proses penggarapan album hingga soal kembalinya kembalinya sang bassist, Shaun dan gitaris, John Nolan ke TBS usai cabut pada 2003 lalu.

Nah, seperti apa obrolan menariknya? Simak yuk di bawah ini!

HAI: Butuh tiga tahun buat Taking Back Sunday merilis Happiness Is. Apa yang jadi tantangan terbesar kalian?

Adam: Buat kami, nggak terasa tiga tahun sih karena kita banyak menggelar tur dan menggarap album sepanjang waktu. Lucunya, waktu berlalu dengan cepat

HAI: Kami dengar album kali ini mewakili tiga rilisan sebelumnya yang cukup disukai banyak orang. Mengapa TBS memilih kembali ke root awal di album ini?

Adam: Jujur, kami nggak mengira bakal memilih balik ke root kami lagi. Semuanya terjadi begitu saja karena tiap kami bikin album, tujuan kami hanya menggarap lagu-lagu terbaik.

HAI: TBS sempat kehilangan dua personelnya pada 2003 lalu tapi bisa meyakinkan keduanya buat balik lagi untuk menggarap album baru. Penasaran, apa sih yang terjadi saat itu?

Adam: Jujur, nggak terlalu banyak yang bisa diceritakan. Kami hanya pernah melewati hari-hari terburuk dan terbaik dan itu yang membuat kami jauh lebih dewasa.

HAI: Pada awal 2000an, TBS dikenal sebagai motor generasi band-band emo di Amerika Serikat. Tapi, apakah kalian melabeli musik kalian sebagai emo?

Adam: Nggak! Kami selalu ingin dianggap sebagai band rock and roll. Tetapi, kalau banyak orang yang berkata demikian, selama mereka suka ya sah-sah saja.

HAI: Di album baru, TBS jauh terdengar lebih dewasa tetapi nggak mengubah arah musikalitasnya. Nggak seperti The Used atau My Chemical Romance yang jauh lebih pop. Bagaimana kalian mempertahankan prinsip bermusik kalian?

Adam: Sebenarnya, ini hal yang nggak kami sadari. Semuanya bisa terjadi karena kami selalu kompak saat menulis materi baru. Penting rasanya untuk tetap terbuka satu sama lain saat menggarap proyek baru atau bahkan saat kami mencoba hal-hal baru.

HAI: Kami dengar, album Happiness Is sempat terhenti produksinya karena kamu mengalami kecelakaan. Apa yang terjadi?

Adam: Benar! Sebuah ranting pohon menimpa saya saat itu. Ceritanya, saya lagi ada di luar studio dan semuanya terjadi dengan cepat. Kami sebenarnya nggak menunda penggarapan cuma saya sibuk tur bareng TBS saja.

Artikel ini pertama kali tayang di HAI nomor 14 tahun 2014.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest