Mon maap nih, mas, mbak, om, tante, pak, bu yang nggak sengaja mampir ke sini dan nemu banyak kata yang bikin gerah. Soalnya, Hai mau cerita tentang bahasa-bahasa ((( GAVVUL ))) yang dipake anak muda sekarang.
Sebagai warga negara, kita dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Tapi, sebagai anak muda, kita selalu punya bahasa gaul yang sama. Setuju kan, setuju dong? Bahasa itu kita yang buat sendiri, awalnya cuma karena celetukan atau iseng-iseng memodifikasi atau mlesetin kata, lalu ditanggapi temen-temen, terus rutin dipakai sehingga banyak yang denger atau lihat, dan diadopsi anak muda lainnya, deh.
Menurut kajian sosiolinguistik, bahasa-bahasa khas pergaulan anak muda (bahasa gaul) itu adalah salah satu variasi bahasa.
“Ada variasi geografis yang disebut dialek; ada pula variasi sosial yang disebut sosiolek. Nah, bahasa gaul termasuk sosiolek, yaitu ragam bahasa khusus dari kelompok tertentu (remaja, kaum muda, “anak gaul”),” kata Kris Budiman, sastrawan dan dosen UGM
Anak muda pake bahasa gaul untuk membedakan identitasnya dengan kelompok usia lain. Kadang, kita pake bahasa gaul karena kata tersebut terdengar asik dan sedang tren di kalangannya.
Menurut Kris Budiman, bahasa gaul sekarang ini lebih dinamis. Banyak bahasa dan jargon yang tiba-tiba muncul dan hilang. Beda dengan bahasa gaul di satu-dua dekade lalu, bahasa gaul sekarang banyak terbentuk dari cara penulisan (ortografis). Ada kata yang disingkat, ada huruf yang dianggap bikin kata jadi hits, ada pula tanda banyak yang jadi dianggap bisa mewakili ekspresi tertentu. Pokoknya, bahasa gaul di era media sosial itu sungguh hqq S3H1N66A bvat orang KZL~
Nah, satu hal yang suka bikin kita dag dig dug adalah ketika ada kalangan yang resah sama cara kita berbahasa gaul ini. Kita dianggep ngerusak bahasa Indonesia dan bertentangan dengan Sumpah Pemuda. Woelah
Padahal, kalo kata Pak Kris, nggak begitu, kok. Bahasa gaul itu adalah dari bahasa Indonesia juga.
“Bahasa Indonesia bukan sosok yang tunggal, ada banyak ragam atau variasinya. Variasi bahasa Indonesia mengikuti keberagaman yang ada di tengah masyarakat penggunanya, yaitu bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda itu bilang apa toh? Berbahasa yang satu, bahasa persatuan (yaitu Bahasa Indonesia). Apakah "bahasa gaul" yang notabene adalah variasi saja dari Bahasa Indonesia akan merusak persatuan bangsa kita?” kata Kris Budiman.
Nah, sekarang, Hai mau ngajak kalian untuk mengenal asal-usul bahasa gaul yang beredar di kalangan anak muda sekarang ini. Biar kalian nggak asing dengan bahasa yang sebenernya kita pakai sehari-hari. Siapa tau juga, kalian jadi kepikiran untuk menciptakan bahasa baru. Yuk, di baca.
Mungkin ada yang pernah mikir kalau bahasa gaul yang kita pake itu ngerusak keutuhan bahasa Indonesia. Tapi jangan salah, sob. Bagi Badan Bahasa justru bahasa-bahasa baru yang muncul justru bisa memperkaya bahasa Indonesia. Buktinya, KBBI bisa nambah tebel gara-gara ada sejumlah bahasa slang yang diserap masuk ke kamus.
“KBBI ada penyaringan tertentu untuk kata-kata gaul ini. Kalau dia udah lama dipakai, setahun dua tahun masih bertahan atau dia banyak digunakan oleh orang-orang luas bukan hanya kelompok kecil saja, nah harusnya itu masuk dalam KBBI,” kata Dora Amalia, Kepala Bidang Pengembangan Badan Bahasa Indonesia
Mesti dipahami dulu nih bro kalau isi KBBI nggak cuma kata-kata baku aja, jadi ada bahasa nggak baku dan berbagai ragam cakapan, klasik, hormat, kasar, dan lainnya. Termasuk kata gaul kalau udah memenuhi syarat-syarat khusus. Kata-kata nggak baku punya label dan rujukan di keterangannya.
Nih, syarat-syarat suatu kata bisa masuk KBBI:
FYI, proses pemutakhiran (update) KBBI edisi V dilakukan Badan Bahasa tiap 6 bulan sekali, yaitu pada April dan Oktober untuk versi online.
Tiap kali memutakhirkan, Badan Bahasa bisa nambah, ngubah, atau memperbaiki kata. Bahkan, bisa juga sebuah kata dinonaktifkan kalau emang kata tersebut sekarang ini terasa kurang pas.
Proses pemutakhiran itu semua dilakukan tim editor khusus yang berjumlah hampir 50 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Setelah itu tim pusat memverifikasi kata-kata yang diusulkan. Salah satu sumber kata baru ya dari istilah populer atau gaul.
Semua orang saat ini pun bisa memberi usulan terkait isi KBBI loh. Adanya komentar, kritik, dan diskusi malah nggak jadi masalah menurut Dora Amalia dan jadi dari perbaikan. Lo tahu nggak sob berkat berbagai proses, saat ini ada 110.173 kata di KBBI edisi V! Versi cetak KBBI V ini tebalnya sampe 2.040 halaman, lho. Hampir dua kali lebih tebal dari KBBI IV yang cuma 1.400-an halaman.
Kita emang sering berada di situasi informal sehingga bisa sering pake bahasa slang bikin sendiri. Tapi, jangan sampe kita jadi lupa sama bahasa Indonesia yang baik dan benar, tuh.
Sebagai anak muda, kita mesti tetep ngejaga bahasa Indonesia. Caranya begini, nih:
Dari media sosial, lahir banyak meme dan selebriti internet. Dari dua hal tersebut, lahir juga beragam bahasa yang, sadar maupun nggak, kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebut saja “zaman now”, “masook Pak Eko”, “mantap jiwa”, sampe “ngakak online”, pastinya pernah menghiasi chat atau percakapan kita dengan teman.
Asal-usul berbagai bahasa dari internet ini macem-macem. Misalnya, nih, geng @BangIjalTV bikin bahasa Betawi makin popular, sementara Gofar Hilman memopulerkan kata “sekut”. Kata ‘Sekut” sebenarnya adalah kata yang digunakan para preman di era 1980-an yang berarti “santai”. “Sekut“ lalu digunakan oleh Gofar secara konsisten sejak 2003 dan maknanya makin meluas. Kini, “sekut” bisa berarti “keren.”
“Medsos memang tempat di mana orang bercakap-cakap dengan biasa dan memakai bahasa sehari-hari. Sebagian (dari bahasa itu) pun bisa viral,” kata Pak Nukman Luthfie, pakar media sosial Indonesia.
Keunikan bahasa yang berawal dari media sosial menurut Pak Nukman adalah bisa dibuat oleh orang biasa sekalipun. Ia mencontohkan kalimat “masook Pak Eko”, yang dipopulerkan oleh seorang polisi bernama Eko Hari Cahyono dari Porong, Sidoarjo yang viral karena aksinya melemparkan benda.
“Tanpa melalui media mainstream, semua bisa dibuat sendiri. Bahasa yang dari Twitter, lalu digunakan di Facebook, YouTube, bahkan Tik-Tok, dan makin menyebar,” paparnya.
Pak Nukman menambahkan, sifat dari bahasa-bahasa media sosial ini hanya musiman, tapi tetap terarsip.
“’Masuk Pak Eko’ kan sekarang sudah jarang digunakan. Ingat kan dulu juga ada ‘Om telolet om’? Tapi di online, semuanya terekam. Media sosial memang selalu menciptakan hal baru, tapi semuanya terarsip,” lanjutnya.
Jadi, jangan heran kalo setahun, sebulan, atau besok malah ada bahasa lain dari media sosial. Mungkin bahasa yang sering kamu gunakan sehari-hari juga bakalan viral? Who knows.
Singkatan dari mantap betul. “Gokil, mantul juga lo baru belajar main skateboard udah bisa trick susah!”
Versi lain dari mantul. Sering disingkat dengan manjiw.
Artinya tertawa keras saat melihat sesuatu di dunia maya. Digunakan ketika melihat sesuatu di internet yang lucu.
Dari kata “weaboo”, yakni orang yang sangat fanatik dengan hal-hal dari Jepang.
“Nonton anime mulu lo dasar wibu”
Artinya tertangkap basah. Ketahuan.
Singkatan dari pepet terus, ungkapan untuk sepasang cowok-cewek yang pedekate/saling flirting di media sosial.
Simpelnya “Faedah” dengan “un” dari bahasa Inggris. Artinya, nggak berguna.
Singkatan dari kesal.
Minta suara klakson dari bis, truk, atau mobil besar.
Plesetan dari kata “zaman sekarang”, awalnya muncul dari meme Kak Seto.
Dari meme “Pak Eko”, kini dikenal sebagai ungkapan yang menyatakan sesuatu yang cocok atau keren. Kata “Pak Eko” pun bisa diganti dengan nama orang lain.
Contoh: (melihat Pak Jokowi solo drum) “MASUK PAK JOKOWI!”
Dari kata keras yang diplesetkan/sengaja typo. Lebih digunakan untuk menunjukkan sifat seseorang. “Lo kemarin berantem lawan senior? Kerad juga lo!”
Singkatan dari “Gerak cepat”. Digunakan saat melihat sesuatu yang dikerjakan dalam waktu singkat. “Giliran dapet makan gratis aja lo langsung gercep”
Plesetan dari “bro” atau “brother”, panggilan untuk cowok. “Bray, nanti katanya Bu Kimi nggak masuk. Kantin kuy!”
Awalnya gara-gara typo “Babe”, artinya adalah pacar atau orang kesayangan.
Sering digunakan oleh Gofar Hilman, tapi awalnya diambil dari bahasa preman 1980-an. Arti aslinya adalah “santai” tapi setelah Gofar gunakan berubah jadi “keren”.
Plesetan dari “bukan main”. artinya hebat atau total banget.
“Baru ikutan tanding udah menang? Khanmaen juga lo!”
Dari celetukan Syahrini, digunakan untuk memuji sesuatu yang indah dan mengagumkan.
Akhir-akhir ini, sejumlah kalangan (tua) bilang kalo campur-aduk bahasa ini tuh mengkhawatirkan banget. Anak muda yang harusnya bangga berbahasa Indonesia, tapi kok malah ngomongnya nginggris gitu.
Weits, ternyata nggak gitu juga, bro. Menurut ahli linguistik Bernadette Kushartanti, fenomena ini nggak bakal bikin bahasa Indonesia dilupakan, kok. Fenomena campur-aduk bahasa ini terjadi sejak lama dan di berbagai negara.
Fenomena ini dikenal sebagai code switchin. Terjadinya karena adanya pengaruh bahasa asing yang masuk ke dalam lingkungan seseorang.
Menurut Bernadette yang akrab disapa Kiki, ada beberapa faktor yang bikin seseorang jadi menggunakan bahasa yang campur-campur.
“Si pengguna bahasa itu lagi belajar menggunakan bahasa tersebut. Terus nggak ada istilah di bahasa Indonesia yang sepadan dengan apa yang mau disampaikan. Atau juga itu akibat sulitnya seseorang yang menguasai lebih dari 1 bahasa buat memilah kata.”
Tapi, situasi ini bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkan kok, sob. Pasalnya, selama anak muda tetap bangga sama bahasa Indonesia, nggak ada alasan tuh buat bahasa Indonesia jadi punah. Tapi, kita sebagai anak muda tetep harus ikutan menjaga penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
“Anak muda harus tahu, kapan harus menggunakan bahasa campur-campur, yaitu di ranah informal. Dan kapan harus menggunakan bahasa Indonesia saja, atau bahasa Inggris saja, yang baik. Yaitu di ranah formal,” kata Kiki.
Bener-bener. “Pas gue tahu kalo besok sekolah libur, gue literally loncat-loncat kesenengan dong.”
Pada dasarnya. “Gue tuh basically nggak marah ya, tapi ya lo pikir aja sendiri.”
Bahkan. “Besok kita harus main ya, even when you guys pada harus kerja dulu.”
Masuk akal. “Sebenernya dengan dia cancel gitu, kan nggak makes sense sama sekali.”
Serius, bener-bener. “Seriously, kita mesti banget naik Gojek bertiga, nih? WTF”
Sejujurnya. “Honestly, gue nggak percaya sih kalau Radja itu bawain lagu Jujurlah Padaku. Like, lebih pantes band gue aja nggak sih?”
Layak, pantes. “Kayaknya, baju ini emang nggak worth it untuk dibeli. Mending lo pake uang lo untuk beli skin Mobile Legends aja .”
Lebih suka. “Gue, sih, prefer lo jadian sama si Bunga aja daripada sama si Kembang.”
Kayaknya, seperti.Dipake sebagai penegasan “Lo tuh suka ribet sendiri deh, like, hidup lo cuma untuk lo ribetin doang.”
Yang mana. “gue mesti ke bandung, which is gue butuh dua jam.”
Populernya berbagai situs chatting seperti mIRC dan LiveConnector, serta forum seperti Kaskus pada era 2000-an ternyata juga menciptakan beragam kata-kata baru. Beragam kata unik itu akhirnya meluas, nggak hanya digunakan secara internal, tapi juga di kehidupan sehari-hari. Betul nggak tuh gan?
Lo pun pastinya udah tau dengan “gan”, “WTS”, “WTB” yang kini juga digunakan dalam percakapan jual beli digital, nggak hanya di Kaskus. “LOL”, “OTW”, hingga “japri” pastinya sering lo pake. Atau malah masih ada yang tau sama istilah “asl”?
Asal-usul bahasa forum dan chatting ini, menurut pakar media sosial Nukman Lutfhie, nggak beda jauh dengan bahasa media sosial yang viral. Semua berawal dari percakapan yang terjadi sehari-hari di platform tersebut, dan sebagian ada yang viral dan penggunaannya meluas.
Bedanya, bahasa forum terjadi secara dua arah. Ada yang dibuat secara resmi, ada pula yang nggak sengaja.
“Jadi, ada kata-kata yang dibuat oleh forum atau admin-nya sendiri. Tapi kadang kata-kata tersebut tidak digunakan oleh para user. Jadinya buat apa? Akhirnya, para user membuat kata-kata sendiri yang ternyata digunakan oleh yang lain,” katanya.
Para user menggunakan bahasa yang sama bisa karena aturan dari situs, atau agar merasa dekat dengan para “suhu”. Kata-kata yang awalnya dibuat oleh para user, berakhir menjadi bahasa resmi forum tersebut. Kaskus bahkan punya halaman sendiri yang berisi kamus besar bahasa yang mereka gunakan, dan selalu memakai kata-kata tersebut saat merilis pengumuman resmi.
Jadi, udah ngerti kan gan sama postingan ane yang ini? Jangan pertamax ya!
Singkatan dari “Juragan”, awalnya panggilan terhadap user Kaskus, sekarang jadi sapaan terhadap orang lain yang biasanya belum dikenal dan dalam lingkup jual-beli. Untuk cewek, sebutannya aganwati
Dilarang sadis saat menawar barang yang dijual. Diambil dari judul lagu Afgan, Sadis.
“Nawar boleh kok, tapi no Afgan ya.”
Dilarang tega saat menawar barang yang dijual. Diambil dari judul lagu Rossa, Tega.
Pertama kali, pertamax. Biasanya disebut saat berhasil menjadi komentator pertama dalam thread atau post di media sosial.
Jalur pribadi, istilah lain chat langsung atau personal.
Versi ubahan dari “newbie”, artinya anak baru.
Me-reply thread dengan tujuan mengangkat thread tersebut ke bagian atas forum. “Sundul dulu gan kali aja yang lain tau”
Istilah lain untuk administrator.
Ahli, atau orang hebat dalam bidang tertentu.
Singkatan dari on the way, yang artinya sedang dalam perjalanan atau sedang dikerjakan.
Singkatan dari Age Sex Location. Dipake untuk nanya umur, jenis kelamin dan lokasi.
Singkatan dari laugh out loud, artinya tertawa keras.
Singkatan dari “Want to buy”, digunakan di forum ketika seseorang sedang mencari barang tertentu.
Singkatan dari “Want to sell”, digunakan di forum ketika sedang menjual barang tertentu.
Singkatan dari “Get well soon”, artinya “Semoga lekas sembuh.”
Singkatan dari “Post a picture”, digunakan untuk minta foto dari orang lain.
Singkatan dari “Out of topic” digunakan ketika membahas sesuatu yang beda dari topik yang dipublis
Dunia game itu punya peran khusus di penciptaan bahasa gaul (slang) kalangan anak muda. Gimana nggak, anak muda, terutama cowok, sering banget main games. Di game Mobile Legends aja dalam sehari ada 65 juta match yang dimainkan dari Indonesia.
Selama di dalam dunia game online, para pemain pasti chat pake bahasa khusus. Entah itu untuk nyebut karakter (hero), objek atau monster yang ada di gameplay, sistem poin, jenis atau kasta pemain, dan lain-lain.
“Ada anak yang pinter banget, nih misalnya, terus temen gue bilang "lu kalo kelompok, mending ajak si Andre. otaknya +99". Ada juga istilah PK (player killer), contohnya "gue balik duluan ya, bisa di PK bokap kalo kemaleman lagi",” Cerita Ibrahim Aziz Sutansyah (Aziz), Pemimpin Redaksi Dagelan Gaming
Yap, karena sering berada di dunia game, ketika balik bergaul di dunia nyata, bahasa-bahasa games itu masih dipake oleh para gamers. Aziz percaya kalau istilah-istilah dari dunia games itu emang lambat laun jadi dipakai banyak anak muda lainnya, di luar komunitas gamers
“Sekarang mudah banget untuk akses online game dan topik gaming pun udah masuk becandaan sehari-hari,” ucap Aziz
good game, bagus, keren. “Tulisan lo masuk ke majalah? GG abis!”
langsung, dijamin, pasti. “Duh, kalo gue nggak pulang sekarang, auto dimarahin bokap nih.”
Jago. “Tenang aja, kalo soal bulu tangkis mah, gue pro kok!”
Cupu, payah. “Ah, masa sih begini aja nggak bisa? Noob banget.”
hoax detected. “Kayaknya yang party sama kita tadi hode deh. Liat aja foto profilnya.”
Terlalu jago. “Astaga naga, imba banget deh itu orang, udah selesai aja tugasnya. “
Dihajar,dihabisi. “Kerjain tugas buruan, ntar di ulti Bu Nani, abis kita sekelas.”
Ngadu satu lawan Satu. “Yah elah, by one basket aja kita nanti sore!”
Tempat berlindung. “Panas cuy, kemana kek yuk, ke PIM atau GanCit gitu nyari safe zone.”
Nekat, berani, mantap. “Widih, savage banget si Adi dateng ke ruang kepsek pake boxer doang.”
Gaji buta, terima jadi. “Cuy, GB-in tugas gua dong. Ntar gua jajanin makan siang deh”
Easy, mudah, gampang. “Ya Tuhan, ngerjain tugas ez kek gini aja masa bingung.”
Away from keyboard. Ninggalin, keluar, ilang begitu saja. “Bro, gue afk dulu ya. Disuruh sholat maghrib dulu.”
Nggak sopan, nyebelin, kurang ajar. “Males dah gue main sama dia, udah nggak bener, toxic pula di game.”
Gangguang koneksi. “Buset, gue lag banget nih. Sampe nggak bisa gerak, cuy.”
Pasti tau dong arti kata “takis”, “tubir”, atau “eug”? Nah, ternyata bahasa kebalik-balik yang udah dipake banyak anak muda di berbagai kota ini berasal dari kota Ngalam alias Malang, sob! Mereka nyebut bahasa ini sebagai “Osob Kiwalan” (Boso WAlikan)
Menurut Djoko Saryono, budayawan sekaligus dosen di Universitas Negeri Malang, Boso Walikan dibuat oleh para pejuang tempo dulu yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Adalah Suyudi Raharno pejuang muda asal Malang yang pertama kali mengusulkan Boso Walikan.
Karena pada waktu itu banyak mata-mata Belanda yang berkeliaran termasuk orang Indonesia sendiri, maka Suyudi ngusulin untuk bikin bahasa sandi yang enak diucapkan. Terciptalah Osob Kiwalan.
“Kemudian berkembang dan semakin menyebar jadilah Boso Kiwalan itu sendiri sebagai bahasa gaul anak-anak muda Malang,” tutur Djoko Saryono, kepada Hai lewat telepon
Nah, Osob Kiwalan tetep ada ‘rumus’-nya. Nggak cuma asal balik kata.
“Pertama, ya harus dibalik. Kedua, nggak cuma dibalik tapi juga dibuat mudah dan enak diucapkan,” jelas Guru Besar Fakultas Sastra UNM ini. “Kata ‘ngerti’ tidak lantas menjadi ‘itregn’. Supaya lebih enak diucapkan jadinya ‘itreng’.”
Contoh lainnya kata ‘polisi’ yang kemudian dibalik menjadi ‘silop’ biar lebih gampang diomongin.
Karena orang Malang banyak yang wara-wiri di kota lain, dan banyak orang kota lain yang suka main ke Malang, jadinya Osob Kiwalan ini diadopsi jadi bahasa gaul anak muda berbagai kota, termasuk anak Jakarta. Makin populer deh sampe sekarang.
“Itu menjadi bukti bahwa Osob Kiwalan terbuka untuk melebur dengan bahasa lainnya, termasuk dengan bahasa gaul khas anak ibukota, Jakarta,” pungkas Profesor Djoko.
Mungkin lo belum pernah denger istilah prokem. Tapi, lo hampir setiap hari pake bahasanya, lho. Kata “bokap”, “nyokap”, “boil”, “sepokat”, “sokin”, “ogut”, “bokep”, adalah beberapa contoh kata yang berasal dari bahasa prokem (preman)
Bahasa ini bisa bahasa gaul yang udah toku (tua) di Indonesia. Bahasa prokem adalah bahasa gaul yang pertama kali populer di Indonesia karena terpublikasikan.
Bahasa prokem pertama kali dipopulerkan oleh Teguh Esha, wartawan sekaligus pengarang. Teguh tau bahasa prokem dari seorang mantan narapidana bernama Hasan Dollar di 1976. Bahasa prokem itu dibuat oleh para napi di penjara sebagai bahasa sandi untuk komunikasi antar sesamanya
“Saya ketemu Hasan Dollar di Taman Ismail Marzuki. Dia mantan napi yang suka main teater. Saya sempat dengar dia ngomong sama kawan-kawannya dengan bahasa yang nggak saya ngerti. Sebagai wartawan, saya melihat itu unik. Akhirnya saya wawancara,” cerita Teguh Esha
Hasil wawancara tersebut tak hanya jadi artikel yang publis di majalah Le Laki. Oleh Teguh Esha, Bahasa prokem juga dijadikan bahasa sehari-hari tokoh di novel karangannya, Ali Topan Detektif Partikelir yang terbit 1978, sekuel novel Ali Topan Anak Jalanan
Di novel, bahasa Prokem pertama kali dikenalkan oleh Ali Topan ke sahabatnya, Maya. Begini potongan percakapannya:
“Ada, tukang copet di Blok Okem,”
“Blok Okem?”
“Iye, Blok Okem. Blok M itu bahasa prokemnya Blok Okem.”
“Prokem? Prokem apaan?” Kamu tuh selalu memunculkan sesuatu yang baru, Ali Topan…”
“Prokem itu preman, itu lho orang-orang underground, narapidana kelas ketengan. Orang-orang yang kepepet nggak dapet kerjaan, jadi maling, rampok, copet, tukang tikam, culik dan sebagainya. Mereka kan punya bahasa sendiri. Dilabak-labik, gokit, ngatri gara?”
“Apaan sih? Maya nggak ngerti …”
“Dilabak-labik itu dibolak-balik. Gokit itu gitu. Diberi sisipan ok. Bodo banget sih kamu?”
Teguh Esha emang sedari awal niat memopulerkan bahasa prokem ini ke masyarakat luas. Di akhir novel Ali Topan saja sampai ada kamusnya.
Sepengamatan Hai, ada beberapa pola dalam pembentukan kata bahasa prokem:
1. Setelah suku kata pertama diselipkan imbuhan –ok. Seperti polisi menjadi plokis,
bisa jadi bokis.
2. Tiga huruf pertama dibalik urutannya. Misal: masuk jadi samuk; mobil jadi boil;
ogut jadi go ut.
3. Menggunakan istilah metafora. Misal: granat disebut ubi; tentara disebut laler ijo;
kapolri disebut godfather