"Berhenti, pelanggar bahasa! Serahkan dirimu dengan tenang." "Bacot lo, polisi bahasa!" ... "Jaga ucapanmu! Hukumanku bisa kutambah." Itu juga kalau lo bisa naik ke atas sini kan" "Inefisiensi! Tidak perlu menyebut "ke ata" ketika menggunakan kata 'naik'!"
Dialog itu dikutip dari halaman-halaman awal komikPeribahasabab 1. Alkisah, sekitar 45 tahun sebelum percakapan itu biasa terdengar di kota, perang bahasa terjadi. Dunia yang baik-baik saja ciptaan para pujangga lama mulai kacau semenjak kemunculuan orang-orang yang menggunakan bahasa untuk menyakiti satu sama lain.
Di semesta yang ada di komik ini, bahasa punya peran yang sangat penting banget. Semua masyarakat wajib menggunakan bahasa baku. Jika melanggar, polisi bahasa akan menghukum.
Sementara itu, muncullah kelompok Peri Bahasa, mereka menggunakan bahasa seenaknya saja. Tak peduli dengan aturan baku. Bagi mereka, bahasa baku hanya akan membuat hidup jadi kaku. Dan sudah semestinya, bahasa-bahasa baru itu lahir dari dinamika percakapan sehari-hari.
"Dunia ini terbentuk oleh bahasa, semua elemen itu dibentuk oleh bashasa. ada sekelompok orang yang memanipulasi bahasa supaya bisa menguasai dunia ini sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Komik ini lahir dari obrolan tengah malam: kalau peribahasa jadi media berantem ala-ala komik populer, bagus juga yah. Ini bagus untuk menggenjot orang untuk belajar bahasa dengan lebih fun," kata Fachreza Octavio atau Fare, sang komikus yang bekerja sama dengan LSS sebagai pembuat cerita.
(BACA JUGA:Ngeri, Patung Raksasa Ini Terbuat Dari 100.000 Pisau Yang Pernah Dipakai Penjahat)
Komik ini menarik, karena merefleksikan apa yang kerap kita debatkan sehari-hari. Ada kalangan yang menganggap penggunaan bahasa baku itu penting untuk menjaga integritas bangsa. Tapi, di satu sisi, ada juga kalangan yang justru luwes menciptakan dan mengadopsi bahasa baru.
Peribahasanggak bener-bener ngajak kita untuk menggunakan bahasa, atau membela bahasa slang. Pembaca di ajak untuk berada di keduanya. Lewat hukum-hukum Polisi Bahasa kita jadi tahu kalimat mana yang janggal atau nggak tepat guna tapi sering dipakai, sementara dari para Peri Bahasa, kita jadi sadar tentang serunya perkembangan penggunaan bahasa. Kita juga jadi makin tahu bahwa selain untuk komunikasi, bahasa juga punya kekuatan. Bisa jadi senjata juga!
(Baca juga:7 Jenis Password Wi-Fi Yang Iseng Banget. Bikin Sebel dan Kocak Sekaligus.)
Serunya lagi, para peribahasa sehari-hari jadi senjata para jagoan di komik. Misalnya, jurus "Besar Pasak daripada Tiang," atau jurus "Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula."