Robbi Baskoro: Mengangkat Game Jadi Tidak Marjinal dan Eksklusif 

Selasa, 13 November 2018 | 12:26
GiE PHOTOGRAPHY

Robbi Baskoro, founder Duniaku

Hai-online.com - Robbi Baskoro menjadi salah satu pendiri Duniaku.network, sebuah situs yang mengulas dunia game, geek, gadget, dan komik. Berdiri tahun 2011, Duniaku.network semula hadir dalam format majalah. Melalui situs ini, Robbi yang juga menjadi co-Founder dan Komisaris berniat menjadikan dunia game tak lagi marjinal, tidak pula eksklusif.

“Duniaku menggiring agar ekosistem makin tumbuh yang harus disadari kita berusaha urusi bagian apresiasi sementara ini makin bagus untuk media game, masih dipegang lokal,” kata Robbi. Menurutnya, sejauh ini Indonesia masih menjadi pasar empuk bagi produsen game asing. Bahkan, komposisi pemain lokal dan asing pun sangatnggak imbang. Hampir 95% pasar game tanah air diisi oleh pemain luar.

Namun, bukan berarti industri game dengan pemain lokal tak berkembang. Produsen game tanah air tetap tumbuh dan berkembang di sisi konten. “Kenapa Indonesia bisa bersaing di konten karena lebih dekat di masyarakat, budayanya, lebih tahu kebutuhan,” kata Robbi.

Selain menggagas media yang melakukan apresiasi pada industri game, Robbi bersama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga menggelar Game Prime sejak tahun 2014. Sejak Bekraf turun tangan, penyelenggaraan event eksibisi itu skalanya semakin besar, tak hanya dari kampus ke kampus lagi.

“Game Prime diadakan tiap tahun dibarengi Hari Game Indonesia (Hargai) yang jatuh tanggal 8 Agustus. Setiap tahun penyelenggaraan nggak jauh dari bulan Agustus,” ungkap Robbi. Dalam eksibisi tersebut, panitia yang berasal dari Asosiasi Game Indonesia akan melakukan kurasi bagi para pelaku bisnis game.

“Kami beri panggung untuk games berkualitas,” ujar Robbi. Sejauh ini peserta eksibisi berkisar 50-an, bahkan pernah mencapai 100 lebih peserta pada 2015. Selain eksibisi, Game Prime juga menggelar konferensi bisnis hingga kompetisi game. Menurutnya, Game Prime 2018 ini menarik karena kita mulai melihat game bukan hanya dikonsumsi pribadi tapi keluarga, mulai datang pada 2018. Peran keluarga yang mengantar anaknya memilih game atau mainan. Itu tak bisa dilepaskan dari effort Kominfo soal rating.

Game kini sudah dinilai lebih positif,nggak dipandang sebelah mata, dannggak juga eksklusif atau hanya dimainkan anak-anak saja. Bagi gamer profesional sendiri, Robbi menilai ekosistem yang ada saat ini cukup menguntungkan. Selain banyak pilihan game dengan konten bagus, gamer juga bisa menikmati harga internet dan perangkat game yang murah.

Namun, Robbi mengakui di sisi produsen game lokal masih harus ditingkatkan jumlahnya. Profesi gamer pun kini bisa dijadikan pegangan hidup. Jika serius mendalami, seorang gamer bisa meraup penghasilan hingga puluhan juta setiap bulannya. Robbi mencontohkan pegawainya yang semula hanya tukang parkir dengan penghasilan sejutaan per bulan, kini setelah menjadi gamer profesional bisa meraup hingga Rp 50 juta setiap bulan.

“Tapi secara fair, enggak semua orang bisa seperti itu. Ini kan showbiz selalu ada yang sukses tapi banyak yang gagal, only the very best yang bertahan,” tutupnya. 

Editor : Rizki Ramadan